Tinju Kiri Jusuf Manggabarani Mendarat di Dada Aktivis HANTAM

Jusuf Manggabarani
Jusuf Manggabarani pernah meninju dada seorang aktivis HANTAM yang menggelar unjuk rasa di Simpang Lima, Banda Aceh. Sang aktivis mengenang peristiwa itu. Foto: Ist.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Tinju Kiri Jusuf Manggabarani mendarat di dada Muhammad MTA, penggiat organisasi Himpunan Aktivis Anti Militer (HANTAM) yang menggelar unjuk rasa di Simpang Lima, Banda Aceh, Senin (6/5/2002).

Dalam aksi unjuk rasa menuntut genjatan senjata (ceasefire) antara TNI/Polri dan Gerakan Aceh Merdeka, aktivis HANTAM membawa empat bendera yang masing-masing diikat pada galah yang diusung aktivis.

Baca: Daftar Kapolda Aceh dari Masa ke Masa (1945-2024)

Sembari berorasi, para aktivis kemanusiaan tersebut mengibarkan bendera marah putih, bendera bintang bulan, bendera referendum, dan bendera PBB. Mereka menuntut supaya perang segera dihentikan dan PBB turun tangan menyelesaikan konflik di Aceh.

Di tengah kondisi koflik bersenjata yang sedang tinggi-tingginya, tidak butuh waktu lama bagi polisi Polda Aceh dan polisi dari Polres Banda Aceh meringkus Muhammad MTA, Taufik Al Mubarak, Asmara Diah Saputra, Askhalani, Imam, Habibie, Ihsan, dan beberapa orang lainnya.

Baca: KBP Muhammad Insja, Putra Peusangan Pendiri Sekolah Polisi di Aceh

Beberapa aktivis  digelandang ke Mapolda Aceh untuk diinterogasi. Sebagian lagi dibawa ke Mapolres Banda Aceh di Jambo Tape. Baik di Polda maupun di Polres, mereka sama-sama dapat “pelatihan mental” dalam bentuk tinju, tendangan, dan pukulan.

Saat sedang berada di Polda, Kapolda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Inspektur Jenderal (Irjen) Pol. Drs. H. Jusuf Manggabarani, datang. Ia sangat berang dengan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa yang umumnya kuliah di IAIN Ar-Raniry tersebut.

Muhammad MTA menggenang kisah kedatangan Jusuf Manggabarani saat mereka sedang diperiksa. Ia menulis memoar singkat di linimasa Facebook-nya.

Sorot mata beliau teduh tetapi sangat mengancam, gaya bicaranya tegas dan tidak ada intonasi toleransi yang mengakibatkan gangguan “nama baik” keamanan bagi wilayah hukum kepolisian Aceh.

Kira-kira demikian yang dapat saya tangkap dari nada bicara beliau dalam arahan kepada personil Reskrim sebelum masuk ke ruang pemeriksaan saya di ruang Penyidik Polda Aceh. Terdengar “siap! Siap!” dari jajaran saat arahan berlangsung.

“Siapa yang suruh kamu naikkan bendera GAM di tugu Simpang Lima?!” Bentaknya.

“Tidak kami naikkan di tugu,Pak. Cuma di tongkat biasa kami kibarkan,” jawab saya.

Rupanya jawaban itu membuat dia jengkel, Kapolda marah.

Akibatnya, bogem tangan kiri beliau hantam dada saya hingga tersungkur ke lantai. Kursi plastik terbang ke punggung.

“Kalau sempat tangan kanan, mati kamu!” sergahnya.

Kemudian beliau keluar.

Akhirnya, saya dan Taufik Al Mubarak ditahan dan 6 kawan HANTAM lainnya dibebaskan dengan syarat wajib lapor Senin-Kamis.

Hari ini, Komjenpol Jusuf Manggabarani dipanggil Allah. Semoga beliau husnul khatimah, terbalaskan semua amal kebaikan dalam pengabdian terbaik beliau kepada negara, dan keluarga yang ditinggalkan tabah.

Jusuf Manggabarani meninggal dunia pada Selasa, 20 Mei 2025. Ia lahir pada 11 Februari 1953.

Artikel SebelumnyaKorupsi, Zhao Weiguo Dirut Tsinghua Unigroup Divonis Mati
Artikel SelanjutnyaSatpol PP Aceh Jaya Buru Hewan Ternak di Jalan Raya
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here