Komparatif.ID, Lhokseumawe— Untuk meningkatkan kualitas Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM), Pj Bupati Aceh Utara Azwardi Abdullah meminta manajemen rumah sakit mengoptimalkan pelayanan.
Hal itu disampaikan pada temu ramah Pj Bupati dengan manajemen dan dokter spesialis RSU Cut Meutia (RSUCM) di Pendopo Bupati Aceh Utara, Lhokseumawe, Senin malam (7/3/2023).
Azwardi mengungkapkan RSUCM yang telah menjadi BLUD sejak 2015 lalu masih menyimpan banyak tantangan. Salah satu fokusnya terkait pendapatan.
“Pendapatan penting, karena kalau bicara tentang BLUD semua terkait dengan pendapatan, karena Pemerintah Kabupaten tidak lagi memberikan subsidi lagi kecuali sektor belanja pegawai,” ujar Azwardi.
Lebih lanjut, Azwardi menilai meningkatnya pendapatan merupakan muara dari optimalnya pelayanan. Apalagi menurutnya esensi utama rumah sakit tentang melayani.
“Kalau pelayanan membaik maka peningkatan pendapatan juga akan naik, apalagi esensi rumah sakit memang tentang melayani,” lanjutnya.
Azwardi juga mengingatkan, perubahan yang diidamkan tidak akan terwujud bila pihak-pihak terkait sibuk berjalan sendiri, ia berujar perlu kerja bersama agar pelayanan RSUCM dapat lebih maksimal.
“Perlu kolaborasi semuanya yang ada di rumah sakit dan Pemkab, kalau semua ambil bagian saya pikir kita mampu membawa perubahan.
Semua kita dari, mulai dari satpam di pintu gerbang hingga dokter di ruang bedah semua berkait dengan melayani, dan semua itu harus bisa dioptimalkan untuk memaksimalkan pelayanan,” lanjut Azwardi.
Baca juga: Infografis: Capaian Pembangunan Aceh Utara
Butuh Intervensi Sistem RSUCM
Dokter spesialis THT RSU Cut Meutia dr. Indra menyebut penurunan pendapatan rumah sakit pemerintah itu karena berbagai hal, salah satunya karena sistem berobat berjenjang sehingga masyarakat dari Puskesmas tidak bisa langsung berobat ke RSUCM.
“Sebelum 2019 pendapatan kita lumayan pak, namun setelah 2020 hingga setelah setelah Covid-19 mereda pendapatan kita cenderung stagnan, hal ini terjadi karena sistem berobat masyarakat yang menggunakan BPJS tidak bisa langsung kita layani, tapi harus melalui rujukan dari rumah sakit tipe C,” ujar dr. Indra.
Indra mencontohkan pasien-pasien dari Lhoksukon atau Panton Labu harus lebih dulu masuk rumah sakit tipe C di Lhokseumawe, sebelum dirujuk kembali ke RSU Cut Meutia.
“Ini kan lucu pak, pasien dari Lhoksukon dan Panton Labu dibawa dengan ambulan melewati Cut Meutia ke RS tipe C di Lhokseumawe,” lanjutnya.
Indra menilai Pemerintah Kabupaten memiliki kesempatan untuk mengintervensi hal tersebut. Sehingga pelayanan dan pendapatan RSUCM dapat lebih dimaksimalkan.
“Saya melihat ada peluang dari bapak Bupati dan Direktur untuk ada intervensi sedikit dari kita, kalau bisa kita ajukan ke BPJS agar RSUCM tidak dikenakan sistem berjenjang pak, karena RSUCM juga rumah sakit pendidikan, kalau tidak ada kasus bagaimana cara kita mendidik dokter-dokter penerus?” pinta Indra.
Sejalan dengan sejawatnya, dr. Duarindra menyebut RSU Cut Meutia memiliki kesempatan untuk maju, salah satunya dengan membuat cancer center.
“Kita buat misalnya cancer center, bila ini terwujud pasien dari delapan kabupaten turun ke kita, karena biaya akses ke Banda Aceh tentu akan lebih tinggi,” ujaranya.
Namun dokter spesialis paru ini mengingatkan, meski memiliki SDM mumpuni, fasilitas yang dimiliki RSUCM saat ini sudah usang. Bahkan pasien yang ingin melakukan pemeriksaan CT Scan harus antri hingga dua bulan.
“Tetapi fasilitas kita harus memadai, CT SCan kita antri dua tiga bulan, ada pasien swasta dari Pidie mau dirujuk ke Cut Meutia, begitu dikirim ada kendala antrian CT Scan.
Kalau SDM RSU Cut Meutia cukup lengkap, namun fasilitas kita bahkan kalah dengan Bireuen. Saya bahkan beberapa kali harus merujuk pasien ke Bireuen untuk CT Scan, karena antrian kita sangat lama,” ujar dr Duarindra.
Duarindra membandingkan pelayanan rumah sakit plat merah itu dengan RS swasta, ia berujar rujukan pasien swasta dapat selesai sehari, sementara di RSUCM bahkan hingga tiga hari berlalu tidak juga selesai.
“Kalau swasta sehari rujukan selesai pak, kalau kita tiga hari belum juga kelar, setahu saya ini terjadi karena perawat yang mengurus rujukan hanya ada dua pak, sedangkan kasus yang harus ditangani sangat banyak,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur BLUD RSU Cut Meutia dr Baihaqi setuju dengan kerja kolaboratif yang disampaikan Pj Bupati. Menurutnya peningkatan pelayanan dan pendapatan tidak bisa terwujud bila pihak-pihak terkait tidak mampu menyatukan ide perubahan.
Diakhir pertemuan, Azwardi mengatakan semua usulan, kendala, dan ide-ide dari dokter RSUCM akan ditampung, dan akan secepatnya disiapkan tindak lanjut. (ADV)