Harga Pinang sangat Murah, Warga Minta Pemerintah Aceh Cari Solusi

Harga pinang
Sudah hampir setahun harga pinang di tingkat petani hancur-hancuran. Petani, Senin (17/7/2023) mengaku kesulitan ekonomi akibat anjloknya harga pinang. Foto: Okezone.com.

Komparatif.ID, Bireuen—Harga pinang sangat murah saat ini. Sempat turun hingga Rp2.500/kilogram, kini Rp5000/kilo. Meski sudah naik, tapi belum dapat menutupi ongkos produksi petani.

Irwandi (39) warga Bireuen, dalam bincang-bincang ringan dengan Komparatif.ID, Senin (17/7/2023) mengeluh saat ini antara biaya produksi dengan harga pinang siap jual belum sesuai. Masih sangat jauh dari ideal ketimbang harga setahun lalu.

“Tahun lalu harga pinang paling murah Rp10.000 per kilogram. Harga saat ini Rp5000. Masih sangat jauh. Sedangkan harga beras per bambu Rp22.000,” kata Irwandi.

Baca: 83 KK Petani Pinang Terancam

Pengakuan yang sama disampaikan oleh Ilyas (55). Pria berkulit cokelat tersebut mengatakan petani pinang di kampung sangat lelah bertahan dalam kondisi tidak menentu. Saat ini harga komoditas pertanian sangat murah. Sedangkan bahan pokok dan kebutuhan rumah tangga lainnya sangat tinggi.

Ilyas yang juga memiliki kebun pinang mengatakan pekan lalu harga pinang sudah naik menjadi Rp5000. Tapi belum dapat mengurangi biaya produksi. 100 kilogram bulir pinang kering hanya dapat menghasilkan Rp500.000. Untuk mengumpulkan 100 kilogram pinang, harus dilalui dengan kerja keras.

Rata-rata dari proses panen hingga jual, membutuhkan waktu lima hari. Dengan tenaga kerja lebih dari dua orang, biasanya melibatkan suami, istri dan anak-anak, tentu tidak sepadan bila 100 kilogram hanya menghasilkan 500.000 rupiah.

Sedangkan di sisi lain, kebutuhan pokok, seperti beras, ikan, minyak goreng, dan gas 3 kilogram harganya juga tidak bersahabat dengan kantong petani kecil.

Meski harga tebus gas 3 kilogram di tingkat pangkalan rata-rata Rp22.000, tapi warga kesulitan mendapatkannya langsung di pangkalan. Mereka harus membeli pada pengecer yang menjual per tabung Rp33.000.

Harga ikan basah layak konsumsi rerata Rp30 ribu sampai Rp50 ribu per kilogram. Bila digabung dengan kebutuhan beras, minyak goreng, dan kebutuhan lainnya, maka Rp500 ribu untuk 100 kilogram pinang, tidak menguntungkan petani.

“Mungkin di tingkat kota yang uang pemerintah beredar lebih luas, hal-hal yang kami rasa tidak mereka rasakan. Apalagi bila merujuk pada kalangan ekonomi menengah atas, karena mereka mendapatkan uang dari sektor jasa yang bersumber dari program pemerintah. Kami di tingkat paling bawah hanya dapat mengandalkan hasil kebun dan jasa buruh kasar,” sebut Ilyas.

Sejumlah petani pinang di Aceh Utara, Bireuen, dan Pidie, juga mengeluhkan hal yang sama. Harga pinang yang terlalu murah membuat mereka kewalahan.

Mereka berharap Pemerintah Aceh segera mencari jalan keluar. Karena murahnya harga pinang sudah terjadi hampir setahun. Mereka berharap Pemerintah Aceh mencari cara supaya komoditas pertanian yang diproduksi oleh petani di Serambi Mekkah, khususnya pinang, mendapatkan harga terbaik.

“Kami sudah cukup sabar mempertahankan kebun pinang. Kami percaya Pemerintah Aceh sudah mengetahui kondisi ini. Kami berharap Pemerintah Aceh bekerja untuk membela kami,” ujar Bustami (45).

seperti diberitakan sebelumnya, berdasarkan data Statistik Perkebunan Aceh Tahun 2021, yang disitat Komparatif.ID, Jumat (16/6/2023), jumlah petani yang menanam pinang sebanyak 83.514 KK. Jumlah ini sangat signifikan apalagi Aceh yang masih bergelut dengan kemiskinan.

Meskipun perkebunan sawit semakin menggerus lahan pertanian di Aceh, akan tetapi pineung masih tetap diminati oleh petani. Sesuai data Statistik Perkebunan Aceh 2021, luas pinang yang masuk kategori Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 9.770 hektare. Kebun yang menghasilkan seluas 32.120 hektare, kebun rusak 3.154 hektare. Total luas lahan 45.044 hektare.

Jumlah produksi pada tahun 2021 sebanyak 17.677 ton. Masing-masing panen per hektare 550 kilogram.

Artikel SebelumnyaUlasan The Flash (2023) Dipuji Tapi Merugi
Artikel SelanjutnyaDinkes Aceh Sosialisasi Cegah Stunting Melalui Seni Tradisional
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here