Anak Muda Pidie Meuseuraya di Jeurat Manyang

Seorang pemuda sedang membersihkan nisan di komplek Jeurat Manyang, Pidie. Foto: Ist.
Seorang pemuda sedang membersihkan nisan di komplek Jeurat Manyang, Pidie. Foto: Ist.

Komparatif.ID, Sigli--Laju kesadaran kaum muda Pidie pada isu pelestarian sejarah kian melaju kencang. Perhatian mereka pada tinggalan masa lalu sangat tinggi.

Pada Minggu (12/8/2022) sejumlah komunitas bergotong royong di Jeurat Manyang, sebuah komplek makam dari masa kerajaan Aceh Darussalam.

Di bawah naungan langit biru Negeri Pedir, sejumlah komunitas berkumpul di komplek Jeurat Manyang yang berlokasi di Dusun Paloh, Desa Gampong Gampong, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie. Mereka bertujuan meuseuraya (gotong royong) di areal burial masa lalu yang diperkirakan berasal dari Abad 18.

Di sana ada tiga pasang nisan tipe Aceh Darussalam. Salah satunya memuat keterangan tentang sosok yang dikubur yaitu Fakeh Mahmud.

“Secara umum tidak ditemukan inskripsi pada nisan tersebut, hanya ada kalimat tauhid. Belum ada informasi yang didapatkan dari nisan-nisan itu. Ada salah satu nisan yang merupakan pusara Fakeh Mahmud. Dilihat dari struktur makam yang tinggi, menunjukkan Fakeh tokoh penting di masa lalu,” sebut Syawal.

Guru Sukma Bangsa Pidie itu menyebutkan, diduga Fakeh seorang Ule Balang Pidie dari Kerajaan Aceh Darussalam.

Meuseuraya tersebut digelar oleh komunitas Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa), Komunitas Beulangong Tanoh, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Pidie, penggiat kebudayaan, masyarakat Gampong-Gampong, Polsek Pidie, dan Hubdam Iskandar Muda.

Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka menyambut Hari Perdamaian Aceh dan Kemerdekaan Indonesia.

Dari akun Facebook Luengputu Manuskrip Aceh, disebutkan gotong royong dilakukan di komplek pemakaman keluarga Raja Pakeh.

Dari beberapa sumber yang diakses oleh Komparatif.id, Raja Pakeh merupakan bangsawan di XII Mukim. Dari data yang dibuat tahun 1897 Masehi, Raja Pakeh pertama bernama Pakeh Santrie yang berasal dari Bugis.

Trah Raja Pakeh sempat menjadi musuh ulama PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) pada Revolusi Sosial 1946. Teuku Raja Pakeh Sulaiman, dibunuh dalam revolusi tersebut. Petaka kemanusiaan antar dua golongan anak bangsa itu dikenal dengan Peristiwa Cumbok.

Artikel SebelumnyaUnsam Latih Kepala Sekolah Menulis Karya Ilmiah
Artikel SelanjutnyaMengenang Martti Ahtisaari
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here