Disrupsi dan SDA untuk Kita yang Hidup

Pemred Media online Komparatif.id Muhajir Juli. Ia menulis bila disrupsi tidak mungkin dilawan. Perubahan harus disambut dengan persiapan. Foto: Doc. Komparatif.id.
Pemred Media online Komparatif.id Muhajir Juli. Ia menulis bila disrupsi tidak mungkin dilawan. Perubahan harus disambut dengan persiapan. Foto: Doc. Komparatif.id.

Disrupsi tidak bisa dilawan. Manusia harus hidup dengan cara baru. Internet telah mengubah banyak hal, seperti reformasi 98 yang juga memaksa negara dikelola dengan cara semakin terbuka.

Di Aceh, sebelum 2005, angkutan umum merajai jalanan. Saat itu, seorang lelaki yang menjadi sopir labi-labi (sudako) antar desa, memiliki derajat lebih tinggi di kelas ekonomi menengah ke bawah. Karena status sosialnya itu, tidak jarang di antara mereka berhasil mempersunting bunga kembang desa yang dipacari kala sang dara sedang SMA.

Demikian juga sopir-sopir yang lain. Banyak yang meminatinya. Sehingga bukan sebuah keanehan bila banyak pemuda yang rela menjadi anak bawang dalam sebuah angkutan umum/truk, demi mencapai impian—suatu saat—menjadi sopir.

Setelah 2005, angkutan umum—khususnya antar desa, meredup dengan cepat. Saat tulisan ini dibuat, labi-labi yang masih beroperasi hanya satu dua untuk tiap trayeknya. Sebelihnya, jalanan dikuasai oleh alat transportasi pribadi, khususnya sepeda motor.

Kemajuan zaman membawa perubahan, mendisrupsi status quo. Banyak yang mencoba bertahan, khususnya dari generasi tua, tapi akhirnya pertahanan mereka ibarat orang kencing di tengah hujan. Tidak punya pengaruh.

Lima tahun lalu, orang-orang di kampung mencoba mengusir mesin penuai padi. Mereka merasa terancam dengan kehadiran “mobil” tersebut. Banyak pekerjaan musiman yang tergerus, seperti penuai padi, pengangkut padi ke tepian jalan, hingga mesin perontok yang kehilangan job. Tapi tahun-tahun selanjutnya, pemilik sawah mulai pasang badan, bila ada yang berani mengusir mesin penuai padi bekerja, maka si pemilik yang akan melawan orang-orang yang takut kehilangan pekerjaan.

Perlawanan itu dilakukan, karena setelah dihitung dengan cermat, mereka mendapatkan untung lebih besar bila menggunakan jasa mesin penuai padi. Akhirnya perlawanan reda, orang yang hilang pekerjaannya di sektor itu, harus beradaptasi, mencari celah baru untuk bertahan hidup.

Tahun 80-an, ketika traktor mulai diperkenalkan, banyak juga yang menolak. Pemilik kerbau bajak sawah, buruh cangkul, menolak kehadiran traktor. Tapi perlawanan itu hanya sementara, karena mereka kalah dengan keinginan zaman: kerja lebih cepat, untung lebih besar.

Tahun 2022, teknologi sudah berada pada titik yang tidak sanggup dikhayalkan oleh manusia yang lahir pada era 70-an. Perkembangan zaman yang menyebabkan banyak hal tergerus. Perubahan yang bukan hanya menindih masyarakat kecil, tapi juga mendisrupsi layanan negara. PT Pos nyaris gulung tikar ketika internet menjadi mainstream. Surat-menyurat dilakukan secara elektronik. Ditambah lagi dengan kehadiran telepon genggam yang terus mengalami evolusi demikian cepat. Semua hal dilakukan dalam ruang maya. Untung saja, di tengah kegalauan, muncul pasar online, yang produknya tidak bisa dikirim lewat jaringan internet. PT Pos hidup lagi, dengan layanan yang juga harus menyesuaikan diri dengan era.

Perubahan selalu menghadirkan dua sisi mata uang. Menggerus banyak hal, sekaligus mempertahankan hal-hal yang paling subtansial.

Manusia era sekarang tidak lagi berkirim surat menggunakan jasa pos, juga tidak lagi menulisnya di atas kertas. Dengan demikian manusia tidak lagi membutuhkan kertas dan pulpen untuk menulis selembar surat. Tapi mereka membutuhkan laptop, internet, dan kuota internet. Di sisi lain, meskipun manusia sudah berbisnis menggunakan internet, tapi tetap makan nasi, ikan, buah-buahan, sate matang, kuah si itek Bireuen, dan lainnya. Produk-produk itu tidak bisa dibuat di dalam jaringan internet. Nasi berbeda dengan kuota internet. Tapi kuota internet dapat menghasilkan fulus yang digunakan untuk membeli nasi.
Dulu, petani mau tak mau harus berhubungan dengan tengkulak tunggal untuk menjual hasil panennya. Bila hubungannya dengan tengkulak mengalami turbulensi, maka si petani akan kesulitan menjual hasil pertaniannya. Sekarang, berkat kehadiran internet, bila si petani mau meng-upgrade diri, dia bisa menjual hasil kebunnya kepada konsumen akhir yang tidak pernah dia kenal.

Migas untuk Manusia Masa Kini
Ketika surat kabar hanya dapat diterbitkan melalui mesin cetak dan diedarkan secara manual, pengelolaan negara juga bisa dilakukan suka-suka hati penguasa. Sehingga apa pun dapat dilakukan dengan mudah oleh kekuasaan. Bila ada media yang memberitakan, maka media akan dibredel. Ketika media dipaksa tidak boleh terbit terbit, maka informasi akan terputus. Dengan demikian dunia luar tidak akan tahu apa yang terjadi di suatu daerah.

Sekarang? Tidak mungkin menyumbat seluruh informasi. Internet telah menghadirkan dunia yang terang benderang, transparan, sedikit yang dapat ditutup, dan banyak yang mau tak mau harus dibuka.

Lihatlah dulu, ketika ladang migas ditemukan, maka seringkali bersambung dengan konflik bersenjata, pelanggaran HAM, kemiskinan di sekitar tambang, dan kisah-kisah tragis lainnya. Tapi dengan perubahan—lahirnya reformasi 98, banyak yang berubah di Indonesia. SDA suatu daerah bukan lagi kutukan, tapi menjadi rahmat. Pemerintah dan KKKS Bersama pemerintah lokal dan penduduk tempatan, berkoalisi membangun SDM lokal, agar anak-anak bangsa yang ada di negeri yang memiliki SDA, menjadi bagian dari penerima manfaat.

Aceh dalam tempo bertahun-tahun kemudian akan menjadi salah satu daerah penghasil migas. Meskipun tidak lagi menjadi yang terbesar di Tanah Air, tapi setidaknya dengan kehadiran KKKS di berbagai blok migas di Selat Malaka, telah membuka peluang pada tahun-tahun mendatang, uang besar Kembali akan mengalir dan berputar di Aceh.

Era itu harus kita sambut dengan segenap persiapan. Sekarang bukan lagi zamannya menolak investasi. Kita harus menyiapkan diri menyambut investasi. Konon lagi investasi-investasi yang high risk, high tecnologi, sekaligus high chance. Kita harus dapat memanfaatkan peluang itu.

Bagaimana caranya? Aceh harus menyiapkan sebanyak-banyak calon tenaga kerja di sektor pertambangan migas. Penyiapan ini dapat dilakukan dengan kolaborasi pemerintah, lembaga pendidikan, dan industri hulu migas.

Mungkinkah itu dilakukan? Sangat mungkin. PT Medco E&P Malaka di Aceh Timur sudah melakukannya. SKK Migas Kalsel dan KKKS serta Pemerintah Kutai Kertanegara juga sedang melakukannya. Mungkin di wilayah kerja SKK Migas lainnya juga sudah melakukannya.

Kini sudah saatnya kita mengubah hadih maja “buya krueng tahe teudong-dong, buya tamong meuraseuki”, menjadi “buya krueng carong-carong, sampoe bubrang meurumpok raseuki”.

SDA bukan kutukan, tapi rahmat. SDA bukan disimpan untuk anak cucu, tapi dikelola dengan sebaik-baiknya agar kita berhasil memperbaiki masa kini, dengan harapan anak cucu dapat menyambut eranya dengan sebaik mungkin.

Artikel SebelumnyaPemilu 2024, Surat Suara Aceh Dikirim dari Surabaya
Artikel SelanjutnyaGus Mus Sebut SIRA Punya Sejarah Besar
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here