Dalam khazanah Aceh kontemporer, ulama senior–intelektual organik–, Teungku H. Muhammad Amin, atau oleh orang era 90-an menyebutnya dengan sebutan Tu Min Blang Blahdeh, memiliki peran besar merawat persatuan umat dalam konteks Islam dan kebudayaan.
Dalam sebuah pertemuan di Kota Medan, Sumatera Utara, pada Kamis, 30 Maret 2017, cendekiawan muslim jebolan Ma’had Tarbiyah Islamiyah atau lebih dikenal dengan nama Dayah Darussalam Labuhan Haji, mengimbau kepada siapa saja yang berdarah Aceh, untuk menjaga keutuhan wilayah.
Saat itu, wacana pemekaran Aceh menjadi tiga provinsi sedang sangat hangat-hangatnya diwacanakan. Bahkan serangkaian unjuk rasa pernah dilakukan, baik oleh mahasiswa maupun masyarakat, demi mewujudkan provinsi-provinsi baru; lepas dari Provinsi Aceh.
Aceh Leuser Antara (ALA), dan Aceh Barat Selatan (Abas) merupakan dua nama yang mengemuka kala itu. Bagi ulama yang saat ini dipanggil dengan sebutan Abu Tu—meskipun secara lingusitik tidak tepat karena abu dan tu memiliki arti serupa: ayah—wacana pemekaran Aceh tidak perlu didukung.
“Saya ingin memberikan masukan, sekarang ada pihak-pihak yang ingin, bahkan berusaha, untuk menjadikan pemekaran Provinsi di Aceh. Ini kan bukan rahasia lagi di mana Aceh akan dijadikan tiga provinsi, yakni Provinsi ALA dan Provinsi ABAS serta Provinsi Aceh sebagai provinsi induk. Saya rasa itu adalah gagasan yang untuk memecahbelahkan Aceh. Itu menurut saya,” ujarnya, seperti dilansir oleh media online medanbisnisdaily.com.
Ulama yang Tidak Anti Pada Politik
Dalam Pilkada Aceh 2017, Tu juga menunjukkan sikap politiknya secara nyata, kala memberikan dukungan politik kepada pasangan calon Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah. Bukan sekadar menyatakan dukungan, tapi Tu Min hadir ke atas panggung kampanye.
Ketika Pilpres 2019, kala sejumlah agamawan di Aceh menggalang dukungan secara tersurat dan diiklankan di media massa, Tu Min yang merasa tidak dimintai kesediaannya dalam pembubuhan dukungan, secara terbuka menyatakan tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
Tu Min memang ikonik, semasa hidupnya allahyarham seorang ulama yang dikenal tegas, organik, serta tidak puritan.
Banyak orang memberikan kesaksian bila Tu Min sosok ulama yang karismatik; meskipun kokoh memperjuangkan Mazhab Syafi’i, tapi tidak anti perbedaan. Satu lagi ciri khas putera Teungku Mahmud tersebut; tidak eklusif.
Kini, kita semua hanya bisa mengenang. Sang pencerah telah kembali ke haribaan Ilahi. Malaikat Izrail datang menjemputnya “pulang” pada Selasa, 27 September 2022, pukul 15.45 WIB di RSUD dr. Fauziah Bireuen.
Sebagai ilmuan, Tu Min tidak pulang tanpa bekal. Sebagai ulama, Teungku H. Muhammad Amin telah menyemai banyak jasa di atas muka bumi. Menjaga akidah umat, membentuk generasi penerus sebagai pelanjut estafet dakwah Islam bermazhab Syafi’i di Serambi Mekkah. Abu juga penyeimbang dalam dunia politik. Nasihat-nasihatnya didengar oleh pemerintah.