Telur Puyuh: Saya tidak tahu apa hubungannya dengan inflasi. Menjelang Natal dan Tahun Baru, harga daging ayam, telur, dan buah itu naik. Itu yang dikatakan Deputi BGN Nanik Deyang.
“Tadi Pak Presiden pesan, ‘wah, ya nanti kalau misalnya ini kan mau Nataru nih, kemudian Lebaran. Nanti, mungkin telur untuk anak-anak kita kurangi, tapi diganti daging sapi, diganti telur puyuh'”
Nanik S. Deyang, yang susah dibedakan antara apakah dia sedang menangis atau konstipasi itu, bertemu presiden sebelum memberikan keterangan kepada pers.
Bukannya daging (sapi) dan telur puyuh lebih mahal dari daging ayam dan telur ayam? Ya nggak taulah. Ayam dan telur lebih mampu dibeli oleh kaum rata-rata negeri ini. Tapi mengapa dia menjadi pendorong inflasi? Bukannya inflasi itu karena uang beredar lebih banyak dari barang yang tersedia?
Dari para ekonom saya tahu kalau mau kendalikan inflasi, ya perbaiki kebijakan moneter. Kurangi cetak uang, naikin suku bunga, dll.
Tapi kan yang sekarang terjadi uang digelontorkan supaya pebisnis ambil kredit. Nah, sekarang pebisnis khususnya yang UKM tidak berani karena bisnis lesu dan daya beli menurun. Suku bunga jelas nggak berani dinaikkan karena jelas tidak ada orang berani ambil kredit kalau suku bunga tinggi.
Kurangi cetak uang. Lha ya kan harus bayar THR (Nataru dan nanti Lebaran). Juga Bantuan Langsung Tunai harus digalakkan karena ini potensi bikin ledakan sosial. Ekonomi lesu dan banyak orang ga punya uang. Apa jadinya orang ga punya uang tapi lihat sebagian kecil — terutama yang ada di kekuasaan — bergelimang harta? Njebluk sistem sosial ini.
Baca juga: Susu MBG Hanya Kandung 30 Persen Susu Segar, Ini Jawaban BGN
Untuk mereka yang paham kebijakan (policy), pasti juga paham bahwa kebijakan-kebijakan berbeaya jumbo (MBG, Kopdes MP), itu tidak lebih dari transfer negara ke kalangan elit dan oligarki lokal. Lihat saja siapa yang menguasai MBG. Kopdes MP? Sami mawon.
Kemarin ada berita Danantara akan membangun SPPG untuk mempercepat program. Ini pinjaman lewat Himbara tentunya. Nanti pengelolanya akan mengembalikan modal itu ke Danantara. Lalu siapa yang jadi pengelolanya? UKM? Ha ha ha ha … itu seperti kodok ketawa di musim kemarau!
Terus Kopdes MP. Militer bekerjasama dengan PT Agrinas Pangan akan membangun gerai dan gudang untuk Kopdes MP. Ini untuk mempercepat pelaksanaan program. Danantara lewat bank-bank Himbara yang membeayainya.
Ini berubah dari konsep awal yang saya pelajari. Dulu, Kopdes mengajukan kredit dengan menyusun proposal ke bank Himbara. Terus ada due dilligence dari bank. Kredit disalurkan dan Kopdes mulai membangun. Itu dianggap terlalu lambat.
Untuk percepatan, gudang dan gerai dibangun oleh TNI dan PT Agirnas Pangan. Kopdes tinggal mengoperasikan. Yakin akan bisa dioperasikan? Kodok ketawa lagi di musim kemarau. Untuk kedua kalinya!
Tapi bukannya gerakan koperasi itu harus mulai dari bawah? Kodok ketawa lagi di musim kemarau. Untuk ketiga kalinya! Dari bawah, Ndasmu! Itu terlalu lama, sayang! Ini ekonomi komando. Dari atas ke bawah. Kita harus berhasil. Tandanya berhasil? Ya lihat saja angka-angkanya. Menteri Keuangan yang lebih bekerja di media sosial setiap hari memberikan kita angka-angka yang menunjukkan betapa jeniusnya kebijakan ekonomi yang dibikinnya.
Oleh menterinya, Kopdes ini katanya adalah “gerakan negara” untuk memperkuat ekonomi rakyat. Dia nggak tahu bahwa yang disebut rakyat dan warga negara di negeri ini … hanyalah yang punya kuasa. Lha orang-orang biasa itu? Mereka yang nanggung bebannya dan membeayainya lewat pajak.
Dua program ini saja sudah makan sekitar 3/4 kuadtrilyun (quadrillion). Banyak ya? Ya iyalah. Bagaimana kalau gagal? Ya nggak pasti tidak akan gagal. Pasti berhasil … berhasil memperkaya mereka yang ada di lingkarang penguasa.
Kembali ke telur puyuh. Apa hubungannya dengan inflasi? Diem! Banyak tanya lu! Tau apa kamu soal ini.
Dan anak-anak kita makan telur puyuh dengan takzimnya. Seorang dapat satu. Supaya tidak inflasi.












