Komparatif.ID, Banda Aceh—Trend teumeunak (memaki) semakin meningkat di media sosial. Sejumlah orang seperti akun Abu Ureueng Gasin, dan Abu Laot, mendapatkan banyak pendukung di media sosial. Di samping itu, semakin mudah saja menemukan konten gadis-gadis Aceh yang teumeunak di media sosial; umumnya di Tiktok.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Prof. Dr. Syamsul Rijal, dalam sebuah kajian yang berlangsung Rabu (13/9/2023) mengulas fenomena trendingnya fenomena teumeunak di kalangan netizen Aceh.
Pada kesempatan itu, Prof. Syamsul Rijal menyampaikan rasa prihatinnya terhadap kondisi semakin trendingnya fenomena memaki di ruang maya yang dilakoni oleh konten kreator. Pilihan diksi kotor yang keluar dari mulut mereka, tidak pantas sama sekali, bahkan telah begitu jauh dari akar kebudayaan Aceh yang islami.
Baca: UIN Ar-Raniry Kukuhkan 7 Guru Besar
Syamsul Rijal menyebutkan fenomena teumeunak harus menjadi perhatian; karena telah terlihat jelas bencana akhlak yang menghinggapi generasi saat ini. Memaki sesuka hati di ruang maya telah membuka celah baru untuk selanjutnya memperdalam fitnah, adu domba, hingga ujaran kebencian.
Oleh karena itu, Prof. Syamsul Rijal mengajak semua pihak untuk mewaspadai bahaya laten mengumpat di ruang maya dengan kata-kata yang semakin jauh dari semangat keacehan dan keislaman.
Ada beberapa penyebab sehingga perilaku buruk tersebut menjadi trending. Pertama, generasi saat ini telah terpapar konten kekerasan secara berlebihan. Kemudahan mengakses informasi yang tidak diiringi oleh filter diri yang baik, telah memicu timbulnya kemarahan yang tidak perlu.
Saat ini setiap individu dapat mengontrol penuh dirinya dalam berselancar di dunia maya. Tapi sangat sedikit yang dapat menentukan dengan benar kadar kebenaran atas setiap peristiwa. Ditambah dengan hal-hal lainnya, bertambahlah kondisi buruk tersebut.
“Lihatlah saat ini luapan emosinya disampaikan dengan cara-cara yang keliru. Dengan marah-marah, dengan cara memaki-maki,” sebut pria asal Aceh Tenggara tersebut.
Kedua, hilangnya fungsi kontrol di lingkungan sosial. Mereka yang aktif memaki, mendapatkan dukungan luas di media sosial. Banyak orang yang memanfaatkan mulut mereka sebagai corong menyalurkan aspirasi. Di sisi lain, semakin berkurangnya kontrol (kepedulian) lingkungan.
Dalam kesempatan itu, Guru Besar UIN Ar-Raniry tersebut mengimbau semua pengguna media sosial, supaya memperkuat pengetahuannya tentang topik yang dibahas. Serta menjunjung tinggi privasi, menghargai kehormatan orang lain, serta ber-tabayyun setiap kali mendapatkan informasi.