Lampoh Coffee Cengkareng, Café  yang “Memuliakan” Kuliner Aceh

Suasana Homy: Lampoh Coffee menyajikan kuliner nan lezat dan suasana homy. Foto: Instagram Lampoh.
Suasana Homy: Lampoh Coffee menyajikan kuliner nan lezat dan suasana homy. Foto: Instagram Lampoh.

Lampoh Coffee Cengkareng yang beralamat di Vittoria Recidence, selain menyediakan berbagai kuliner asal Aceh, juga menjadi tempat melepas rindu terhadap Serambi Mekkah oleh diaspora di ibukota. Misi utama Teungku Ismuhadi membuka Lampoh demi memuliakan makanan tanoh indatu.

mīlle viae dūcunt hominēs per saecula Rōmam. Demikianlah peribahasa klasik yang bila ditamsilkan dalam kehidupan kekinian, kesempatan selalu hadir bagi siapa saja yang jeli memanfaatkan situasi.

Jalan itu dipilih oleh Teungku Ismuhadi, seorang diaspora Aceh yang telah lama bermukim di Jakarta. Ia membuka resto Lampoh Coffee Cengkareng, Jakarta Barat, di tengah membludaknya wabah Covid-19 di Indonesia. Ketika banyak usaha jasa kuliner bertumbangan karena minimnya pelanggan, Ismuhadi justru baru memulainya.

Baca juga: Harbour Bay Restaurant Batam, Melepas Penat Sembari Menikmati Seafood Terbaik

Bagi banyak orang, langkah Ismuhadi dinilai sangat berani; setengah berjudi, karena kondisi ekonomi dan kesehatan sedang sangat darurat. Tapi pria ramah asal Peusangan, Bireuen tersebut, terjun ke bisnis kuliner –khas daerah—di tengah pandemi, bukan asal-asalan. Ia telah menghitung ragam risiko dan peluang.

Di tengah pandemi ia mempersiapkan semua hal; mulai komitmen bisnis, manajemen usaha, hingga hal-hal lain yang berkaitan dengan usaha kuliner tersebut.Ketika pandemi mulai mereda, Lampoh Coffee Cengkareng di-launching. Alhamdulillah, satu persatu pelanggan datang. Kebanyakan dari etnis Tionghoa. Baik yang pernah memiliki sejarah dengan Aceh, maupun mereka yang mendapatkan rekomendasi berkunjung dari teman-temannya.

Cerita itu mengalir sembari kami menyeruput secangkir kopi tanpa gula di teras Lampoh, seusai Zuhur. Kami mengobrol santai di tengah embusan angin laut Teluk Jakarta.

“Misi saya membuka Lampoh Coffee di Cengkareng, demi memuliakan kuliner Aceh yang terkenal kaya rempah dan enak,” kata Ismuhadi, Minggu (30/10/2022).

Setelah merasa cukup mengobrol tentang ragam topik, kami melangkah ke dalam cafe Lampoh Coffee. Suasana di dalam cafe tersebut sangat nyaman. Beberapa anak-anak bersuai di bawah 7 tahun asyik bermain smartphone sembari merebahkan punggung di atas sofa empuk. beberapa orang lainnya duduk sembari mengobrol. Suara mereka sangat pelan, sehingga tidak menimbulkan bising. Benar-benar nyaman bagi semua orang yang berada di sana.

Saya memesan sup iga, Teungku Ismuhadi memesan salad. Kami melanjutkan obrolan seputar kuliner Aceh yang selama ini identik dengan makanan enak tapi dijual di rak-rak kecil di teras warung. Meskipun laku keras tapi ada juga kalangan yang enggan singgah karena kurang nyaman dengan suasana keramaian yang bercampur dengan aroma makanan aneka rupa.

Di Lampoh Coffee, kuliner Aceh disajikan dalam format resto yang diembusi pendingin udara. Tanpa asap rokok, dan tidak bising. Sangat ramah kepada anak-anak dan keluarga. Ismuhadi menghadirkan nuansa homy; semua orang menikmati sajian seakan-akan sedang berada di rumah sendiri.

Ramah Anak: Suasana café yang ramah untuk anak-anak. Foto: Komparatif.ID/Muhajir Juli.
Ramah Anak: Suasana café yang ramah untuk anak-anak. Foto: Komparatif.ID/Muhajir Juli.

Seiring waktu, pelanggannya berdatangan bersama keluarga, rekan bisnis, dan teman satu tempat pekerjaan. Tidak jarang pula pasangan muda yang datang sekadar kongkow sembari menyeruput kopi. Mereka mengudap kuliner sembari berbicara apa saja tanpa merasa risih didengar oleh pengunjung lainnya.

Lampoh Coffee cengkareng juga menjelma menjadi tempat bernostalgia tentang Aceh. orang-orang Aceh dari etnis Tionghoa yang sudah lama meninggalkan tanoh indatu, berkunjung ke sana untuk menikmati mi Aceh, nasi goreng, dan nasi guri, dan garam varian kuliner lainnya.

Saya menyeruput kuah sup iga yang masih panas. Rasanya sungguh eksotis nan gurih yang lahir dari proses pematangan sempurna iga yang memunculkan rasa umami alami. Dagingnya empuk; ketika dikunyah segarnya rasa rempah dan menyatu dalam satu kata: mumtaz.

Protein sembilan asam amino esensial yang dikandung daging, seakan-akan berlomba masuk ke tiap relung raga, membentuk pertahanan tubuh yang telah lelah setelah berhari-hari dipacu terus-menerus bergerak dari pulau ke pulau.

Setelah menghabiskan satu cup sup iga, seorang waiter menyajikan sepiring mi aceh tumis yang dicampur daging. Teungku Ismuhadi mempersilakan saya menyicipinya. Meskipun sudah kenyang, tapi menolak tawaran mengudap mi aceh tentu sebuah kekeliruan. Saya tidak mau keliru.

Saya ciduk satu sendok mi berkuah. Sepotong daging ikut ke dalam sendok tersebut. Begitu masuk ke dalam mulut, saya langsung teringat pada rasa tiga mi aceh di Banda Aceh. Mie aceh Lampoh Coffee merupakan perpaduan ketiga warung mie di banda Aceh yang menjadi langganan saya. Pada cidukan kedua, saya menemukan kelezatan mi aceh Ule Gajah di Bireuen. Rasa khas itu masuk secara sangat halus.Pada cidukan ketiga; Otentik! Saya menemukan citarasa mi aceh Lampoh Coffee. Pada cidukan terakhir saya mengambil kesimpulan; lezatnya mi aceh Lampoh Coffee Cengkareng hanya ada di sana. Selain itu ada garansi plus: Mi aceh Lampoh dibuat sealami mungkin.

Mi aceh Lampoh Coffee, Cengkareng. Foto: Instagram Lampoh.
Mi aceh Lampoh Coffee, Cengkareng. Foto: Instagram Lampoh.

“Karena olahannya yang spesial, menjadikan mi aceh di Lampoh aman dikonsumsi oleh penderita gangguan asam lambung,” kata Teungku Ismuhadi.

Sup iga dan mi aceh yang saya kudap, sudah lebih dari cukup untuk memberikan nilai terhadap sajian lainnya di Lampoh Cengkareng. Resto ini sangat layak dikunjungi oleh siapa saja yang membutuhkan tempat hangout sembari menikmati kuliner Aceh yang sedapnya harus diucapkan sampai 7 kali.

Bagi Anda yang ingin menikmati kuliner lainnya, Lampoh Coffee juga menyediakan ragam lainnya sesuai selera Anda. Termasuk pisang goreng yang disajikan bersama selai yang dicampur dengan jahe. Gurihnya maknyus! Dipadu dengan secangkir kopi yang disediakan dalam ragam varian, wow, istimewa.

Jangan ragu soal higienitas. Lampoh Coffee telah memenuhi SOP sebuah restoran. Dapurnya bersih, toiletnya bersih, ruang salat bersih, dan satu lagi; biaya parkir gratis.

Bila Anda ingin menikmati kuliner Aceh dalam suasana café yang memadukan konsep fast casual dining and fine dining, datanglah ke Vittoria Recidence, RPVP+58X, RT.10/RW.2, Rw. Buaya, Kecamatan Cengkareng, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Artikel SebelumnyaSerahkan Beasiswa, Pj Bupati Aceh Utara Harap Mahasiswa Bangun Jiwa Wirausaha
Artikel SelanjutnyaMembungkam Taufiqul Hadi
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here