Menekan Emisi Metana Menambah Angka Produksi Padi

Emisi Metana
Petani padi sedang menanam i sawahnya di Yunan, Cina. Pertanian padi secara tradisional di Cina menyumbang emisi metana hingga 29 persen. Foto: Madeleine Jettre / Alamy)

Emisi metana merupakan produk sampingan dari pertanian padi di Cina Daratan. Republik Rakyat Tiongkok merupakan produsen beras terbesar di dunia, sekaligus sebagai penghasil metana terbesar di dunia – menyumbang 14,3% dari emisi global. Penyebabnya akibat sawah yang digenangi air telah meningkatkan jumlah produksi metana yang kemudian dilepaskan ke udara.

Tahun 2022 Cina memproduksi padi sebanyak 145.946 metrik ton. Angka tersebut menjadikan Cina menjadi negara produsen utama padi sekaligus yang terbesar di dunia. Di peringkat kedua ada India dengan produksi 125.000 metrik ton, tempat ketiga Bangladesh dengan total produksi 35.650 metrik ton. Indonesia berada di peringkat empat dunia, dengan total produksi 34.600 metrik ton.

Di balik jumlah produksi terbanyak, Pemerintah Cina menyimpan masalah serius. Sawah-sawah di Cina yang luasnya 20 persen dari total sawah di dunia, telah menyumbang emisi metana yang menyebabkan pemanasan global.

Baca juga: Wali Nanggroe; Sektor Kehutanan Bukan Kewenangan Pemerintah Pusat

Mengurangi emisi metana adalah masalah mendesak dan dipandang penting untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata global di bawah 1,5C. Menurut data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) metana memiliki potensi pemanasan 86 kali lebih banyak daripada karbon dioksida dalam skala waktu 20 tahun. Sementara International Energy Agency (Badan Energi Internasional) mengatakan metana menyumbang 30% dari pemanasan global sejak revolusi industri.

Metana tetap berada di atmosfer selama sekitar satu dekade, sehingga pemotongan emisi yang cepat dapat pula dengan cepat mengurangi kontribusinya terhadap pemanasan global. Dengan demikian manusia mendapatkan waktu yang berharga untuk menghindari bencana pemanasan.

Target tersebut merupakan tujuan dari Global Methane Pledge (Ikrar Metana Global) yang didukung oleh 150 negara. Seluruh negara yang ikut serta secara sukarela  mengurangi emisi metana global setidaknya 30% dari tingkat tahun 2020 pada tahun 2030.

Pemerintah Cina belum bergabung dengan inisiatif tersebut. Tapi sebagai penghasil emisi metana terbesar di dunia—14,3% dari emisi global—peran serta Cina sangat penting.

Mengapa Pertanian Padi Hasilkan Emisi Metana?

Timbul pertanyaan, mengapa pertanian padi menghasilkan emisi metana? Bagaimana bisa?

Mikroorganisme yang menghasilkan metana adalah beberapa bentuk kehidupan paling kuno. Dikenal sebagai “metanogen”, mikroorganisme tersebut banyak ditemukan di lingkungan miskin oksigen seperti lumpur dasar danau, usus hewan, dan sawah yang tergenang air.

Padi dapat tumbuh di tanah kering, tetapi para petani menemukan bahwa tanaman itu juga tumbuh dengan baik di lahan yang tergenang air, sementara gulma pesaingnya tidak. Oleh karena itu, pertanian sawah berkembang dan sebagian besar tetap tidak berubah selama ribuan tahun.

Air di sawah bertindak sebagai penghalang antara udara dan tanah, menciptakan lingkungan miskin oksigen yang ideal untuk metanogen, sedangkan bahan organik yang dikeluarkan oleh sistem akar padi menyediakan nutrisi. Organisme purba itu tumbuh subur di tanah yang tergenang air, memancarkan metana saat mereka melakukannya.

Dengan luas sawah 30 juta hektar pada tahun 2021, Cina berhasil menjadi penyedia 29% padi dunia. Sekaligus penyumbang 29% emisi metana untuk pemanasan global. Mengurangi luas sawah bukan jawaban, karena 65% penduduk Cina mengonsumsi beras sebagai makanan pokok. Demikian disebutkan dalam laporan yang disajikan di Chinese Journal of Eco-Agriculture yang terbit tahun 2018.

Pemerintah Kurangi Emisi Metana dari Pertanian Padi

Pemerintah Cina tidak berpangku tangan. Negara tersebut sangat menyadari dampak buruk metana bagi kehidupan global dan lokal.

Pada Juni 2022, Kementerian Pertanian dan Pedesaan, dan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional menerbitkan rencana pengurangan emisi dan penyerapan karbon di daerah pedesaan dan sektor pertanian.

Pengurangan metana sawah terdaftar sebagai yang pertama dari 10 prioritas dalam dokumen itu, dengan rencana untuk mempromosikan irigasi padi hemat air jika sesuai, meningkatkan efisiensi penggunaan air, dan mengurangi produksi metana.

Metode terbaik untuk mengurangi metana dari pertanian padi adalah dengan beralih dari metode sawah tradisional. Karena organisme yang menghasilkan metana hanya dapat bertahan hidup di lingkungan yang miskin oksigen, membiarkan tanah mengering secara teratur – memaparkannya ke udara – dapat mengurangi emisi.

Bagaimana China akan mengendalikan emisi metananya?

Pemerintah Cina telah mempelajari sistem intensifikasi padi (system of rice intensification) yang berasal dari Madagaskan yang telah dikembangkan di negara Afrika itu sejak 1981. Pengurangan emisi dengan cara membangun irigasi dangkal dan terputus-putus atau pembasahan dan pengeringan secara bergantian. Pola tersebut dapat mengurangi emisi metana dari penanaman padi sebesar 22–64%. System of Rice Intensification (SRI) juga telah banyak di gunakan di Asia, Afrika dan Amerika Latin, dan telah terbukti dapat meningkatkan pendapatan petani.

Tantangan Lokal

Satu tim yang bekerja pada emisi metana sawah mengatakan SRI tidak praktis untuk petani lokal di barat daya China. Seorang anggota tim, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan pihaknya belum mempromosikan metode tersebut karena menemukan para petani sangat bingung tentang kapan mereka harus dan tidak boleh membanjiri ladang. Di pegunungan di barat daya, sawah dibiarkan tergenang air sepanjang tahun, dan selalu demikian. Ini berarti ladang terus mengeluarkan metana selama musim dingin, meski tidak ada yang tumbuh.

Anggota tim menjelaskan bahwa karena semua sawah petani yang berbeda terhubung, satu petani menambah atau mengurangi air mempengaruhi yang lain, membuat segalanya menjadi lebih kompleks.

Untuk mengakomodasi praktik lama ribuan tahun ini, tim peneliti telah memilih pendekatan lain yang dikenal sebagai luapan banjir. Ini melibatkan menumpuk tanah menjadi punggung bukit dan menanam tanaman di atasnya. Alur di antara punggungan kemudian dibanjiri.

“Ada keuntungan yang jelas untuk banjir alur. Institut Ilmu Tanah di Chinese Academy of Sciences menemukan pengurangan emisi metana sebesar 60–80%. Mengelola ketinggian air lebih mudah, karena air dapat dibiarkan di alur sepanjang tahun. Ini menghemat banyak pekerjaan petani, sebut peneliti tersebut pada awal februari 2023.

Terobosan di Xitang

Di tempat lain, pendekatan lain sedang dicoba. Di kotapraja Xitang di daerah Jiashang, Zhejiang, China National Rice Research Institute dan Alibaba Cloud telah membangun sistem pertanian “pintar” sebagai bagian dari proyek pertanian rendah karbon seluas 400 mu (27 hektar).

Menurut National Business Daily, proyek ini menggunakan teknologi komputasi awan Alibaba dan Internet of Things untuk menghubungkan instrumen pemantauan dengan peralatan irigasi dan mesin otomatis, memungkinkan pengelolaan yang lebih efisien dan terarah. Misalnya, sensor ketinggian air dihubungkan ke katup yang menambahkan atau mengeluarkan air dari lapangan sesuai kebutuhan.

Perhitungan oleh institut mengatakan teknik yang lebih cerdas memotong penggunaan air hingga 30–50% dan emisi metana hingga 30% atau lebih.

Disadur dari Chinese Dialogue dan dataindonesia

Artikel SebelumnyaGempa Turki-Suriah: Korban Tewas Lewati 50.000 Jiwa
Artikel SelanjutnyaIPAU Apresiasi Kinerja Pj Bupati Aceh Utara
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here