Vedha, Ketika Ayah dan Anak Melawan Gangster Pemerkosa

Vedha
Poster film Vedha. Zee Film.

Vedha, merupakan karya agung sineas India, yang ditulis dan disutradarai oleh Harsha. Film berbahasa Kannada yang digunakan oleh umumnya penduduk di Barat Daya India.

Film ini setelah dirilis pada 23 Desember 2022, segera menjadi box office. Sinema yang diproduksi hasil kerjasama Zee Studio dan Geeta Pictures dan diproduseri oleh Geeta Shiva Rajkumar, meskipun mengangkat tema “klasik” yaitu pemerkosaan dan perbudakan terhadap perempuan India, tapi berhasil menjadi box office berkat jalan cerita dan akting para pemain yang sangat luar biasa. Sutradara berhasil menghidupkan kemarahan publik, berkat dialog apik dan akting luar biasa. Akhirnya, pemerkosaan yang telah menjadi hal biasa di India, berhasil memantik perhatian penonton. Membuat sinema yang dimainkan oleh orang-orang keling itu, banjir penonton dan mendapatkan ulasan positif dari media massa.

bagaimana jalan ceritanya? Pada 1960-an Vedha (Shiva Rajkumar) ditahan oleh polisi karena tuduhan mencuri. Para gangster kampung yang dipimpin oleh Beera (Cheluvaraj) membuat sejulah kegaduhan di kampung mereka. Beera dan istrinya merupakan sejoli jahat yang memimpin para penjahat yang sering berbuat sesuka hati—termasuk memperkosa.

Baca: Mangkujiwo 2; Kebuasaan Masih Tetap Menang

Pada malam ketika Vedha ditahan di kantor polisi, Beera dan teman-temannya sedang bercengkerama di sebuah kebun kosong. Saat itu Kanaka (ketika besar diperankan oleh Aditi Sagar) baru pulang berburu kunang-kunang. Dia membawa sebuah toples kaca dengan senyum sumringah.

Beera dan teman-temannya yang sedang mabuk, melihat Kanaka kecil dengan penuh birahi. Bocah itu diperkosa secara brutal secara beramai-ramai.

Perbuatan itu diketahui oleh seorang pemabuk lain. Setelah berhasil mengusir Beera, si pemabuk ikut memperkosa Kanaka. ia sempat diserang oleh seorang pelacur yang memergokinya.  Tapi pelacur itu berhasil dikalahkan. Setelah itu si pemabuk membawa pulang Kanaka kecil dalam keadaan pingsan ke rumah ibunya yang bernama Puspha (Ganavi Laxman).

Tak terima putrinya diperkosa, Puspha yang memiliki keberanian baja mendatangi Beera dan kelompoknya. Dengan sebilah parang dia menyerang begundal-begundal itu. Sejumlah orang berhasil ia lukai, tapi naas para penjahat lebih kuat dan berjumlah banyak. Puspha tewas dalam upayanya menuntut balas.

Polisi mendatangi tempat kejadian perkara. Mereka bekerjasama dengan Beera merekayasa kasus. Akhirnya pengadilan memutuskan Kanaka bersalah dan harus dipenjara.

Vedha yang hadir pada pembacaan putusan pengadilan, mengamuk seusai anaknya diputuskan bersalah telah membunuh ibunya sendiri. Di halaman pengadilan, Vedha mengamuk, membunuh saksi palsu dan jaksa penuntut umum. Setelah itu dia menghilang.

Kanaka mendekam di balik jeruji besi. Sejumlah sipir menggosipinya sebagai anak yang membunuh ibunya. Ia menderita, terluka dan tersiksa secara batiniyah di dalam penjara. Jiwanya meronta-ronta. Tapi ia tidak gila. Kesumat dendam bergejolak.

Tahun 1980, Kanaka bebas. Vedha menjemputnya. Mereka kemudian berkelana dari satu tempat ke tempat lain. Mereka menyerang para gangster yang memerkosa dan memperdagangkan perempuan.

Dari scene-ke scene, diperlihatkan betapa perempuan India hanya sebatas komoditas. Bukan hanya oleh suami, bahkan ayah mereka sendiri menjual anak-anaknya demi alasan membayar utang, atau membutuhkan pinjaman uang.

Perempuan yang menolak dijadikan budak seks, atau melawan saat hendak diperkosa, akan menerima akibat buruk. Tak jarang harus merenggang nyawa. Sedangkan negara –polisi, jaksa, dan pengadilan—hanyalah perpanjangan tangan para penjahat. Mereka bekerja sesuai order orang berduit yang zalim. Polisi, jaksa, dan pengadilan bekerja untuk mendapatkan uang sogokan dari dunia hitam. Pangkat, seragam, dan kewenangan, dipergunakan untuk mengumpulkan harta haram.

Polisi, jaksa, dan hakim, dengan segenap jiwa raga, mempersembahkan pangkat dan seragam, untuk mengabdi kepada kegelapan. Karena dari sanalah mereka mendapatkan keuntungan duniawi yang berlipat ganda.

Vedha dan Kanaka yang pada suatu hari sedang menyeruput teh di sebuah kedai di tepi jalan di tengah pasar yang riuh, harus mendengar repetan seorang perempuan penjual gorengan, yang merepet-repet tentang ketidakadilan, dan matinya hukum di bawah kaki penjahat. Ia mengejek para lelaki dan wanita di desa itu yang hanya bisa pasrah atas kekejaman para penjahat.

Saat mengetahui wajah Vedha tegang mendengar repetannya perempuan itu minta maaf. Dia takut Vedha akan melukainya karena menyebutkan semua orang sama saja; penakut dan tak punya harga diri.

Vedha dan Kanaka dengan bermodal parang dan keahlian bertarung, berjalan dari satu gelanggang ke gelanggang, mencari para penjahat, mencincang mereka dengan aksi koreografi sangat indah. Pertarungan demi pertarungan yang mereka lalui ditampilkan apik, beringas, kejam, dan penuh darah.

Demikian juga ketika mereka mendatangi Beera di kediamannya. Dengan bilah parang di tangan masing-masing, mereka masuk ke pekarangan luas dengan wajah tak bersahabat. Istri Beera dengan repetan khasnya membela sang suami. Dia mengejek Kanaka dan Vedha yang datang membalas dendam.

Merepeti korban yang sekian lama tak berdaya, dan kemudian bangkit melawan, merupakan sebuah kesalahan. Dengan sekali tebas, istri Beera merenggang nyawa. Ia mati di depan suaminya.

Selanjutnya, pertarungan demi pertarungan pun berlangsung. Vedha dan Kanaka menang.

Kisah tentang Vedha dan Kanaka diceritakan oleh seorang pensiunan polisi bernama Raama. Perempuan itulah yang ketika menangani perkara tersebut berpangkat inspektur. Ia menceritakan kisah itu kepada cucunya bernama Neela yang menjadi korban pelecehan di dalam bus. Maksud sang nenek menceritakan kisah itu, suapa siapa pun yang dilecehkan harus melawan. Para pelaku pelecehan harus mendapatkan hukuman.

Vedha, Cara Sineas India Membangkitkan Keberanian Rakyat

Film merupakan produk kebudayaan. Di seluruh dunia, film dijadikan sarana kampanye, menyampaikan idealisme sutradara dan rumah produksi. Demikian juga Geeta dan suaminya Shiva Rajkumar. Mereka mengangkat tema pemerkosaan dan ketidakdilan, dengan menampilkan perlawanan korban.

Di India, para sineas kerapkali menelurkan karya-karya apik berisi perlawanan. Tema-tema tentang pemerkosaan dan kekuasaan yang korup, menjadi topik penting di sebuah industri film India seperti Bollywood, Kollywood, Tollywood, Sandalwood, Pollywood, dan Mollywood.

Pemerkosaan di India sangat tinggi. Setiap detik wanita di sana diperkosa, dan kemudian dibunuh. Kekerasan demi kekerasan dilakukan oleh para pria tanpa merasa canggung. Kebudayaan yang menempatkan wanita di sana sebagai komoditas, membuat praktek kekerasan terhadap perempuan tumbuh subur.

Vedha dibuat dengan kesungguhan cinta. Sinematografinya top. Meskipun banyak adegan perkelahian yang tidak masuk akal—khas sinema Hindustan—tapi tidak sedikitpun mengganggu jalan cerita. Ketidakmungkinan dalam pertarungan sangat mewakili harapan bahwa kebenaran sedetikpun tidak boleh kalah dari kejahatan.

Harapan terbesar para sineas tentu mendapatkan keuntungan. Tapi, sebagai penikmat film yang membangun jati diri dari dunia pergerakan mahasiswa dan dunia LSM, saya melihat bahwa para sineas menanamkan dengan sangat kuat pesan tersirat. Bahwa keadilan harus diperjuangkan. Di India, kebenaran harus diperjuangkan dengan penuh keberanian dan pengorbanan. Bila tak berani, maka sampai kapanpun akan jadi budak atas kesewenang-wenangan.

Artikel Sebelumnya21 Juta KK di Indonesia Akan Dapat Bantuan Beras 
Artikel SelanjutnyaOJK: Spin-Off Asuransi Syariah Siap Juli 2023
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here