Film Animasi Merah Putih: One For All  Dirujak Netizen

animasi merah putih
Animasi Merah Putih One For All dirujak netizen. Kualitas yang ditampilkan di dalam trailer dinilai sangat buruk.

Komparatif.ID, Jakarta—Trailer animasi Merah Putih: One For All, yang baru saja diluncurkan, mendapat sambutan buruk dari warganet. Kualitas animasi  berdurasi 1 jam 10 menit Merah Putih: One For All, sangat buruk.

Warganet curiga bila animasi Merah Putih tersebut merupakan tempat olah sana olah sini yang mengatasnamakan dukungan untuk peningkatan kreatifitas anak bangsa. Maklum saja, menurut kabar yang beredar, biaya produksi animasi tersebut berkisar Rp7 sampai Rp8 miliar.

Baca: Inside Out 2 Jadi Film Animasi Terlaris Sepanjang Masa!

Dunia animator di Nusantara yang katanya di-support oleh pemerintah, sedang dalam keadaan lucu-lucunya. Di tengah semakin meningkatnya kualitas karya anak bangsa dalam membangun film-film animasi, Pemerintah Indonesia melalui Kemenparekraf hadir mempersembahkan animasi Merah Putih: One For All. Animasi tersebut akan tayang serentak di bioskop pada 14 Agustus 2025.

Film animasi Merah Putih tersebut merupakan karya Perfiki Studio Kreasindo, dan didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. Film animasi tersebut disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari.

Namun alih-alih mampu meningkatkan rasa nasionalisme—seperti tujuan dari pembuatan film tersebut—trailer animasi tersebut yang pertama kali ditayangkan di Perfiki Tv-sebuah akun Youtube yang hingga Sabtu (9/8/2025) pukul 09.30 WIB, jumlah subscriber-nya baru 192, justru mendapat antipasti dari masyarakat Indonesia. Kolom komentar Perfiki Tv di Youtube, dinonaktifkan.

Animasi Merah Putih: One For All disebut bukan sebagai animasi pertama karya Perfiki. Akan tetapi informasi Perfiki Studio Kreasindo yang merupakan bagian dari Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, sangat sulit ditemukan di internet. Satu situs online yang merujuk ke Perfiki, yaitu Perfiki.com, tidak dapat diakses. Saat dibuka muncul tulisan 404 Not Found.

Dikutip dari pojoksinema.com, Bobby Batara menulis film animasi tersebut berdurasi 70 menit. Produser Toto Soegriwo mengatakan proses penggarapan sudah dimulai setahun lalu. Bermula dari gagasan animator Bintang Takari yang berdomisi di Singapura.

Meski sudah digarap setahun lalu, tapi proyek tersebut baru serius digarap pada Juni 2025. Anggarannya Rp6,7 miliar. Toto mengatakan anggaran untuk pembuatan animasi tersebut tak serupiah pun dari pemerintah.

Tapi benarkah tak ada dukungan pendanaan dari pemerintah? Dalam sebuah postingan Kementerian Ekonomi Kreatif, pernah mengeposkan audiensi pihak Perfiki  dengan Wamen Ekraf. Dalam pertemuan itu mereka membahas potensi kolaborasi untuk mendukung film animasi Merah Putih One for All.

Berikut sinopsis film animasi tersebut.

Di sebuah desa yang tenang dalam semangat menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia, sekelompok anak terpilih menjadi “Tim Merah Putih” untuk menjaga bendera pusaka yaitu bendera yang selalu dikibarkan pada setiap upacara 17 Agustus tiap tahunnya.

Namun 3 hari sebelum upacara, bendera itu hilang, delapan anak dari berbagai latar belakang budaya Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa bersatu dalam misi heroik: menyelamatkan bendera merah putih pusaka yang hilang secara misterius. Mereka harus mengatasi perbedaan, menembus sungai, hutan, dan badai, bahkan meredam ego masing-masing, demi satu tujuan mulia: mengibarkan bendera di Hari Kemerdekaan. Dengan keberanian, kerja sama, dan cinta tanah air, mereka menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah halangan, melainkan kekuatan.

Mereka memulai petualangan mencari Bendera, menelusuri hutan, sungai, dan menghadapi konflik batin. Film ini penuh dengan momen lucu, menegangkan, emosional, dan menggugah jiwa, sarat nilai persatuan, persahabatan, dan semangat cinta nasionalisme anak-anak Indonesia masa kini.

Lalu bagaimana sambutan warganet? Bukannya mendapatkan apresiasi, film animasi Merah Putih itu dikritik habis-habisan dari berbagai sudut pandang.

Beberapa kritik antara lain tentang grafis yang dinilai kaku, tergesa-gesa, dan tidak rapi. Dari sisi cerita juga dinilai terburu-buru. Pengembangan karakter tidak maksimal. Jalan cerita juga terkesan tidak menarik, dan tidak masuk akal untuk sebuah animasi yang memikul misi nasionalisme.

Sutradara sekaligus penulis animasi Jumbo—yang meledak di pasaran—menyindir secara halus di akun X. Ia menekankan pentingnya menggarap animasi dengan niat tulus dan keseriusan penuh.

“Kita upayakan terus yang bagus semampunya,” tulis Ryan, Jumat (8/8/2025)

Ryan menambahkan, karya yang dibuat asal-asalan dan tanpa tujuan jelas akan tersisih seiring waktu.

“Terus, terus, sampai akhirnya, yang dibuat dengan niat tidak tulus dan cara asal-asalan semakin tersingkirkan dan tidak punya alasan untuk minta didukung,” ujarnya.

“Memang perlu yang gelap untuk tahu masa depan animasi Indonesia bisa terang.”

Reivano Diego Rizaldi, memberikan komentar di akun Facebook Info Film, yang mengeposkan informasi tentang animasi Merah Putih.

Animasi film ters*mp*h yg pernah ada, bahkan gw pake AI gratisan, bisa buat lebih bagus dari ini, sayangnya gak bisa lama². Gimana klo semua aplikasi AI gw pake berbayar yang pro. Lah ini, udah banyak yg tembus² klo karakter saling bersentuhan, ada box yang digantung tali nya cuma 1 di sisi tapi box bisa horizontal, burung nya suara monyet, anak² kok bisa nongkrong di tempat yang ada senjata AK47, Dubbing kayak standard generated AI. Banyak anak muda dan kreator Indonesia yang jauh lebih bagus dan harusnya bisa di biayai pemerintah kemampuan nya, bahkan mereka banyak yang gak pake AI, mereka real editor. Yang beneran paham CGI Effect, Special Effect, dan lain². Pada gak pernah nonton film apa, ya pemerintah? Atau gak tau klo rakyat nya banyak yg berbakat, tapi disangka itu buatan luar negri?

Di berbagai postingan yang memberitakan tentang animasi Merah Putih tersebut, sangat sedikit yang memberikan apresiasi. Umumnya menilai animasi itu memiliki kualitas seperti video game era 90-an. Bahkan kualitas Roblog lebih baik Merah Putih.
Artikel SebelumnyaWarga Keluhkan Jalan Simpang Beutong-Laweung Rusak Parah
Artikel SelanjutnyaUpah Dipangkas, Tukang Bangunan Bunuh Pemilik Rumah di Aceh Barat
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here