Suatu zaman dulu, tersebutlah seorang pahlawan yang bernama Pang Bayak. Dia tokoh yang menjalankan fungsinya sebagai pelobi ulung untuk mempertemukan dua kepentingan, supaya menemukan muara.
Pang Bayak merupakan kepercayaan sang Raja di Raja. Integritasnya yang sangat tinggi, menjadikan dia istimewa di mata Raja di Raja. Akan tetapi lambat laun dia mulai mengkhianati integritasnya sendiri.Kepercayaan yang ia miliki sebagai pelobi ulung, mulai dimanfaatkan untuk mencari untung lebih.
Pang Bayak selalu dibawa kemana saja oleh Tuanku Raja di Raja. Bahkan dalam kunjungan kerja khusus, Pang Bayak tetap ikut serta. Ia sudah sangat dipercaya. Kalau untuk Pang Bayak, Raja di Raja akan memberikan apa pun.
Baca: Cut Mi Ma Beureuteh
“Meunyo keujih, asoe kusi kubi,” kata Raja di Raja, tiap kali membahas tentang orang kepercayaannya itu.
Seiring waktu, pelobi kepercayaan tersebut, mulai tergoda hal-hal yang di luar dirinya. Ia terkontaminasi dengan gaya hidup raja dan keluarga, serta para isi istana. Ia mulai jatuh cinta kepada benda-benda duniawi yang belum mampu ia miliki. Ia terkesima dan ingin memiliki perempuan-perempuan berkulit mulus yang ia lihat keluar masuk istana, dan berkelindan di sekitar kekuasaan tatkala ia menyertai muhibah Raja di Raja ke luar negeri.
Diam-diam, Pang Bayak mulai berkhianat. Awalnya sekadar iseng-iseng berhadiah. Tapi kemudian masyuk karena semakin ia nakal, bertambah pula harta yang ia miliki. Semakin banyak yang dapat ia gapai; melampau apa yang ia terima kala melakukan tugas dengan sehormat-hormatnya.
Ia mulai memainkan politik belah bambu, menggunting dalam lipatan, menjadi dahan pembaji batang. Kalau dulu semua informasi yang disampaikan benar 100 persen, kini mulai dicampur dengan opini pribadi sehingga Raja terkecoh.
Dia mulai memainkan permainan Asal Bapak Senang (ABS), atau juga Asal Saya Selamat. Di sisi lain, dia juga menjual semua informasi tentang Raja di Raja kepada pihak luar. Mulai dari informasi ringan-ringan seperti kebiasaan Raja di meuligoe, hingga informasi yang bersifat rahasia.
Dia benar-benar mampu memainkan peran antagonis sekaligus protagonist. Di depan Raja bermuka manis, di belakang Raja, ia menaruh racun dalam kopi robusta kegemaran Raja.
Pada suatu ketika, dalam sebuah rapat, Raja berbeda pendapat sangat tajam dengan para pembantu utamanya. Para pembantu utama itu merupakan para pemimpin di Balai Besar Bidang Hajat Kerajaan (B3HK). Bila dulunya para pembantu utama tidak ada yang berani protes, kini justru mereka terang-terangan mendebat sang Raja di Raja.
Pang Bayak memainkan strategi manis. Dia diam seribu bahasa di dalam rapat itu. Tak satupun pendapat diberikan. Tatkala Raja menanyakan pendapatnya, dia menggeleng.
Seusai rapat, Raja berdialog dengannya. Pang Bayak berucap bila para pembantu utama tidak seluruhnya salah. Mereka ada benarnya. Raja harus lebih demokratis. Harus lebih banyak mendengar orang di lingkar. Raja merasa ada yang aneh dengan sikap orang kepercayaannya. Tapi ia tak tahu apanya yang keliru.
Suatu ketika, di tengah tawa yang membelah langit malam Kutaraja, pintu meuligoe diketuk. Dua penjaga tergopoh-gopoh berlari, memberitahu dendayang bila ada tamu dari Majapahit.
Dendayang bergegas memberitahu Raja di Raja. Raja terkesiap. Dia menyapu pandangan ke seluruh ruangan. Para hadirin yang membersamainya duduk terdiam. Mereka tidak ada yang terkejut.
Utusan Majapahit masuk ke seuramoe meuligoe. Tanpa minta izin langsung duduk di depan Raja.
Penasihat muncul dari bilik termenung. Utusan Majapahit mengangguk ke arahnya.
‘Pengkhianat!” sergah Raja. Dia bermaksud berdiri, tapi dicegah oleh utusan Majapahit.
“Tuan kami tahan!” kata pria berkumis tipis di depannya. Dua bulan sebelum malam Jahannam itu, pria berkumis tipis tersebut merupakan tamunya yang dibawa oleh Pang Bayak ke meuligoe. Pria yang punya jabatan mentereng di Laskar Gadjah Mada, dijanjikan sebagai penjaga Raja, ternyata mata-mata yang selama ini telah memberikan banyak suap kepada cuw’ak Bayak.
Sebelum keluar dari meuligoe, Raja menyapu pandangan sekali lagi ke seluruh ruangan. Dia baru sadar bila telah banyak orang baru di sekitar dirinya. Orang-orang yang datang setelah ia menang perang, dan kemudian diberikan jabatan mentereng sebagai bentuk bukti bahwa Raja seorang yang sangat royal bila berkawan.
Pang Bayak tersenyum. Dia bergegas ke ruang utama meuligoe, menyalami seorang pria bertubuh jangkung, berkumis tipis. Pria itu telah lama ditanam sebagai pelayan meuligoe. Dialah pemegang SK Raja untuk selanjutnya.
Pang Bayak, haba mameh akai rusak.