
Komparatif.ID, New York— Kebijakan tarif baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada awal April 2025 membuat geger dunia finansial dan langsung mengguncang kekayaan para miliarder global.
Sebanyak 500 orang terkaya di dunia tercatat mengalami penurunan nilai kekayaan bersih secara kolektif sebesar US$208 miliar atau setara dengan Rp3.444 triliun, menjadikannya salah satu pelemahan kekayaan paling signifikan dalam 13 tahun terakhir, dan yang terburuk sejak pandemi Covid-19 melanda.
Berdasarkan laporan Bloomberg, kekayaan bersih para miliarder dunia terpangkas rata-rata 3,3 persen hanya dalam waktu singkat usai pengumuman kebijakan tarif baru oleh Trump pada 3 April 2025.
Miliarder asal Amerika Serikat menjadi yang paling terdampak, dengan sejumlah nama besar mengalami kehilangan yang sangat besar. Mark Zuckerberg dan Jeff Bezos termasuk di antara yang paling terpukul oleh gejolak pasar akibat kebijakan ekonomi proteksionis ini.
Mark Zuckerberg, bos Meta Platforms Inc., mengalami penurunan kekayaan hingga US$17,9 miliar atau sekitar Rp296,42 triliun. Saham Meta yang selama awal tahun sempat menanjak tajam dan mendorong kapitalisasi pasarnya hingga menembus US$350 miliar, akhirnya merosot hingga 28 persen sejak pertengahan Februari.
Penurunan tersebut membuat posisi Zuckerberg sebagai salah satu orang terkaya di dunia kembali digoyang.
Sementara itu, Jeff Bezos, pendiri Amazon.com Inc., harus merelakan hilangnya kekayaan pribadi sebesar US$15,9 miliar atau sekitar Rp263,3 triliun setelah saham Amazon mengalami penurunan tajam sebesar 9 persen, yang juga menjadi pelemahan terbesar sejak April 2022.
Anjloknya saham Amazon menandai dampak langsung dari kekhawatiran investor terhadap arus barang dan ketidakpastian perdagangan global.
Elon Musk, CEO Tesla dan tokoh kontroversial yang kerap dikaitkan dengan kebijakan Trump, tidak luput dari badai ini. Kekayaan Musk turun US$11 miliar atau setara Rp182,16 triliun hanya dalam beberapa hari terakhir.
Kekayaannya memang telah tergerus signifikan sepanjang tahun, dengan total penurunan mencapai US$110 miliar. Sentimen negatif atas hubungan kedekatannya dengan Trump serta kebijakan yang mulai menekan sektor kendaraan listrik turut mendorong kejatuhan saham perusahaan-perusahaan miliknya.
Baca juga: 9 Produk Indonesia Ini Bakal Kena Hantam Tarif Trump
Dampak kebijakan tarif Trump tidak hanya dirasakan oleh para miliarder AS. Ernest Garcia III, CEO perusahaan penjualan mobil bekas Carvana Co., kehilangan US$1,4 miliar atau Rp23,18 triliun setelah saham perusahaannya anjlok 20 persen.
Saham Carvana sempat mencetak reli luar biasa selama 12 bulan terakhir, namun gejolak akibat tarif baru membuat valuasi perusahaan ambruk 36 persen sejak pengumuman kebijakan Trump.
Tobi Lutke, pendiri dan CEO Shopify yang berbasis di Kanada, turut mencatat kerugian besar. Kekayaannya menyusut US$1,5 miliar atau sekitar Rp24,84 triliun setelah saham perusahaan yang sangat bergantung pada barang impor itu anjlok 20 persen.
Shopify selama ini memperoleh sebagian besar pendapatannya dari aktivitas perdagangan lintas batas, dan pengenaan tarif jelas menjadi pukulan telak.
Di benua Eropa, Bernard Arnault, taipan barang mewah asal Prancis dan pemilik kerajaan LVMH, juga tidak kebal dari guncangan tarif Trump.
Dengan ancaman Uni Eropa untuk membalas dengan tarif 20 persen atas barang-barang ekspor ke AS, saham-saham perusahaan barang mewah pun ikut tertekan. LVMH yang menaungi merek-merek ikonik seperti Christian Dior, Bulgari, dan Loro Piana, mengalami penurunan nilai pasar hingga US$6 miliar atau sekitar Rp99,36 triliun.
Sementara itu dari Asia, Zhang Congyuan, pendiri Huali Industrial Group Co. di Tiongkok yang memproduksi sepatu untuk merek-merek ternama, kehilangan 13 persen dari kekayaannya atau sekitar US$1,2 miliar setara Rp19,87 triliun.
Hal ini disebabkan pengenaan tarif tambahan sebesar 34 persen oleh Trump terhadap produk-produk dari China. Tak hanya Huali, merek global seperti Nike, Adidas, dan Lululemon yang memproduksi di kawasan Asia Tenggara juga ikut tertekan dan mencatat penurunan harga saham dua digit.
Namun di tengah badai ekonomi ini, masih ada segelintir miliarder yang justru mengalami kenaikan kekayaan. Carlos Slim, orang terkaya di Meksiko, berhasil keluar dari tekanan setelah negaranya dikecualikan dari daftar target tarif balasan oleh Gedung Putih.
Pasar saham Meksiko merespons positif dengan kenaikan 0,5 persen, dan Slim mencatat kenaikan kekayaan bersih sebesar 4 persen, menjadikannya kini memiliki harta senilai US$85,5 miliar.