Komparatif.ID, Banda Aceh—Guru Besar Universitas Syiah Kuala Profesor Dr. Husni Jalil, menyebutkan ekonomi Aceh belum mandiri. Sejak 2018 Pendapatan Asli Aceh (PAD) hanya 18,6 persen. Sisanya bergantung kepada anggaran yang dikirim Pemerintah Pusat.
Dalam diskusi yang digelar PWI Aceh dan Forum Pemred, Rabu (23/5/2024) Profesor Husni Jalil mengatakan ekonomi Aceh yang belum mandiri, membutuhkan pemimpin yang kuat. Karena kepemimpinan yang kuat, membuka peluang ekonomi Aceh belum mandiri, menjadi kuat.
Baca: Gas Alam Masa Depan Ekonomi Aceh
Ada tiga persoalan besar ekonomi Aceh saat ini. Pertama, perihal akan berakhirnya dana otonomi khusus pada tahun 2027. Kedua, revisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh. Ketiga, kemiskinan yang masih bergelayut di Serambi Mekkah.
Tiga hal utama itu masih menjadi problem serius di Aceh. Bagaimana memajukan Aceh, bilamana persoalan utamanya belum selesai. Sejauh ini pemerintah belum mampu memaksimalkan pendapatan daerah.
Sumber-sumber ekonomi terbuang percuma. Apa yang menjadi modal Aceh, tidak berhasil digarap menjadi pundi pendapatan.
“Sejak 2018 pendapatan asli Aceh hanya 18,6 persen. Artinya selama ini semua dana bersumber dari Pusat. Bagaimana Aceh dianggap mandiri bila PAD-nya hanya 18 persen?” tanya Husni Djalil.
Karena ekonomi Serambi Mekkah belum mandiri, pemimpin ke depan tidak boleh hanya duduk manis. Impian mengubah Aceh tidak akan pernah wujud, bila pemimpin tidak melakukan gebrakan.
[…] https://komparatif.id/ekonomi-aceh-belum-mandiri/ […]