Komparatif.ID, Teheran— Pemerintah Amerika Serikat meminta China dan Rusia untuk menekan Iran agar tidak menutup Selat Hormuz, salah satu jalur pelayaran minyak terpenting di dunia.
Permintaan tersebut muncul setelah serangan udara AS terhadap beberapa fasilitas nuklir di wilayah Iran pada akhir pekan lalu.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyampaikan penutupan selat Hormuz akan berdampak fatal, tidak hanya bagi perekonomian Iran, tetapi juga terhadap kestabilan pasar energi global.
Dalam konferensi pers yang digelar di Washington pada Minggu (22/6/2025) malam waktu setempat, Rubio menyebut tindakan blokade terhadap Selat Hormuz akan menjadi langkah ekstrem yang bisa memicu krisis global.
Menurut Rubio, negara-negara seperti China memiliki pengaruh signifikan terhadap Teheran dan diharapkan dapat menyampaikan pesan tegas bahwa setiap upaya untuk menutup selat tersebut akan berujung pada konsekuensi besar.
Baca juga: Iran Berencana Tutup Selat Hormuz
Selat Hormuz merupakan titik strategis yang dilalui hampir 20 persen pasokan minyak mentah dunia. Ketegangan meningkat setelah parlemen Iran mengesahkan rancangan undang-undang simbolik terkait penutupan selat tersebut, meski keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Negara.
Teheran sendiri mengatakan opsi penutupan tetap terbuka sebagai respons atas apa yang mereka sebut sebagai agresi militer AS. Skenario ini dikhawatirkan akan memicu lonjakan harga minyak internasional hingga menembus 130 dolar AS per barel dan mengguncang rantai pasok energi global.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Beijing maupun Moskow terkait permintaan AS tersebut.