15 Tips Pernikahan Langgeng Sampai Mati

15 Tips Pernikahan Langgeng Sampai Mati
Ilustrasi. Foto: Amin Mario.

Komparatif.ID— Pernikahan merupakan ikrar membina rumah tangga antara seorang pria dan seorang wanita, dengan tujuan utama rumah tangga bahagia sesuai dengan tuntunan agama. Untuk menjadikan sebuah pernikahan tetap langgeng sampai mati, tentu membutuhkan tips.

Tips pernikahan merupakan pedoman supaya pasangan dapat menjaga komitmen masing-masing atas perjanjian (ikatan) yang telah dibuat di depan penghulu.

Pembaca Komparatif.ID yang budiman, bagi dua sejoli yang sedang jatuh cinta membara, seringkali abai terhadap berbagai macam ujian di dalam pernikahan. Sehingga mereka mengira—awalnya—bahwa pernikahan sekadar legasi supaya dapat menyalurkan nafsu syahwat secara legal. Sehingga dengan hanya bermodal suka sama suka (cinta) mereka berkomitmen melangkah ke mahligai pernikahan.

Ternyata setelah menikah, manisnya madu senggama yang ditunggu-tunggu, hanyalah sementara saja. Seringkali, cinta antara keduanya harus berakhir dengan perceraian akibat dari hal-hal yang tidak pernah mereka perhitungkan sebelumnya.

Setelah melangsungkan pernikahan, ternyata cinta syahwati hanya punya pengaruh 10 persen dari total persentase yang dibutuhkan. 90 persen lainnya merupakan komunikasi, kompromi, toleransi, dan kerja sama.

90 persen inilah yang seringkali diabaikan, sehingga bilapun tidak bercerai, banyak pasangan yang hidup dalam kepura-puraan. Bila bukan istri yang menderita, maka suami yang harus selalu mengurut dada.

Di kalangan masyarakat yang menjunjung tinggi hegemoni pria, istri seringkali dianggap sebagai petugas serba bisa. Sebagai pelampiasan nafsu syahwat, asisten mengurus rumah, serta asisten dalam hal-hal lain yang berkaitan dengan rumah tangga.

Perempuan yang lahir dan besar dalam komunitas seperti itu, kerap melihat dirinya sebagai objek yang setelah menikah, 100 persen harus mengabdi kepada suami; tanpa ada ruang protes. Mereka mengira ruang kompromi sebagai bentuk kedurhakaan istri terhadap suami.

Demikian juga dalam komunitas sosial yang menganggap suami sebatas mitra. Bahwa pria yang telah menikahinya bukan penanggung jawab utama. Sehingga si istri merasa semua kehendaknya tidak dapat dibatasi. Semua keinginannya harus dipenuhi. Bahkan tidak bisa dilarang-larang.

Kedua model tersebut tidak akan melahirkan rumah tangga yang harmonis. Salah satu dari mereka akan menderita. Bahkan tidak jarang, akhirnya memutuskan mengakhiri hubungan.

Ada satu lagi model pernikahan yang menempatkan kesetaraan yang dihasilkan dari konsep kebebasan tanpa batas. Suami dan istri dapat melakukan apa pun selama mereka senang sama senang.

Trend ini semakin banyak dapat dilihat di ruang pergaulan. Mereka yang melakukan seks tukar pasangan; baik yang dilakukan bersama-sama, maupun yang dilakukan secara terpisah.

Mereka yang menganut konsep pernikahan seperti ini; tentu tidak menjadikan tuntunan agama sebagai pedoman berumah tangga. Bagi mereka, kekebasan tidak mengenal batas. Hal terpenting mempertahankan mahligai rumah tangga. Komitmen mereka hanya satu; bahwa pernikahan tetap terjalin.

Pandangan mereka telah tercemar oleh modernitas yang menyalahi harkat dan martabat manusia. Mereka telah menjunjung tinggi keinginan syahwat berdasarkan buku pedoman iblis dan antek-anteknya.

Di dalam Islam, telah diatur sedemikian rupa hak dan kewajiban suami-istri. Peranannya telah diatur. Adapun kewajiban suami terhadap isteri yakni memberikan mahar kawin, nafkah yang layak sesuai kemampuan, pakaian dan tempat tinggal, menggauli istri secara makruf (baik), menjaga istri dari dosa, memberikan cinta dan kasih sayang.

Kewajiban istri terhadap suami; taat kepada suami—selama suami tidak memerintahkan istri melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama, bermuka manis dan menyenangkan suami, menjaga harta, rumah dan kehormatan suami, mencari kerelaan dan menghindari kemarahan suami, paham dalam urusan ranjang, dan menghormati keluarga suami.

Baca juga: 7 Tips Memulai Karier Sebagai Content Writer

Lalu apa saja tips pernikahan langgeng sampai mati.

1. Menempatkan pasangan sebagai orang yang dihormati dan disayangi.

2. Memahami latar belakang pasangan.

3. Menerima keluarga pasangan sebagai bagian dari keluarga sendiri, dengan mempedomani ajaran agama.

4. Berbagi peran dalam rumah tangga.

5. Menerima kekurangan pasangan,selama tidak menyalahi aturan agama.

6. Saling menasihati dalam kebaikan.

7. Tidak melibatkan keluarga masing-masing dalam urusan internal suami dan istri.

8. Secepat mungkin menempati rumah sendiri setelah menikah. Tidak bercampur baur dengan keluarga istri/suami.

9. Bila ada hal mengganjal di dalam hati, bicarakan dengan baik-baik. Jangan pendam masalah.

10. Jangan curhat kepada orang lain tentang perilaku pasangan masing-masing. Bila ada masalah, selesaikan berdua.

11. Rencanakan waktu berdua tanpa adanya orang lain. Minimal keluar rumah berdua; menyeruput kopi bersama.

12. Berikan ruang me time untuk pasangan. Sekadar berkumpul dengan teman-temannya yang kita kenal punya perangai yang baik.

13. Kurangi interaksi dengan lawan jenis.

14. Sampaikan rasa cemburu secara terus terang.

15. Jangan cemburu buta.

Artikel SebelumnyaBAS Dukung Percepatan Banda Aceh Menjadi Smart City
Artikel SelanjutnyaSri Mulyani Optimis Pertumbuhan Ekonomi 2024 Stabil
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here