
Komparatif.ID, Jakarta— Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menegaskan tidak akan mengundurkan diri dari jabatannya meski muncul desakan melalui risalah rapat harian Syuriyah PBNU.
“Sama sekali tidak pernah terbesit dalam pikiran saya untuk mundur dari Ketua Umum PBNU. Saya mendapat mandat 5 tahun memimpin NU, karena itu akan saya jalani selama 5 tahun, insyā Allāh saya sanggup,” tulis Gus Yahya melalui laman media sosial resminya, Senin (24/11/2025).
Gus Yahya menyebut surat edaran Risalah Harian Syuriah PBNU tidak memiliki legitimasi untuk memberhentikan ketua umum.
“Terkait dengan edaran Risalah Harian Syuriah PBNU yang akan memundurkan Ketua Umum, maka saya tandaskan, menurut konstitusi AD/ART tidak berwenang untuk memberhentikan Ketua Umum,” ujarnya Minggu (23/11/2025) malam.
Dipaksa Mundur, Gus Yahya Kumpulkan Kiai Senior NU
Pada Minggu (23/11/2025) malam, Gus Yahya mengundang sejumlah kiai senior untuk meminta pandangan terkait dinamika internal yang berkembang dalam beberapa hari terakhir.
Pertemuan itu dihadiri Syaikh Ali Akbar Marbun dari Medan yang merupakan anggota Ahlul Halli wal Aqdi pada Muktamar ke-34 Lampung, Katib Aam KH Ahmad Said Asrori, KH Muadz Thohir, KH Muhyiddin Ishaq, Wakil Ketua Umum PBNU KH Amin Said Husni, serta sejumlah kiai lainnya.
Gus Yahya mengatakan para kiai yang hadir menyampaikan penyesalan atas ketidaktertiban dalam pelaksanaan rapat harian Syuriyah dan menilai bahwa setiap langkah organisasi harus kembali pada AD/ART NU.
Baca juga: Respon Ketum PBNU Gus Yahya Usai Dimakzulkan Rais Aam
“Para kiai secara bulat menyampaikan penyesalan atas terjadinya ketidaktertiban dalam Rapat Harian Syuriah dan menegaskan bahwa setiap langkah organisasi harus kembali pada AD/ART serta mekanisme konstitusional Nahdlatul Ulama,” lanjutnya.
Dalam pertemuan tersebut, para kiai juga menegaskan perlunya kehati-hatian dalam menghadapi informasi yang beredar, termasuk kewajiban melakukan verifikasi dan tabayyun agar tidak menimbulkan fitnah yang dapat merugikan jamaah maupun marwah NU.
Mereka sepakat bahwa tidak boleh ada keputusan yang melampaui batas kewenangan struktural. Sebagai tindak lanjut, para kiai sepuh akan menggelar pertemuan lanjutan di Pondok Pesantren Lirboyo dengan harapan dapat meredakan ketegangan serta menetapkan langkah yang dianggap maslahat sesuai tradisi kebijaksanaan ulama.
“Sebagai tindak lanjut, para kiai sepuh akan segera menghimpun diri dalam pertemuan yang lebih luas di Pondok Pesantren Lirboyo. Pertemuan tersebut diharapkan menjadi sarana penetapan langkah maslahat, meredakan eskalasi yang tidak diperlukan, serta memastikan seluruh penyelesaian berjalan dalam koridor,” imbuhnya.
Sebelumnya, Syuriyah PBNU melalui risalah rapat harian yang dipimpin Rais Aam KH Miftachul Akhyar meminta kakak kandung eks Menteri Agama Yaqut Qoumas itu mengundurkan diri dalam waktu tiga hari. Rapat yang berlangsung di Jakarta itu menyebut, bila pengunduran diri tidak dilakukan, maka mekanisme pemberhentian akan ditempuh sesuai ketentuan organisasi.
Dorongan pemakzulan terhadap Gus Yahya muncul setelah kontroversi kehadiran akademisi Amerika Serikat, Peter Berkowitz, sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional NU.
Berkowitz dikenal memiliki pandangan yang membela Israel dalam sejumlah isu hukum internasional. Kehadirannya dinilai menyalahi nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah serta bertentangan dengan muqaddimah qanun asasi NU.
Syuriyah PBNU menilai kegiatan tersebut melanggar peraturan organisasi dan mencederai nama baik PBNU.
Peraturan Perkumpulan NU Nomor 13 Tahun 2025 disebut menjadi dasar bagi Syuriyah untuk menempuh langkah pemberhentian bila dinilai terjadi pelanggaran terhadap prinsip organisasi.











