Yayasan Geutanyoe Luncurkan Buku Aceh Muliakan Rohingya

Yayasan Geutanyoe Luncurkan Buku Aceh Muliakan Rohingya, Rabu (29/6/2022). Foto: Ist.
Yayasan Geutanyoe Luncurkan Buku Aceh Muliakan Rohingya, Rabu (29/6/2022). Foto: Ist.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Yayasan Geutanyoe, sebuah LSM yang berkhidmad pada isu kemanusiaan lintas batas, meluncurkan sebuah buku berjudul “Aceh Muliakan Rohingya“. Buku tersebut disusun oleh Adi Warsidi, Habil Razali, dan Iskandar. Peluncurannya digelar di Grand Nanggroe Hotel, Banda Aceh, Rabu (29/6/2022).

Buku yang berisi tentang kisah penderitaan kaum muslim Rohingya di negara Burma, menceritakan banyak hal tentang peristiwa konflik di sana, yang kemudian membawa banyak imigran gelap itu ke Aceh.

Pada peluncuran buku tersebut Adi Warsidi didapuk sebagai pembicara, Azriana Rambe Manalu sebagai penanggap 1, dan Aulianda Wafisa sebagai penanggap 2.

Dengan telaten Adi Warsidi, dkk, menceritakan tentang perjuangan etnis Rohingya di Myanmar, pelarian mereka ke luar negeri, terdampar di Aceh, hingga suka duka warga Aceh yang memberikan pertolongan kepada pengungsi. Termasuk kisah-kisah relawan yang berjibaku memberikan pendampingan kepada para pendatang ilegal itu.

Adi menjelaskan, dalam menyusun buku tersebut, pihaknya menemukan banyak catatan penting tentang ragam peristiwa di balik kehadiran pengungsi Rohingya ke Aceh. Akan tetapi data-data tersebut tidak disajikan di dalam buku, karena fokus mereka ingin mendokumentasikan semangat rela berkorban rakyat Aceh dan relawan, demi memuliakan kemanusiaan.

Menurut wartawan senior tersebut yang pernah bekerja di Majalah Tempo, semangat juang orang Aceh, termasuk pemerintah daerah di Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur, dan Kota Langsa, patut diberikan apresiasi. Para bupati/walikota di sana berani menempuh risiko memberikan bantuan untuk pengungsi, jauh sebelum Pemerintah Pusat menerbitkan Perpres 125 Tahun 2016.

“Risikonya tidak kecil, tapi bupati dan walikota di sana, berani melakukan tindakan atas nama kemanusiaan. Entah ada sangkut-pautnya dengan ketulusan, pada Pilkada Aceh 2017, mereka semua terpilih untuk kedua kalinya sebagai kepala daerah,” kata Adi Warsidi sembari tersenyum.

Azriana Rambe Manalu, seorang penggiat kemanusian yang pernah menjadi anggota Komnas Perempuan RI, memberikan apresiasi terhadap Yayasan Geutanyoe yang telah menginisiasi penulisan buku tersebut. Karena bila dibiarkan tercecer dalam ingatan, maka ke depan, semangat heroism orang Aceh akan menjadi kisah tanpa fakta.

Ia juga mengatakan tindakan-tindakan berani orang Aceh merupakan kearifan lokal (hukum tak tertulis) yang telah menjadi warisan budaya secara turun-temurun. Meskipun menghadapi banyak kendala, tetap dipelihara.

Termasuk hukum laut di Aceh, masih dijunjung tinggi oleh nelayan yang dikomandoi oleh Panglima Laut.
Ia juga memberikan catatan, selama ini penanganan pengungsi luar negeri belum responsif gender, selain itu antara relawan dan pengungsi kesulitan dalam berkomunikasi, sehingga menyebabkan terjadinya miskomunikasi.

“Saya sarankan, perlu adanya pelatihan bahasa Rohingya untuk aktivis yang mendampingi pengungsi. Tidak mesti semuanya, beberapa orang saja cukup. Saya kira Yayasan Geutanyoe perlu memfasilitasinya,” kata Azriana.

Sementara itu, Aulianda Wafisa dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh, yang menjadi penanggap akhir buku tersebut, mengatakan dalam kondisi apa pun, rasa kemanusiaan tidak boleh mati.

Dia mengapreasisi buku itu, yang menurutnya merupakan sebuah karya penting untuk mengabadikan ketulusan orang Aceh, dan kewajiban kita semua memberikan bantuan kepada siapa saja tanpa memandang ras, agama, dan asal muasal.


Juara Sayembara Menulis dan Fotografi

Sebelum acara peluncuran buku, Yayasan Geutanyoe juga menggelar acara pemberian hadiah dan piagam sayembara menulis artikel ilmiah popular dan fotografi.

Juara satu sayembara menulis direbut oleh Ayi Jufridar, juara II Muzakkir, dan III Indri Maulidar. Juara favorit Zulfurqan.

Juara I fotografi Syifa Yulinnas, II Rahmad, III Fachrul Reza. Juara Favorit Zikri Maulana.

Artikel SebelumnyaPeringati Resolusi PBB 1325, ISTAC Bahas Isu Kesejahteraan Perempuan
Artikel SelanjutnyaIsmail Rasyid Tidak Akan “Membelakangi Aceh”
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here