Komparatif.ID, Jakarta— Wartawan pendidikan Indonesia telah menekankan calon peserta Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 untuk memberikan perhatian serius pada isu pendidikan sebagai program utama mereka.
Seruan ini disampaikan oleh Forum Alumni Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) dalam acara gathering yang digelar di Jakarta, Senin (18/9/2023).
Pertemuan yang bertajuk “Paragon dan Media Bergerak Bersama untuk Pendidikan” ini dihadiri oleh 32 alumni FJP GWPP, yang terdiri dari empat angkatan program pendidikan dan pelatihan jurnalistik dari berbagai daerah di Indonesia.
Pemilu 2024 dianggap sebagai momen krusial dalam perjalanan bangsa ini. Ini adalah pemilu yang akan memilih Presiden-Wakil Presiden, anggota DPR-DPRD, serta gubernur dan Bupati/Wali Kota. FJP GWPP menegaskan isu pendidikan harus menjadi perhatian utama.
Mereka juga menegaskan bahwa pemilu seharusnya bukan hanya panggung bagi para elit politik untuk bersaing, tetapi juga panggung bagi seluruh warga negara untuk mengungkapkan aspirasi dan harapan mereka. Pemilihan pemimpin seharusnya didasarkan pada aspirasi masyarakat yang akan menjadi mandat bagi pemimpin baru.
Dalam rangka mendukung pendidikan politik bagi pemilih, khususnya generasi milenial, para wartawan pendidikan mengajukan tiga seruan penting. Pertama, mereka mendesak KPU, pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil untuk mengangkat pendidikan politik sebagai prioritas utama dalam menyambut Pemilu 2024. Ini adalah langkah penting untuk memastikan pemilih muda memiliki pemahaman yang baik tentang proses demokrasi.
Baca juga: Jelang Pemilu 2024, Polda Aceh Ingatkan Masyarakat Bijak Bermedsos
Kedua, mereka mengajak para kandidat untuk menjadikan pendidikan sebagai isu strategis dengan menawarkan program pendidikan inovatif yang akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ini adalah langkah yang dapat mendorong kemajuan bangsa.
Ketiga, para wartawan dan media massa diminta untuk terus mengangkat isu-isu pendidikan agar menjadi perhatian masyarakat luas. Dalam konteks pemilu, ini penting agar pemilih dapat membuat keputusan yang informasional dan berbasis fakta.
Direktur GWPP, Nurcholis MA Basyari, menekankan pentingnya pendidikan dalam konstitusi dan menyebutnya sebagai faktor kunci dalam kemajuan dan kesejahteraan negara. Para wartawan, menurutnya, memainkan peran strategis dalam mengedepankan isu-isu pendidikan dalam liputan dan pemberitaan mereka.
Bukan hanya liputan tentang kontestasi politik antar kandidat, tetapi juga liputan yang berfokus pada isu-isu kebijakan dan solusi yang ditawarkan oleh kandidat. Ini akan mendorong partisipasi politik yang lebih berkualitas dari masyarakat.
“Ada dua model besar liputan pemilu yang diidentifikasi para peneliti selama ini yakni game coverage dan issue coverage. Pertama cenderung fokus pada aspek kontestasi antar kandidat: siapa yang akan menang, siapa yang akan kalah, siapa mendukung siapa, dan lain sebagainya. Model liputan ini dipandang mendorong politik identitas dan mempertebal batasan antara “kita” dan “mereka”, perasaan ingroup dan outgroup,” jelas Nurcholis yang juga asesor Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI Pusat.
Nurcholis mendorong pers mengedepankan model kedua, yakni liputan dan pemberitaan tentang pemilu yang berorientasi pada isu (issue coverage). Model liputan ini lebih memberi perhatian besar pada problem kebijakan, solusi yang dapat diambil, dan menampilkan posisi atau jualan program masing-masing kandidat atau partai.
Wartawan senior, Mohammad Nasir, Sekjen Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) mengingatkan pada tahun politik seperti ini, wartawan pendidikan dihadapkan pada banyak tantangan. Masyarakat perlu dididik agar dapat mengidentifikasi propaganda politik yang tidak benar.
Selain itu, wartawan pendidikan juga harus mengkritisi program-program pendidikan yang diajukan oleh para kandidat secara detail untuk menunjukkan apakah program-program tersebut dapat dijalankan dengan baik dalam praktik dunia pendidikan.
Dosen komunikasi, Fransiskus Surdiasis, menyoroti pentingnya pendidikan politik bagi pemilih milenial. Pemilih milenial memiliki pengaruh yang signifikan dalam pemilu, dan pendidikan politik adalah kunci untuk membantu mereka membuat keputusan politik yang bijak.
Para wartawan dan media juga harus memberikan perhatian khusus pada aspirasi politik generasi milenial ini untuk memastikan bahwa mereka merasa terlibat dalam proses pemilu.
“Suara pemilih milenial dalam pemilu ini cukup signifikan. Pilihan politik mereka akan menentukan masa depan bangsa ini. Karena penting sekali pendidikan politik guna membekali mereka membuat keputusan politik yang tepat,” ujar Surdiasis.
Baca juga: Politik Identitas & Berita Hoaks Berpotensi Pengaruhi Pemilu 2024
Seruan Wartawan Pendidikan
Pertama, kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU), pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan dunia usaha, GWPP mendesak agar pendidikan politik bagi pemilih, terutama kalangan milenial, dianggap sebagai agenda yang sangat penting dalam persiapan Pemilu 2024.
Pendidikan politik yang baik bagi generasi milenial merupakan salah satu kunci untuk memastikan bahwa mereka dapat melaksanakan hak politiknya secara berpengetahuan dan berkualitas.
Kedua, kepada para calon presiden dan wakil presiden, GWPP mengharapkan agar mereka menjadikan isu pendidikan sebagai salah satu agenda strategis dalam kampanye mereka. Para kandidat diharapkan dapat menawarkan program pendidikan inovatif yang dapat memberikan dorongan besar dalam perkembangan Indonesia di mata dunia.
Ketiga, kepada kalangan media dan wartawan, GWPP mengingatkan agar terus mengangkat isu-isu pendidikan dalam pemberitaan mereka. Dengan cara ini, isu pendidikan akan menjadi perhatian masyarakat secara luas, dan kesadaran akan pentingnya pendidikan akan semakin meluas di masyarakat.