Pasokan dari Medan Melimpah, Harga Telur di Banda Aceh Turun

Pasokan dari Medan Melimpah, Harga Telur di Banda Aceh Turun
Harga telur di Banda Aceh mengalami penurunan dalam seminggu terakhir akibat membludaknya pasokan dari Sumatra Utara. Foto: Komparatif.ID/Rizki Aulia Ramadan.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Harga telur ayam di Banda Aceh dalam sepekan terakhir mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi akibat melimpahnya pasokan dari luar daerah, terutama dari Medan dan Binjai, Sumatra Utara. 

Akibatnya, para pelaku usaha telur mulai menyesuaikan strategi penjualan mereka, baik dengan menjual berdasarkan ukuran maupun dalam bentuk campuran, guna memenuhi permintaan pasar yang beragam.

Di Pusat Koperasi Kartika Iskandar Muda (Puskop Kartika) di kawasan Peunayong, harga telur dijual dengan sistem pengelompokan ukuran. Telur ukuran jumbo (A1) saat ini dipasarkan seharga Rp436.000 per ikat. 

Sementara untuk ukuran sedang (A2) dijual dengan harga Rp410.000 per ikat dan ukuran kecil (A3) dijual Rp395.000 per ikat. Menurut salah satu karyawan koperasi, Arief Rahman, harga-harga telur mengalami penurunan dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

“Kalau A3 udah turun, murah sekarang. Sebelumnya hampir Rp425.000 per ikat. Semingguan ini turun,” terangnya pada Senin (20/5/2025). 

Baca jugaFadhlullah: Stok Beras Aman, Harga Sembako Masih Terkendali

Arief menjelaskan harga telur di Puskop Kartika sangat bergantung pada pasokan dari luar daerah, terutama dari Binjai dan Medan, Sumatra Utara. Enggak bisa kita patok naik turunnya, tapi seringnya per minggu berubah. Nanti pas lebaran naik lagi, sama kayak cabe, Bang,” lanjutnya.

Ia menjelaskan Pusko Kartika mengambil pasokan telur dari sejumlah peternak di Medan dan Binjai. Beberapa pasokan juga berasal dari Seulawah, meskipun jumlahnya terbatas karena ketiadaan kontrak. 

“Selain dari Medan ada juga dari Seulawah untuk stok telurnya. Tapi kita tidak dapat kontrak, udah duluan orang lain,” lanjutnya.

Menanggapi kebutuhan pasar, Arief mengakui telur ukuran sedang (A2) menjadi yang paling banyak diminati. “Paling banyak yang sedang, yang banyak orang minat. Jadi kami juga paling banyak nge-stok A2,” ujarnya. 

Arief menyebutkan dengan turunnya harga, rotasi stok menjadi lebih cepat. Pihak Puskop Kartika melakukan pengadaan ulang setiap minggu untuk menghindari penumpukan di gudang dan menjaga agar telur tetap segar. 

“Supaya enggak busuk, jadi istilahnya kita terus upgrade,” katanya.

Sementara itu di lokasi berbeda, Toko Istana Telur di kawasan Peunayong mengadopsi sistem penjualan yang berbeda. Toko ini tidak memisahkan telur berdasarkan ukuran dan dicampur dengan harga telur Rp420.000 per ikat. 

“Telurnya campur, besar, sedang, kecil ada di situ semua. Namun bagi pembeli yang menginginkan telur ukuran besar seluruhnya, harga per ikat lebih tinggi yaitu Rp460 ribu,” kata karyawan Istana Telur, Ina.

Ina mengatakan model penjualan campur ini menjadi pilihan bagi sebagian konsumen yang tidak terlalu mempermasalahkan ukuran telur.

Artikel SebelumnyaSatpol PP Aceh Jaya Buru Hewan Ternak di Jalan Raya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here