Komparatif.ID— Di tengah hiruk-pikuk kota Banda Aceh, terdapat sebuah oasis ketenangan dan spiritualitas: Masjid Raya Baiturrahman. Setiap Jumat, masjid bersejarah ini menjadi pusat kegiatan ibadah dan persaudaraan, menarik ribuan jamaah dari seluruh penjuru kota dan bahkan beberapa wisatawan mancanegara.
Seiring dengan panggilan azan yang menggema, laki-laki berbaris rapi memenuhi ruang utama masjid hingga pelataran, sementara kaum perempuan yang tidak mengikuti prosesi salat Jumat sudah mengisi sisi kiri halaman masjid.
Mereka duduk bersila di atas lantai marmer hangat akibat cuaca panas yang mengurung Banda Aceh dalam beberapa hari terakhir, mengikuti khotbah dengan khusyuk, atau berdoa secara pribadi, menciptakan suasana syahdu yang menyentuh hati.
Halaman masjid yang luas, dengan keramik putihnya yang bersih, menjadi tempat berkumpul yang nyaman. Payung-payung elektrik raksasa, mirip dengan yang ada di Masjid Nabawi terbuka lebar, memberikan naungan bagi jamaah yang beribadah di bawah sinar menyengat matahari.
Baca juga: Robohnya Mimbar Masjid Raya Baiturrahman
Setelah salat Jumat, suasana menjadi lebih santai dan akrab. Wisatawan luar negeri yang hadir terpesona oleh keindahan arsitektur dan kekayaan sejarah masjid, bergabung dengan masyarakat lokal untuk berfoto bersama. Ini bukan hanya momen untuk mengabadikan kenangan, tetapi juga kesempatan untuk bertukar cerita dan budaya.
Masjid Raya Baiturrahman tidak hanya menjadi simbol keagamaan, tetapi juga kebanggaan dan kekuatan bagi masyarakat Aceh. Masjid ini telah melewati banyak peristiwa penting, termasuk selamat dari bencana tsunami 2004, yang oleh banyak orang dianggap sebagai bukti perlindungan ilahi.