Fifi Young, Artis Indonesia Nan Rupawan dari Aceh

Fifi Young
Poster film Zoebaida yang diperankan oleh Fifi Young. Koleksi: Poewokertoantik.

Fifi Young, merupakan satu dari dua orang Aceh berdarah Tionghoa yang menggetarkan jagad Indonesia. Bila Yap Thiam Hin membuat gebrakan di bidang pemenuhan keadilan terhadap rakyat kecil melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH), maka Fifi bergerak di bidang perfileman Tanah Air.

Fifi Young dilahirkan di Sungai Liput, Aceh, Hindia Belanda, pada 12 Januari 1915 dengan nama asli Tan Kiem Nio. Ayahnya merupakan seorang Eropa Prancis dan ibu peranakan Tionghoa Aceh. Fifi tidak sempat mengenal sang ayah, karena lelaki tersebut meninggal dunia ketika perempuan itu masih sangat kecil.

Tan Kiem Nio kemudian mengadu untung ke Batavia yang kala itu sudah menjadi sebuah kota penting, tempat pusat Pemerintah Hindia Belanda mengendalikan seluruh Nusantara. di sana dia bergabung dengan kelompok sandiwara, yang menggelar pementasan dari kota ke kota.

Baca juga: Teman Saya Tionghoa Lhokseumawe

Tan Kiem Nio memiliki bakat alamiah dalam dunia pertunjukan. Tubuhnya yang artistis, dengan wajah nan rupawan, membuat ia begitu cepat terkenal di kalangan seniman sandiwara.

Pada usia 14 tahun—sangat belia, tapi sudah lazim kala itu– dia menikah dengan Njoo Chiong Seng, seorang penulis dan sutradara, ketika mereka sama-sama bergabung dalam kelompok sandiwara “Miss Riboet’s Orion” di Batavia.

Berkat menikah dengan Njoo, perempuan tersebut dilatih dengan sangat baik, sehingga menjadi pemain teater paling masyur kala itu. Namanya dikenal di mana-mana. Bila ia tampil, maka dipastikan sandiwara yang dipentaskan akan melimpah penonton.

Melihat perkembangan zaman dan tren di dunia hiburan, Tan Kiem Nio kemudian mengubah namanya menjadi Fifi Young. Perpaduan rasa Hokkian dan Prancis. Fifi dicomot dari nama bintang film paling terkenal Prancis kala itu; Fifi d’Orsay, dan Young merupakan pengucapan Mandarin dari nama keluarga Nyoo dalam bahasa Hokkian.

Bersama suami yang kemudian menjadi sutradara film, Fifi pada dekade 1920-an sering mentas di berbagai negara seperti Malaya—Malaysia dan Singapura, bahkan hingga ke India.

Fifi Young yang terkenal cantik, pandai bermain peran, dan sangat rancak kala menari, membuat banyak orang menggemarinya. Gubernur Malaya kala itu bahkan sangat sering menonton penampilan kelompok sandiwara “Miss Riboet’s Orion”. Sang gubernur-lah yang seringkali menyerukan kalimat,”One, two, three, we want Fifi!”

Pada tahun 1930-an Nyoo bergabung dengan Dardanella, kelompok sandiwara keliling terkenal Indonesia saat itu. Fifi pun menjadi salah satu bintang panggung kelompok itu.

Pada masa pendudukan Jepang, Nyoo dan Fifi mendirikan kelompok sandiwara “Bintang Soerabaia”, bersama Dahlia, bintang film terkenal sebelum Perang Dunia II.

Fifi Young Terjun ke Layar Perak

Tahun 1950 Fifi mencoba peruntungan di industri layar perak. Film pertama yang ia bintangi yaitu Kris Mataram. Tahun selanjutnya ia bermain dalam film Air Mata Iboe. 1954 ia memainkan peran sebagai ibu dalam sinema Tarmina. Film yang ia bintangi terakhir kali disutradarai oleh Teguh Karya dengan judul Ranjang Pengantin.

Sepanjang karirnya sebagai artis film, dia bermain di 83 judul film, termasuk Malin Kundang (1971), Si Pitung (1970), Tiga Dara (1956), Asmara dara (1958), Si Doel Anak Betawi (1973), Tetesan Air Mata Ibu (1974), Mei Lan, Aku Cinta Padamu (1974, dan lain-lain.

Sepanjang karirnya di dunia perfileman, Fifi juga pernah meraih penghargaan sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Tarmina, yang diberikan dalam ajang Festival Film Indonesia (1955), dan menjadi runner up pada ajang Aktor-aktris Terbaik PWI (1973 dan 1974). Pada 1973 dia meraih runner up II dengan filmnya Wajah Seorang Pembunuh, dan runner up I pada film Jembatan Merah.

Fifi Young mengembuskan nafas terakhir di Jakarta, 5 Maret 1975 pada usia 60 tahun. Jenazahnya dikremasikan pada 9 Maret 1975 di Muara Karang, Jakarta Utara. Proses kremasi ditempuh demi melaksanakan amanah sang arwah ketika sedang dirawat di rumah sakit.

Ada sebuah peristiwa penting dalam perjalanan hidupnya. Setelah Perang Dunia II, suaminya menikah lagi dengan Mipi Malenka, seorang artis pendatang baru yang juga rupawan. Fifi Young menerima kenyataan itu dengan perasaan yang tidak pernah diungkapkan kepada publik. Bahkan ia sempat mendampingi Mipi yang melahirkan anak pertama berjenis kelamin laki-laki. Dalam perjalanan, Mipi ternyata tak sanggup menjadi istri kedua dan memilih mundur dari pernikahan itu. Akhirnya Fifi juga memilih berpisah dari Njoo. Berakhirlah rumah tangga yang dibangun puluhan tahun dengan sang suami, sekaligus pria yang telah menanam benih di rahimnya, sehingga maujud menjadi lima orang anak.

Nama Fifi Young tetap abadi dalam dunia perfileman Indonesia. Dia menorehkan prestasi gemilang. Ia menaklukkan dunia seni hiburan Tanah Air bukan semata karena good looking, tapi lebih karena kemampuannya dalam berakting. Bila sekadar cantik, maka dunia perfileman tak mesti harus menunggu perempuan asal Sungai Liput, Aceh. karena di Batavia jumlahnya juga sangat banyak. Dari Sungai Liput, Fifi membawa bakat alamiah, kemudian ibarat emas, dia “disapuh” dengan sangat baik oleh sang suami.

Disadur dari Historia, Suara Pembaruan, Indomedia.com, ensyclopedia.jakarta-tourism.go.id

Artikel SebelumnyaRevolusi Partai Aceh
Artikel SelanjutnyaTu Sop Ajak Teungku Bawa Nilai Tasawuf Dalam Politik
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here