
Komparatif.ID, Bireuen— Banjir kembali melanda Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, Kamis malam (25/12/2025). Sejumlah gampong di wilayah tersebut direndam banjir selama sekitar lima jam setelah air meluap dari arah kanan Kecamatan Plimbang. Luapan air mulai terjadi sekitar pukul 19.00 WIB dan berangsur surut pada pukul 00.20 WIB.
Peristiwa ini membuat sebagian warga yang sebelumnya berniat kembali ke rumah harus mengurungkan niat dan tetap bertahan di lokasi pengungsian.
Di Gampong Meunasah Baroh, Tuha Peut, Teuku Djohan Moeda, menjelaskan sebanyak 60 kepala keluarga dari total sekitar 300 jiwa warga gampong tersebut masih bertahan di posko pengungsian.
Menurutnya, sebagian warga sebenarnya telah bersiap pulang ke rumah masing-masing pada siang hari, namun rencana itu batal setelah banjir kembali datang pada sore hingga malam hari.
Teuku Djohan Moeda berharap penanganan tumpukan kayu di kawasan Pante Raya Timu, Gampong Ara Bungong, dapat segera diselesaikan.
Ia menilai persoalan tersebut menjadi salah satu sumber keresahan masyarakat karena dikhawatirkan memperparah luapan air saat debit sungai meningkat.
Baca juga: [Breaking News] Pidie Jaya Kembali Dilanda Banjir
“Saya berharap semoga penanganan tumpukan kayu di Pante Raya Timu, Gampong Ara Bungong, bisa segera diselesaikan untuk menjawab keresahan sejumlah pihak,” ujarnya, Kamis (25/12/2025).
Kondisi serupa juga disampaikan Keuchik Meunasah Pulo, Hamdani. Ia menyebutkan dari sekitar 400 kepala keluarga dengan jumlah warga kurang lebih 1.400 jiwa, sebagian pengungsi sempat memilih pulang.
Namun, banjir yang kembali terjadi pada malam hari membuat jumlah pengungsi bertambah lagi sehingga mereka harus kembali berkumpul di tempat pengungsian. Hamdani mengatakan para pengungsi terpaksa beristirahat dalam kondisi berdesak-desakan.
Ia juga mengkhawatirkan aliran sungai yang membawa banyak kayu gelondongan. Menurutnya, jika aliran kayu terjadi dalam skala besar, hal itu dapat mengancam keberadaan jembatan kembar yang menjadi penghubung jalan negara di wilayah tersebut.
“Aliran air di sungai banyak membawa kayu gelondongan, jika sempat terjadi dalam skala besar kami tidak tahu lagi bagaimana nasib jembatan kembar penghubung jalan negara,” ungkap Hamdani.
Sementara itu, Keuchik Gampong Calok, Hardani, mengungkapkan bantaran sungai di wilayahnya juga terendam banjir dengan ketinggian air mencapai sekitar satu meter. Ia menyebut situasi tersebut sempat membuat warga panik.
“Masyarakat terlihat panik, bahkan mereka lari secara terpisah menyelamatkan keluarganya,” kata Hardani.
Adapun Gampong Blang Kubu, Neubok Naleung, Garot, dan Ara Bungong dilaporkan tidak terimbas langsung oleh banjir. Meski demikian, sebagian masyarakat di gampong-gampong tersebut memilih mengungsi ke daerah dataran tinggi karena khawatir banjir terjadi pada tengah malam.











