Komparatif.ID, Bireuen—Yukai Prihatin Martin yang mempersembahkan 2 keping medali emas kepada kontingen Bireuen pada Pekan Olah Raga Aceh (PORA) 2022 di Pidie, kini sedang sibuk mengikuti Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) menyongsong Pekan Olahraga Nasional (PON)XXI Aceh-Sumut.
Di sela-sela latihan yang kian intens, Yukai Prihatin Martin menyempatkan diri menjawab beberapa pertanyaan secara tertulis yang diajukan Komparatif.ID, Senin (27/3/2023). Proses wawancara tertulis tersebut difasilitasi oleh Khairulrizal alias Abi Rizal, seorang guru di SD Negeri 10 Kutablang, Bireuen. Abi Rizal merupakan orang yang telah berjasa besar membentuk Yukai menjadi pendekar bela diri ilmu delapan tungkai (Muay Thai).
Asam di gunung garam di laut, dalam belanga bertemu jua, kalaulah jodoh takkan kemana. Demikian pepatah Melayu yang paling pas menggambarkan pertemuan Yukai dengan olah raga bela diri Muay Thai. Sebelum menemukan olah raga yang merupakan hasil evolusi Muay Boran, Yukai terlebih dahulu pernah mencoba beberapa olah raga lainnya.
Baca: Terima Bonus dari KONI Bireuen, Diana Hasnah Beli Motor
Ia pernah sangat tekun belajar sepakbola, bola voli, hingga bulutangkis. Namun tak satupun dari olahraga itu yang mengena di batinnya.
Pria berkulit kuning langsat tersebut sedari dulu sangat menggemari film-film laga. Pun demikian, Ong Bak lah yang membuat dia benar-benar jatuh hati pada seni bela diri. Aksi-aksi Tony Jaa dalam film Ong Bak yang koreografinya diatur oleh Panna Rittikrai, melahirkan rasa penasaran mendalam di dalam jiwa Yukai untuk mempelajari lebih jauh jurus-jurus yang dimainkan Tony Jaa.
Putra Marzuki Albas tersebut pun mencari lebih jauh tentang seni bela diri yang ditampilkan di Ong Bak. Hasil penelusuran di internet ia menemukan bahwa film Ong Bak menampilkan bela diri yang disebut Muay Thai. Yukai tambah penasaran. Ia berulang kali menonton film tersebut. Semakin ditonton, bertambah pula rasa penasarannya.
“Saya suka gaya bertarung di film itu. Ong Bak saya tonton berkali-kali. Tak pernah bosan, bahkan bertambah penasaran. Saya menonton sembari mengkhayal, andaikan dapat menguasainya, mungkin bisa berprestasi dan dapat membantu orangtua. Saat itu saya belum bekerja,” sebut Yukai Prihatin Martin.
Puas menonton film, Yukai berkeliling Bireuen, mencari tahu siapa yang menggerakkan Muay Thai di kota kelahirannya. Akhirnya ia bertemu dengan Perguruan Naga Biru. Ia pun mendaftar sebagai murid baru.
Di Naga Biru ia dilatih dengan sangat keras oleh Dailami yang saat itu merupakan salah seorang Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). Ia juga ditempa oleh Mukhlis. Guru yang paling berkesan di ingatannya adalah Khairulrizal, guru SD Negeri 10 Kutablang, Bireuen, yang telah ia anggap sebagai ayah sendiri.
“Di antara pelatih lainnya, Abi Rizal yang paling lama melatih saya. Sampai saat ini beliau masih membina saya,” katanya.
Berkat keteguhannya berlatih, serta kerja keras para pelatih dalam membina, Yukai secara perlahan menunjukkan prestasi cemerlang. Ia mempersembahkan medali emas pada Pekan Olahraga Pelajar daerah (Popda) Gayo Lues 2016. Ia juga berhasil mendapatkan satu tiket ke PON XIX Jabar. Selanjutnya pada Pra PORA 2017 berhasil menggondol medali emas. Namun di final PORA XIII 2018 Jantho, ia hanya berhasil mendapatkan medali perak.
Kekalahan Yukai di final PORA XIII Jantho menimbulkan debat tak berujung. Misteri itu terjawab ketika ia mewakili Aceh ke PON XX Papua. Dia berhasil lulus ke PON Papua setelah mempersembahkan medali perak pada Porwil/Pra PON 2019.
Di Papua Yukai tidak dapat tampil maksimal. Cedera yang ia alami saat Porwil 2019 membuat dirinya tidak dapat berbuat banyak di Bumi Cenderawasih.
Gagal meraih emas di Papua tidak membuat ia patah arang. Pada Pra Pora 2021 ia berhasil menggondol medali emas. Dengan demikian dia dinyatakan lulus mengikuti PORA Pidie 2022.
Yukai Tak Terbendung di Pidie
Kali ini ia tak terbendung. Satu persatu lawannya dibuat tersungkur ke bumi. Peluhnya mengalir deras. Air mata mengucur atas tiap kemenangan. Pelatihnya bersorak sorai. Pendukung meloncat kegirangan. Yukai Prihatin Martin tiba di final pada dua mata lomba. Tarung dan waikru (seni). Seperti yang sudah diprediksi, Yukai tak terbendung kali ini. Dari dua mata lomba, dua-duanya berhasil ia sabet emas.
Seusai pertandingan, Yukai Prihatin Martin berdiri di podium tertinggi. “Tentu ada rasa bangga berhasil mempersembahkan medali emas untuk Bireuen. Seakan-akan segala kekurangan dan kekecewaan tertebus seluruhnya. Melalui Muay Thai saya berhasil mengharumkan nama Bireuen. Terima kasih kepada pelatih yang telah membina tanpa pernah merasa lelah,” katanya.
Berkat dua keping emas pada final PORA Pidie 2022, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Bireuen, memberikannya bonus Rp40 juta. Penghargaan tersebut ia terima pada Selasa (23/3/2023). Meski janji bonus belum keluar dari Pemerintah kabupaten Bireuen, tapi Ketua Umum KONI Bireuen H. Mukhlis Cut Hasan, mempercepat prosesnya. Ia menalangi sementara waktu sampai dana dari pemerintah cair.
Abi Rizal memberikan apresiasi kepada Yukai dan teman-temannya di bela diri Muay Thai yang telah berprestasi di PORA 2022. Yukai yang sedang ikut Pelatda diharapkan dapat memberikan medali emas untuk cabang bela diri Kick Boxing Indonesia (KBI) pada ajang PON XXI Aceh-Sumut.
Sukses bukanlah kebetulan. Sukses itu kerja keras, kegigihan, pengorbanan, dan yang paling penting, cintailah apa yang kamu lakukan.. Congratulation kepada yukai prihatin martin dan kawan2, kepada pelatih Bapak khairul Rizal. S.Pd.Gr yang selalu antusias dlm.melatih,mendidik dan membimbing para atlit dan kpd pengurus Muaythai kabupaten Bireuen