Bang Jack Libya: Dua Dekade Damai Aceh Harus Jadi Fondasi Masa Depan

Mualem Tunjuk Bang Jack Libya sebagai Jubir KPA Pusat Bang Jack Libya: Dua Dekade Damai Aceh Harus Jadi Fondasi Masa Depan
Ketua KPA Pusat Muzakir Manaf (Mualem) menunjuk Tgk. Zakaria M. Yacob (Bang Jack Libya) jadi jubir KPA Pusat. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Juru Bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat Tgk. Zakaria M. Yacob (Bang Jack Libya), menegaskan dua dekade damai Aceh harus dijadikan pijakan kokoh untuk membangun masa depan yang damai, bermartabat, dan berkeadilan.

“Dua dekade damai Aceh ini bukan waktu yang sebentar. Kita harus syukuri, tapi juga kita rawat. Jangan sampai kita lengah, karena menjaga damai itu butuh komitmen bersama,” ujar Bang Jack.

Ia menekankan bahwa keberlangsungan perdamaian tidak bisa dilepaskan dari keseriusan semua pihak dalam mematuhi kesepakatan yang telah dibuat.

Menurutnya, Pemerintah Republik Indonesia memiliki kewajiban moral dan politik untuk menghormati seluruh isi Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki dan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA).

“UUPA adalah produk Pemerintah Republik Indonesia sendiri. Ini penting untuk menjaga keabadian perdamaian serta nama baik Republik Indonesia di mata dunia internasional,” tegasnya.

Proses perdamaian Aceh dimulai dari perundingan antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki, Finlandia, yang dimediasi mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari.

Baca juga: Buku “Dua Dekade Damai Aceh” Abaikan Perspektif Korban

Kesepakatan yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 tersebut mengakhiri konflik bersenjata selama lebih dari tiga dekade yang mengakibatkan ribuan korban jiwa serta kerusakan luas pada infrastruktur dan perekonomian Aceh.

Bang Jack menyebut, sejarah panjang konflik telah memberikan pelajaran berharga sekaligus luka yang mendalam. “Kita dulu berjuang dengan senjata, sekarang senjata kita adalah pikiran, kebersamaan, dan keikhlasan untuk rakyat. Itu jauh lebih berat, tapi hasilnya akan jauh lebih bermakna,” ujarnya.

Ia menilai, tantangan menjaga perdamaian justru lebih besar karena menyangkut perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat.

Bang Jack juga mengingatkan keberlanjutan perdamaian membutuhkan keterlibatan semua pihak, mulai dari pemerintah, organisasi masyarakat, hingga generasi muda.

“Jangan biarkan damai ini hanya jadi cerita masa lalu. Harus kita hidupkan dalam perilaku sehari-hari, di kampung, di kota, di pemerintahan, dan di tengah masyarakat,” katanya.

Bagi Bang Jack, dua dekade damai Aceh hanya sekadar catatan waktu, melainkan bukti kemampuan Aceh bertahan melewati ujian sejarah. “Kita sudah pernah melewati masa paling sulit. Jangan biarkan generasi berikut kembali ke titik itu. Damai ini amanah, dan amanah itu harus kita jaga,” pungkasnya.

Artikel SebelumnyaAceh Berpotensi Jadi Pusat Perdagangan Global di Barat Indonesia
Artikel SelanjutnyaGeng Narkoba Bunuh Pecandu di Medan, Jasadnya Dibuang ke Laut Samalanga

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here