Komparatif.ID, Banda Aceh— Warga Aceh Tamiang tewas dikeroyok di Malaysia. Syahrul Ramadhan (34) asal Gampong Sampaimah, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, dilaporkan meninggal dunia di Penang, usai mengalami tindakan kekerasan pengeroyokan.
Rekaman video yang memperlihatkan momen penganiayaan terhadap korban oleh sejumlah orang tidak dikenal tersebar luas di media sosial dan memicu kemarahan publik. Dalam video tersebut, tampak Syahrul diperlakukan kasar sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia dalam tahanan Kepolisian Pulau Pinang.
Melansir Harian Metro, Kepolisian Penang (PDRM) mengklaim korban bertindak agresif sebelum ditahan. Menurut Penjabat Kepala Polisi Penang, Datuk Mohd Alwi Zainal Abidin, pihaknya menerima laporan dari warga Taman Bukit Jambul mengenai seorang pria yang mengamuk sambil mengacungkan batang besi.
Polisi yang tiba di lokasi kemudian dihadang oleh pria tersebut dan terjadi perkelahian. Syahrul dilaporkan sempat memukul wajah salah satu petugas sebelum akhirnya ditangkap dengan bantuan warga sekitar.
“Saat terjadi perkelahian, tersangka diduga memukul wajah salah satu petugas polisi yang tiba di lokasi kejadian,” ujarnya, Senin (4/8/2025).
Syahrul kemudian dibawa ke Kantor Polisi Sungai Nibong. Namun tidak lama setelah ditahan, ia mendadak pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Pihak rumah sakit menyatakan korban telah meninggal saat tiba.
Baca juga: Penjual Gadis Aceh Jadi PSK di Malaysia Ditangkap
“Penyebab kematian dipastikan karena serangan jantung dan kasusnya diklasifikasikan sebagai kematian mendadak,” katanya.
Polis Diraja Malaysia menyebut penyebab kematian korban karena serangan jantung dan mengklasifikasikan insiden ini sebagai kematian mendadak. Selain itu, dua laporan polisi juga disebut telah dilayangkan terhadap korban, masing-masing terkait perusakan kaca mobil warga dan dugaan masuk tanpa izin ke properti milik warga di kawasan flat tersebut.
Namun pernyataan resmi polisi Malaysia ini menuai keraguan dan keprihatinan dari sejumlah pihak di Indonesia, termasuk dari Dewan Pimpinan Pusat Front Mahasiswa dan Pemuda Anti Kekerasan (DPP FOMAPAK).
Ketua Satu DPP FOMAPAK, Tgk. Nasruddin, mendesak investigasi menyeluruh dan independen atas kematian Syahrul. Ia menegaskan Pemerintah Indonesia melalui Konsulat Jenderal RI di Penang dan Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur harus segera mengambil langkah konkret, termasuk permintaan otopsi ulang oleh pihak ketiga yang independen.
“Kami mendesak Pemerintah Republik Indonesia melalui Konsulat Jenderal RI di Penang serta KBRI di Kuala Lumpur untuk segera mengambil langkah serius, tidak hanya memverifikasi kronologi dan penyebab kematian korban, tetapi juga memastikan dilakukan otopsi independen dan transparan,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa tidak tertutup kemungkinan terdapat kekerasan struktural yang dialami korban selama proses penangkapan dan penahanan.
“Dalam berbagai kasus sebelumnya, banyak temuan menunjukkan bahwa kematian mendadak dalam tahanan seringkali berkaitan dengan perlakuan tidak manusiawi, termasuk penggunaan kekuatan berlebihan excessive force dan pengabaian terhadap kondisi medis tahanan,” lanjutnya.
FOMAPAK juga meminta agar Komnas HAM RI serta lembaga HAM internasional ikut memantau dan menekan otoritas Malaysia agar memberikan akses penyelidikan yang adil dan transparan.
Tgk. Nasruddin juga meminta dokumentasi CCTV, laporan medis, serta keterangan saksi mata yang menyaksikan kejadian warga Aceh Tamiang tewas dikeroyok di Malaysia tersebut segera diungkap ke publik.
“Kami mendesak Komnas HAM RI dan organisasi HAM internasional seperti Human Rights Watch dan Amnesty International untuk turut memantau dan menekan otoritas Malaysia agar membuka akses penyelidikan secara independen,” imbuhnya. []