E Coli Patut Diduga Sebagai Penyebab Gagal Ginjal Anak

Dr. Erta Wijaya menyarankan dilakukan penelitian tentang cemaran e coli. Karena varian e coli bisa menyebabkan gagal ginjal akut. Foto: dikutip dari Facebook Dr. Erta.
Dr. Erta Wijaya menyarankan dilakukan penelitian tentang cemaran e coli. Karena varian e coli bisa menyebabkan gagal ginjal akut. Foto: dikutip dari Facebook Dr. Erta.

Perlu ada riset tentang cemaran e coli. Karena tidak mungkin industri farmasi merusak usahanya sendiri. Lagi pula standar produksi obat kita terbilang tinggi, BPOM rutin lakukan pengawasan terhadap obat yang diproduksi di Indonesia.

Problem dengan Industri obat kita, mayoritas 90% bahan baku masih impor, kebanyakan dari China, India, Eropa. Kalau memang bahan bakunya tercemar seharusnya kejadian gagal ginjal akut karena obat ini terjadi pula di negara lain yang impor bahan baku obat dari India.Tapi kenyataannya saya coba pantau tidak terjadi kejadian serupa di negara lain.

Masalah di Gambia memang ada obat etilen glikol & dietilen glikol yang kadarnya di atas batas, tapi sampai sekarang otoritas kesehatan di Gambia tidak bisa membuktikan ada hubungan sebab akibat yang jelas antara konsumsi obat itu dengan gagal ginjal akut (GGA).

Baca juga: Ini Dia Gejala Gagal Ginjal Pada Anak 1-5 Tahun

Masih mungkin ada sebab lain yang jadi penyebab GGA. Jadi saya sih belum terlalu percaya ini karena obat. Lagian standar produksi obat kita kan terbilang tinggi, BPOM rutin lakukan pengawasan terhadap obat yang diproduksi di Indonesia, kecil kemungkinan kecolongan ada perusahaan obat yang dengan bodohnya buat obat dengan kadar EG/DEG yang luar biasa tinggi sehingga hanya 1x minum ginjal langsung rusak.

Masih sangat mungkin ini ada varian baru e coli yang menghasilkan shiga toxin berbahaya yang bisa merusak ginjal. Kalau lihat perjalanan KLB e coli di Jerman & Amerika Serikat, itu hanya perlu ada 1 batch sayuran, mungkin timun, salada, dicuci dengan air yang terkontaminasi ecoli, lalu terdistribusikan ke supermarket, pasar, atau gerai fastfood, penyakitnya menyebar kesana kesini.

Dengan tingkat pencemaran e coli pada air rumah tangga yang kita tahu luar biasa tinggi di Indonesia, saya malah heran kenapa hal seperti ini tidak pernah terdeteksi terjadi di Indonesia? Kalau dipikir kan aneh, di Amerika saja suka terdeteksi ada KLB e coli dan akibatnya ginjal bisa rusak, masa iya hal serupa tidak terjadi di Indonesia? Bicara standar kebersihan industri makanan di sini dan di sana kan jelas di sini masih banyak kurangnya, belum bicara tingkat pencemaran e coli pada air rumah tangga.

Patut dicurigai, kemampuan kita mendeteksi munculnya penyakit ini masih terbatas, maklum tarif InaCBGs juga kan sangat terbatas, dari 2014 tidak di diperbaharui. Sementara inflasi selama 8 tahun itu sudah sangat tinggi. Alhasil kita hanya bisa mengobati kasus seirit mungkin tanpa ada upaya melakukan penyelidikan lebih lanjut apa penyebab sakitnya.

Misal ada anak demam, mencret, terus gagal ginjal, kita hampir tidak pernah lakukan pemeriksaan kultur darah untuk cari etiologi, terkecuali pasiennya sudah memberat, dirujuk ke RS tingkat lanjutan / RS pendidikan yang tarif InaCBGs  jauh lebih besar dari RS tipe D/C. Apalagi upaya nyari apa ada shiga toxin producing e coli. Biaya pemeriksaannya saja bisa jadi sebanding, mungkin lebih besar dari tarif InaCBGs untuk penanganan kasusnya.

Perlu dipikirkan mekanisme investigasi yang memungkinkan dilakukan pemeriksaan penunjang yang mahal ini dengan cepat, tanpa membebani penanganan kasus yang tarif InaCBGs yang minim, karena memang kalau terpapar varian e coli yang berbahaya ini, anak bisa sakit dan dengan cepat mengalami gagal ginjal.

Penulis: Dr Erta Priadi Wirawijaya, Sp. JP. Kardiolog. Tulisan ini dikutip dari Facebook Dr. Erta. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here