Komparatif.ID, Banda Aceh—Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Bea Cukai Aceh Safuadi menyebutkan sampai sekarang masih banyak investor yang ragu masuk ke Aceh karena alasan keamanan. Mereka masih menyangsikan bahwa Serambi Mekkah sudah tidak ada lagi hal-hal yang akan menganggu iklim investasi.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bea Cukai Aceh tersebut pada acara pertemuan Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki, dengan sejumlah wartawan, Sabtu (10/12/2022) di Restoran Pendopo Gubernur Aceh.
Dalam penjelasannya Safuadi menyebutkan Pemerintah Aceh telah bekerja keras mengatasi inflasi. Dari peringkat tiga terburuk, kini Aceh menempati peringkat 27 inflasi nasional. Artinya Aceh berhasil memperbaiki keadaan. Pun demikian meski peringkat sudah sangat baik, tapi perihal inflasi merupakan dinamika ekonomi yang paling dinamis. Makanya pemerintah harus bekerja terus-menerus menjaga lajunya.
Baca juga: Gagalnya Investasi UEA dan Tenggelamnya Kepulauan Banyak
Kehadiran investasi merupakan kunci utama menjaga kestabilan ekonomi di Aceh. Seperti menjaga jumlah produksi, meningkatkan nilai produksi, supply and demand harus sesuai, serta kestabilan rantai pasok.
Komoditas-komoditas yang selama ini menyumbang inflasi cukup besar seperti bawang merah, ikan tongkol, dencis, harus dijaga dengan baik ketersediaannya. Di sisi lain, beras Aceh selalu surplus, tapi tak mampu mendongkrak kesejahteraan petani. Karena daya serap pasar dengan hasil produksi tidak berimbang. Sementara tidak tersedianya pasar yang mampu menyambungkan Aceh dengan dunia bisnis beras tingkat dunia.
“Ini tentu miris ya. DKI Jakarta tidak punya sawah, tapi mereka sekarang sudah mengekspor beras ke luar negeri. Aceh yang surplus beras, justru tidak dapat melakukan apa-apa,” sebut Kepala Kanwil Bea Cukai Aceh Safuadi, yang diamini oleh Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki.
Oleh karena itu, kata Kepala Bea Cukai Aceh, kepercayaan investor perlu dipulihkan, demi mencapai tujuan pembangunan.
Pj Gubenur Aceh telah melakukan berbagai langkah demi meyakinkan investor agar bersedia masuk ke Aceh. Achmad Marzuki meyakinkan mereka bahwa Aceh aman, memiliki potensi, serta ramah investasi.
Pola pembangunan ekonomi yang mulai diterapkan di Aceh yaitu berkonsep konglomerasi, dengan melibatkan investor, pemerintah dan akademisi.