Ide merupakan kunci sebuah usaha. Sedangkan uang, merupakan pendukung menjalankan ide. Pertanyaannya bila hari ini Anda diberikan uang Rp100 ribu, apa yang akan Anda lakukan?
Pertanyaan itu diajukan oleh Maskur Abdullah, seorang pelatih kewirausahaan bersertifikat. Tidak ada yang dapat menjawab, meskipun rerata peserta pelatihan UMKM pada sebuah forum di awal Desember 2022 menyebutkan mereka tidak kunjung membangun usaha karena tidak memiliki uang.
Banyak orang beranggapan untuk memulai usaha wajib memiliki uang besar, sehingga tidak sempat berpikir apa yang akan dilakukannya agar mendapatkan uang.
Baca juga:Reku, Startup Putra Bireuen Dapat Dana 11 Juta Dolar Amerika
Padahal rumus wirausaha; mulailah dengan berapapun uang yang ada, karena yang sangat penting mengeksekusi ide yang ada di dalam pikiran.
Maskur menyebutkan beberapa karakter entrepreneur, yaitu:
- Memiliki minat
- Ada keinginan mandiri
- Berani
- Ulet
- Jujur
- Berpikir kreatif
- Punya keinginan maju
- Tahan banting.
Di era digital, memulai usaha justru sudah lebih gampang. Setiap orang memiliki media sosial, bahkan mereka aktif di dalamnya. Sayangnya pasar yang telah ada itu justru diisi dengan hal-hal yang kurang berguna, atau bahkan tidak berguna sama sekali.
Setiap kali terbersit keinginan untuk memulai, selalu saja urung dilakukan, karena takut akan ditolak, serta ragu karena keterbatasan anggaran. Padahal, akun media sosial merupakan modal yang telah dimiliki.
Di sisi lain, banyak yang beranggapan barang yang akan dijual harus berharga murah, agar konsumen tertarik membeli. Padahal tidak mesti demikian. Karena setiap barang telah memiliki kelas pembelinya sendiri.
Maskur mencontohkan Reza Nur Hilman memulai usaha dengan berjualan keripik singkong. Saat ini omzetnya per bulan Rp7 miliar. Keripik singkong yang dijual Hilman tidak termasuk murah. Puluhan ribu untuk satu pack yang tidak sampai ½ kilogram.
Apa keunggulan Hilman? Terletak pada kemasan, rasa, dan cara ia mempromosikan produknya.
“Keripik Saree sejak dulu begitu-begitu saja tampilannya. Tidak ada perubahan. Sehingga tidak dapat berekspansi ke luar Saree. Pedagang di sana “nyaman” dengan kondisi tersebut. Padahal apa beda keripik singkong Hilman dengan punya mereka yang sudah puluhan tahun berjualan di Seulawah?” kata Maskur.
Pelaku wirausaha, harus berani berinovasi dalam mengembangkan bisnis. Tidak boleh stagnan. Banyak produk kalah bukan karena kualitasnya tidak bagus. Tapi enggan berinovasi, seperti memperbaiki kemasan supaya eye catching di mata konsumen.
Pelaku wirausaha harus berpikir out of the box, karena dunia usaha sangat dinamis. Produk keripik diproduksi oleh banyak orang, dan ada di berbagai belahan dunia. Agar keripik yang dibuat dapat diterima pasar secara luas, selain menjaga rasa tetap enak, juga perlu adanya inovasi bentuk dan kemasan.
Inovasi lahir dari ide. Karena wirausaha pemula identik dengan keterbatasan anggaran, maka si pengusaha harus mencari ide sendiri, karena tidak mungkin mengajak tim kreatif. ide akan didapatkan dengan cara mengamati pasar, berselancar di internet, serta meminta masukan dari konsumen.
“Intinya, dalam membangun usaha, uang bukan segala-galanya. Banyak sekali pelaku usaha memulainya dengan uang yang sangat minim. Namun seiring waktu terus bertambah, dan kemudian menjadi pengusaha yang bahkan melebihi kelas UMKM,” sebut Maskur.
Hal lainnya yang harus diperhatikan, untuk membangun usaha harus tahan banting, jangan muda mengeluh. Bila mental tak kuat, ide-ide baru tidak akan lahir.