Komparatif.ID, Banda Aceh—5 kepala daerah di Aceh pernah sangat disegani oleh Pemerintah Pusat di masa Orde Baru. Mereka merupakan sosok-sosok bupati dan walikota yang berdedikasi dan bekerja dengan sungguh-sungguh demi memajukan daerahnya.
5 kepala daerah di Aceh yang disegani Pusat di masa Orde Baru merupakan para bupati dan walikota yang memerintah di masa Orde Baru. 5 kepala daerah di Aceh tersebut merupakan tandem diskusi Ibrahim Hasan ketika sang teknokrat menjadi Gubernur Aceh.
Baca juga: MA. Jangka, Camat Legendaris Peusangan
Siapa saja 5 kepala daerah di Aceh yang sangat disegani? berikut nama-namanya;
- Bupati Aceh Timur M.Noeh A.R. Mantan perwira Angkatan Darat menengah tinggi berpangkat kolonel tersebut merupakan ahli pembangunan yang berhasil mengubah Kota Langsa—ibukota Aceh Timur—menjadi kawasan yang tertata dan maju. M. Noeh memimpin Aceh Timur dari 1989 sampai 1994.
- Bupati Aceh Utara Ramli Ridwan. Ahli bidang pemerintahan/birokrasi. Sebelum menjadi kepala daerah tingkat II, Ramli Ridwan merupakan Sekretaris Komando Pelaksana Pembangunan Proyek Pelabuhan Perdagangan Bebas Sabang (KP4BS), yang dibentuk dengan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 1964.Ramli Ridwan memimpin Aceh Utara sejak 1988 hingga 1993.
- Bupati Pidie Nurdin A.R. ia merupakan ahli politik dan berlatar belakang akademisi. Nurdin A.R sebelumnya adalah dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh. Ia juga pernah bermain dalam film Tjoet Nya’ Dhin yang disutradarai oleh Eros Djarot. Nurdin juga merintis dan membangun Universitas Jabal Ghafur melalui program paling fenomenal kala itu, satu genggam beras per KK untuk pembangunan Unigha. Ada yang menarik dari sosok Nurdin A.R. yang memimpin Pidie sejak 1980 hingga 1990. Dia sempat berdebat panas dengan Gubernur Aceh Hadi Thajeb ketika mendekati pelantikan. Perdebatan itu bersebab Nurdin menolak memangkas rambut karena undang-undang tidak mengatur. Di masanya Pidie berkembang lebih maju. Demi menyerap informasi dari warga ia sering nongkrong di warung kopi pada tengah malam hingga dinihari. Bertemu tukang becak dan siapa saja yang ada di sana.
- Bupati Aceh Selatan Drs. H. Sayed Mudhahar. Sebagai ahli bisnis, Sayed Mudhahar Ahmad berhasil mengembangkan perkebunan pala di Aceh Selatan, sekaligus mampu membangun citra pala Aceh Selatan sehingga harganya semakin melejit. Ia juga tidak memperpanjang izin Hak Pengelolaan Hutan (HPH) berbagai perusahaan, dengan dalih kehadiran mereka tidak memberikan kesejahteraan kepada rakyat, dan justru menyebabkan banjir. Untuk melawan mafia HPH, Sayed bersumpah sembari mengangkat Alquran, bilamana Departemen Kehutanan menyetujui izin HPH baru di Aceh Selatan, dia akan mundur dari jabatan bupati. Sayed Mudhahar memimpin Aceh Selatan sejak 1888 sampai 1993. Sebelumnya dia lama bekerja di PT. Arun, jabatan terakhirnya sebagai Kepala Humas PT Arun.
- Walikota Banda Aceh Baharuddin Yahya. Ia memimpin Kota Banda Aceh sejak 1983-1993. Mantan Sekda Pidie dan Banda Aceh tersebut pernah dijebloskan ke dalam penjara ketika dicalonkan sebagai Bupati Pidie. Ia saat itu bersaing dengan Letkol Said Zakaria. Penangkapan dirinya yang berujung masuk bui demi menghambat langkahnya menuju kursi Pidie 1. Baharuddin Yahya merupakan ahli tata Kelola pemerintahan.
Mereka merupakan 5 kepala daerah di Aceh yang sangat disegani pejabat Pusat di masa Orde Baru. Selain visioner, mereka juga berani dan tegas. Komitmen mereka membangun daerah sangat jelas. Komitmen mereka menghormati pemerintah pun tidak dapat diragukan.
Bagi Ibrahim Hasan, mereka merupakan 5 kepala daerah di Aceh yang sangat ia segani. Meskipun jabatan mereka di bawah mantan Rektor Unsyiah itu, tapi kelimanya punya pandangan dan pendapat yang brilian di bidang keahlian masing-masing.
Mereka juga pentolan-pentolan penting di Golkar Aceh. “Pak Ibrahim Hasan seringkali berdiskusi dengan mereka berlima. Lebih tepatnya Pak Ibrahim mencari akal baru dari mereka,” kenang H. Teuku Anwar, wartawan senior di Aceh sembari terkekeh, Rabu (2/3/2023). Saat ini H. Anwar memimpin media daring Aceh Standar.
Pandangan yang sama juga disampaikan oleh Nasir Yusuf, seorang wartawan senior yang kini membina media online Aceh Herald.
“Mereka merupakan legenda para bupati di Aceh. Bayangkan dari 10 kabupaten di Aceh kala itu, hanya lima yang berpengaruh. Mengapa? Karena kinerja bupatinya. Para bupati itu sangat disegani di Pusat,” sebut Nasir Yusuf.
Demikian daftar 5 kepala daerah di Aceh yang sangat disegani di Aceh. Setelah era mereka selesai, tidak ada lagi bupati/walikota di Serambi Mekkah yang benar-benar berpengaruh di tingkat Pusat.