Cinta untuk Tanoh Gayo di Tepian Krueng Teupin Mane

Warga Tanoh Gayo
Warga Teupin Mane menggotong saudara mereka dari Tanoh Gayo yang sedang sakit. Kamis (11/12/2025) pagi. Korban banjir dan tanah longsor tersebut harus segera mendapatkan layanan kesehatan di Bireuen. Foto: HO for Komparatif.ID.

Satu keluarga dari Tanoh Gayo tiba di Teupin Mane, pada Kamis pagi. Mereka membawa keluarga yang sakit. Seling penyeberangan telah dicopot. Warga pun mengevakuasi menggunakan boat.

Abdul Jalil, sedang duduk di sebuah warkop di dekat jembatan Teupin Mane, yang oprit sebelah utara putus dihantam air bah Krueng Peusangan pada 26 November 2025.

Dia sedang bercengkerama dengan warga, ketika satu keluarga dari Tanoh Gayo tiba dengan wajah panik.

Baca: Pengusaha Bireuen Sumbang Beras 50 Ton untuk Tanoh Gayo

Mereka meminta bantu supaya warga bersedia menyeberangkan seorang warga Tanoh Gayo yang sakit. Si sakit harus secepatnya mendapatkan pertolongan medis di rumah sakit.

Tanpa sempat menanyakan nama dan alamat, warga segera membantu. Boat tidak bisa dibawa ke tepian. Warga pun menggotong si sakit beramai-ramai. Mereka masuk ke dalam sungai yang airnya masih pekat bercampur lumpur.

Setelah mencapai boat, secara berhati-hati, si sakit ditaruh di dalam badan boat. Keluaga si sakit ikut naik ke dalam boat. Kemudian boat tersebut didorong ke tengah sungai, dengan bantuan seling, armada darurat itu berhasil mencapai tepian sebelah utara.

Salah satu perwakilan dari Dataran Tinggi Gayo mengucapkan terima kasih. Tak ada bayaran. Bantuan itu sebagai bentuk tenggang rasa antar sesama.

Di Gampong Teupin Mane, Kecamatan Juli, Bireuen, Abdul Jalil sibuk luar biasa sejak Rabu, 26 November 2025. Gampong yang ia pimpin ikut menjadi sasaran amuk Sungai Peusangan. Beberapa dusun longsor dan sebagian tanahnya ditelan sungai.

Rumah-rumah warga, meunasah, dan sekolah ikut terjungkal ke dalam aliran sungai yang sedang marah.

Dusun Paya Santewan, Pusong, Leubok Iboh, paling parah dihantam longsor dan amukan Krueng Peusangan.

Desa tersebut terisolir, terkurung di tengah. Teupin Mane terkurung bersama beberapa desa lainnya di Juli Selatan, membersamai Bener Meriah di selatan.

Di tengah ketidakpastian, Abdul Jalil dan perangkat desa sepakat membuka dapur umum. Awalnya di sebuah dayah, berjarak satu kilometer dari jalan lintas nasional Bireuen-Aceh Tengah.

Dapur umum tersebut kemudian di pindah ke Meunasah Al Ikhlas Teupin Mane, setelah melihat banyaknya warga dari Tanoh Gayo kelaparan. Mereka yang datang dari Bener Meriah dan Aceh Tengah demi mencari bantuan, membutuhkan makanan, demi memelihara kekuatan.

“Dapur umum tersebut menjadi andalan. Siapapun boleh makan. Tak ada Batasan. Warga bekerja secara swadaya,” kata Abdul Jalil.

Di seberang sungai, warga Dusun Mane, Gampong Beunyot juga demikian. Masjid Baitul Huda menjadi tempat singgah warga dari dan ke Tanoh Gayo. Di sana dibuka dapur umum pada awal-awal bencana. Memberi makan para pelintas yang sedang menanggung derita.

Balai Pengajian Darul Ulum di belakang Masjid Baitul Huda juga memberikan izin warga Tanoh Gayo beristirahat.

Teungku Khairunnas yang menjadi pengelola balai pengajian tersebut, bukan saja memberi mereka izin tidur, tapi juga membantu makanan, apa saja, yang penting mereka bisa makan.

“Nasi putih, mie instan rebus, merupakan makanan paling mudah. Istri saya memasak, dan dibagikan kepada saudara kita dari Tanoh Gayo,” kata Teungku Khairunnas, pada 2 Desember 2025.

Musibah banjir bandang dan tanah longsor yang menimpa Aceh, menghancurkan banyak kabupaten/kota di Aceh. Bireuen termasuk yang parah dihantam bencana.

Dari beberapa kabupaten lain, Bireuen termasuk yang paling mungkin dijangkau oleh warga Bener Meriah dan Aceh Tengah.

Pada Rabu (26/11/2025) pagi, korban banjir bandang dan tanah longsor mulai berdatangan ke gampong-gampong di Juli Selatan, Kecamatan Juli, Bireuen.

Para korban dari Tanoh Gayo muncul di Dusun Bivak, Krueng Simpo, mereka muncul di Simpang Mulia, muncul di Teupin Mane, dll. Tubuh mereka penuh lumpur, lelah mendera, dan lapar.

Warga segera membantu. Meski warga di Juli Selatan juga ikut menjadi korban, tapi solidaritas kemanusiaan tetap diutamakan. Warga dari Tanoh Gayo diberi makanan, diberikan pakaian—bila ada, dan diberikan tempat istirahat.

Pelayanan terhadap warga yang dari dan menuju Tanoh Gayo juga dilakukan di Masjid Muhammadiyah Juli, Masjid Besar Juli, dan Masjid Agung Bireuen. Selain disediakan dapur umum, pelintas juga diberikan tempat istirahat.

Santri-santri yang mengaji di pesisir, diberi perlindungan. Mereka dikumpulkan di Masjid Agung, diberi makan dan temoat tinggal sementara waktu.

Di perlintasan darurat, setelah tiga hari bencana. Layanannya memang dipasang tarif. Per orang 25 ribu. barang juga demikian, ditentukan sesuai berat dan jumlahnya. Semuanya sesuai kesepakatan.

“Tarif tentu saja ada. Karena layanannya membutuhkan tenaga manusia. Tapi tak kaku. Bahkan banyak yang kami bantu seberangkan, meski tak punya uang,” kata Teungku Marzuki, Koordinator Posko Darurat di jembatan Teupin Mane.

Pelintas yang tidak punya uang sama sekali, bahkan diantar hingga ke Bireuen; tanpa biaya, kata Herman, warga Teupin Mane.

Bahkan, ada yang dibekali dengan uang saku, sesuai kemampuan panitia penyeberangan.

Di Posko Kecamatan yang menerima donasi dari berbagai sumber, Camat Kecamatan Juli, Hendri Maulana, mengawal dengan sangat sangat serius.

Ketika pasokan sembako untuk Juli Selatan dianggap cukup, dia dan tokoh mulai menyarankan para donatur fokus ke wilayah tengah Aceh;Bener Meriah dan Aceh Tengah.

“Saat ini saudara kita di Gayo lebih membutuhkan. Saran saya kirimkan saja ke sana,” kata Hendri kepada influencer yang datang dari Jakarta.

Pada Kamis, kabel penyeberangan telah dibuka. Pemerintah sedang membangun jembatan bailey. untuk layanan darurat lainnya, warga masih menyediakan boat penyeberangan yang dioperasionalkan seperti getek.

Tak ada layanan yang paripurna. Tetap saja ada masalah. Terdapat satu dua yang nakal. Itu tidak ditampik. Tapi secara umum, warga Bireuen membantu sekuat tenaga saudara mereka yang datang dari Dataran Tinggi Gayo.

Artikel Sebelumnya2 Pekan Listrik Padam, Jurnalis Aceh Terus Berjuang
Artikel SelanjutnyaPolri Kirim Kapal Rawa Bantu Penyeberangan Kutablang, BBM Ditanggung Bupati Bireuen
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here