Komparatif.ID, Lhokseumawe— Presiden Mahasiswa IAIN Lhokseumawe, Munawir, menantang para mahasiswa untuk merenungkan kembali arah dan makna peran mereka di tengah realitas sosial yang terus berubah.
Hal itu ia sampaikan saat mengisi forum yang digelar Komunitas Tika Beut, mengangkat topik “Kemana Arah Mahasiswa?” pada Jumat (9/5/2025). Pada kesempatan itu Munawir berbagi pengalaman pribadi sebagai mantan santri salafi yang kini menjabat sebagai Presiden BEM.
Meski berasal dari lingkungan religius yang ketat, ia tidak melihat hal itu sebagai sekat pembatas. Justru nilai-nilai kesantrian menjadi fondasi kuat yang ia bawa ke dalam kehidupan kampus dan aktivitas organisasinya.
“Saya tidak meninggalkan dunia pesantren. Saya hanya memperluas medan perjuangan,” ungkapnya.
Menurutnya, kampus bukan hanya tempat menimba ilmu, tapi juga ruang pembentukan karakter dan penyemaian arah gerakan yang berdampak. Latar belakang keluarga religius yang dimilikinya tidak menjadi tembok, melainkan jendela untuk terus meng-upgrade diri dan menjawab tantangan zaman dengan tetap menjaga akar spiritualitas.
Baca juga: Sekolah Unggul Garuda Bentuk Pemerataan Akses Pendidikan Berkualitas
Resonansi dari kisah Munawir tak hanya dirasakan oleh peserta, tetapi juga oleh Ketua Komunitas Tika Beut, Jihan Fanyra. Ia mengatakan kekagumannya terhadap kemampuan Munawir menjembatani dua dunia yang sering dianggap berjauhan: pesantren dan kampus.
Menurut Jihan, keberanian Munawir menarasikan perjalanan hidupnya merupakan contoh nyata bahwa identitas santri dan peran sebagai agen perubahan di kampus bisa berjalan seiring.
“Tika Beut ingin terus menjadi ruang bagi mahasiswa untuk bersuara jujur, berpikir bebas, dan berkarya tanpa takut dihakimi. Kisah seperti Munawir memberi warna dan harapan baru,” ujar Jihan.