Nuruddin AR-Raniry Bukan Orang Baru di Kesultanan Aceh

Nuruddin Ar-Raniry
Filolog Aceh cum akademisi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Hermansyah, Minggu (21/7/2024) dalam semintar internasional di Kuantan, Malaysia, menyebutkan Nuruddin Ar-Raniry bukan orang baru di Aceh. Sehingga diangkat menjadi wadhi oleh Sultan Iskandar Tsani. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Kuantan—Syech Nuruddin Ar-Raniry bukanlah orang baru di Kesultanan Aceh. Ulama asal Ranir –Rander, Gujarat—diduga ikut menjadi bagian dari rombongan Sultan Iskandar Muda saat menginvasi Pahang pada 1617 M.

Pendapat tersebut disampaikan oleh akademisi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh Hermansyah, M.Th., M.Hum, Minggu (21/7/2024) pada seminar setengah hari bertajuk Seminar Antarabangsa Pahang-Aceh 2024, yang dilaksanakan di Kutup Khanah Diraja, Kompleks Muzium Diraja Sultan Ahmad Syah, Kuantan, Malaysia.

Pada kesempatan itu Hermansyah mengangkat judul presentasi Jalinan Kesultanan Aceh Darussalam dengan Kesultanan Pahang dalam Manuskrip dan Hikayat Aceh.

Baca: Sejarah Kebudayaan Aceh; dari Catatan ke Catatan

Seminar internasional tersebut merupakan kolaborasi antara Museum Negeri Pahang, Universitas Islam Antar Bangsa (IIUM), dan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Filolog Hermansyah yang juga ahli sejarah, pada seminar tersebut mengatakan Syekh Nuruddin Ar-Raniry telah berada di Aceh sebelum Sultan Iskandar Tsani naik takhta Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun 1636 M.

“Nuruddin Ar-Raniry kemungkinan telah menetap di Aceh lebih dari tujuh tahun, bahkan mungkin mencapai dua dasawarsa atau hampir mencapai 20 tahun,” ujarnya.

Bukti ini diperoleh setelah Hermansyah menelaah kembali kitab utama Nuruddin Ar-Raniry, Bustanus Salatin.

Hermansyah filolog Aceh yang juga Ketua Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam menjelaskan, Nuruddin Ar-Raniry memiliki pengetahuan mendalam tentang peristiwa penting selama periode Sultan Iskandar Muda, termasuk detail peristiwa, nama tokoh, dan tanggalnya.

Pengetahuan detail tersebut tidak mungkin didapatkan andaikan Nuruddin tidak menetap di Aceh pada rentang linimasa tersebut.

Selain itu, Hermansyah menambahkan bahwa Sultan Iskandar Muda menaklukkan Pahang pada tahun 1617 M dan membawa ribuan orang ke Aceh, termasuk Sultan Iskandar Tsani yang masih kecil, dikenal sebagai Raja Husein.

Ada kemungkinan Nuruddin Ar-Raniry turut serta dalam rombongan ini, sehingga saat Iskandar Tsani menjadi Sultan Aceh, ia segera mengangkat Nuruddin Ar-Raniry sebagai Wadhi.

Ia juga mengatakan seluruh karya Nuruddin Ar-Raniry yang mencapai lebih dari 33 judul kitab ditulis di Aceh. Antara karya utamanya seperti Bustan As-Salathin, Shirat al-Mustaqim, Fathul Mubin, Durr al-Faraid, Hayatul Habib dan lain sebagainya yang masih ada dan dapat ditemui di Aceh.

Selain Hermansyah, seminar tersebut juga Muhammad bin Mohamad Idris, peneliti dari Muzium Pahang, membahas tajuk Hubungan Aceh dan Pahang dalam Historiografi Melayu: Satu Bacaan Awal.

Sanusi Ismail MHum membawakan topik Batu Aceh di Pahang: Jejak Hubungan Historis dan Kultural Aceh-Pahang. Sedangkan Dr Mohd Affendi bin Mohd. Shafri dari IIUM Malaysia mengulas Al-Raniry dan Ilmu Perubatan di Alam Melayu: Sumbangan yang Tidak Didendang.

Artikel SebelumnyaMuhammadiyah Diisukan Akan Terima Izin Tambang
Artikel SelanjutnyaDisbudpar Aceh Pikat Wisatawan Lewat Identitas Budaya
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here