Komparatif.ID, Jakarta—Anggota Komisi XIII DPR RI Muslim Ayub, meminta Kementerian Imigrasi, serta KBRI Phnom Penh, Kamboja, memulangkan Muhammad Rizal Saiful (17) warga Aceh yang saat ini sedang bersembunyi di Kota Phnom Penh.
Muslim Ayub yang juga politisi Partai NasDem di DPR RI, Rabu (30/10/2024) mengatakan Muhammad Rizal Saiful, warga Dusun Dusun Baroh, Gampong Meunasah Tunong Lueng, Kecamatan Jeunib, Bireuen, Aceh, telah menjadi korban human trafficking oleh sindikat perdagangan manusia yang beroperasi di Indonesia dan Kamboja.
Baca:1 Bulan Merantau, Seorang Pemuda Bireuen Diburu Mafia di Kamboja
Baca: Merantau ke Kamboja, Muhammad Nabawi Asal Bireuen Justru Disekap
Menurutnya Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Imigrasi dan Permasyarakatan, serta Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kamboja (KBRI Phnom Penh), harus bergerak cepat. Apalagi Muhammad Rizal Saiful, menurut keterangan keluarganya, pernah mencoba menghubungi KBRI Phnom Penh.
“Pemerintah harus bergerak cepat. Kasihan anak muda itu. Apa pun motifnya, yang paling utama menyelamatkan korban dari sasaran para mafia di Kamboja,” sebut Muslim Ayub.
Bukan hanya untuk Muhammad Rizal Saiful, Muslim Ayub juga menekankan pembebasan juga perlu terhadap Muhammad Nabawi, warga Bireuen, yang juga disekap dan disiksa di Kamboja, setelah sebelumnya dipekerjakan di pusat perjudian, dan perusahaan penipuan online (scamming).
“Dua-duanya harus secepatnya diselamatkan. Pemerintah harus secepatnya bergerak. KBRI Phnom Penh harus secepatnta bertindak,” seru pria asal Aceh Tenggara tersebut.
Di akhir pernyataannya, Muslim Ayub yang bermitra dengan Kementerian Imigrasi dan Permasyarakatan, dalam waktu dekat akan menemui Menteri Imigrasi, untuk membicarakan proses penyelamatan dan pemulangan Muhammad Faisal Saiful.
“Dalam waktu dekat saya akan menemui Menteri Imigrasi dan Permasyarakatan, untuk membicarakan hal ini. Advokasi terhadap Muhammad Faisal Saiful sangat penting, demi menyelamatkan jiwa rakyat Aceh yang dijebak,” sebutnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang pemuda Bireuen bernama Muhammad Rizal Saiful (17) sedang menjadi buruan mafia di Kamboja. Saat ini Muhammad Rizal Saiful bersembunyi di salah satu sudut Phnom Penh, sembari berharap segera ditolong oleh Pemerintah Indonesia.
Muhammad Rizal Saiful, pemuda Bireuen kelahiran 2 Agustus 2007, benar-benar tak menyangka. Tujuannya merantau ke Kamboja demi memperbaiki nasib, justru berakhir tragis. Dia menjadi korban human trafficking di negeri yang memiliki julukan hell on earth.
Kabar tersebut disampaikan Nazir, paman pemuda Bireuen tersebut, kepada Komparatif.ID, Selasa malam (29/10/2024).
Nazir menjelaskan, satu bulan lalu, Muhammad Rizal Saiful, warga Dusun Baroh, Gampong Meunasah Tunong Lueng, Kecamatan Jeunib, Bireuen, merantau ke Kamboja.
Pemuda lajang tersebut dibawa oleh seorang agen melalui Batam, Kepulauan Riau. Akan tetapi tiba di sana, passport miliknya disita oleh agen yang membawanya ke sana. Barulah pemuda Bireuen tersebut menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban perdagangan manusia.
Beruntung, para mafia tidak menyita telepon genggam miliknya. Diam-diam dia pun melarikan diri dari tempat penampungan. Tak ayal pemuda itu menjadi buruan para mafia yang dipimpin oleh seorang pria Tionghoa.
Menurut cerita Nazir kepada Komparatif.ID, Muhammad Rizal Saiful telah sempat melapor ke KBRI Phnom Penh, tapi sampai sekarang belum mendapatkan kejelasan.
“Saat ini anak kami sedang bersembunyi di Kota Phnom Penh. Ia sempat melapor ke KBRI Phnom Penh, tapi tidak mendapatkan kejelasan. Saat ini dia hanya memegang telepon genggam, tanpa memiliki passport. Anak kami dalam ketakutan yang sangat luar biasa,” sebut Nazir.
Pria hitam manis tersebut mengatakan, sampai sekarang Muhammad Rizal Saiful masih dapat berkomunikasi dengan keluarga menggunakan telepon android. Hanya saja keluarga berpesan, untuk sementara, hanya boleh menerima telepon dari pihak keluarga.
“Demi keselamatan dirinya, saat ini kami mengingatkan Muhammad Rizal Saiful, supaya hanya menerima panggilan telepon dari keluarga yang nomor hp-nya telah terdata di teleponnya,” kata Nazir.
Nazir berharap Pemerintah Aceh, Pemerintah Indonesia, baik DPR RI maupun DPD RI bersedia memberikan bantuan kepada keponakannya.
“Anak kami benar-benar dalam keadaan ketakutan. Dia merantau demi mengubah nasib. Tapi sampai di sana, justru harus berurusan dengan mafia human trafficking,” kata Nazir.