Tangisan Maryam dan Perjuangan Terakhir Seorang Ibu

Tangisan Maryam dan Perjuangan Terakhir Seorang Ibu
Almarhumah Zuhratun Nafisah saat dirawat di RSU Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Dalam kondisi tubuh yang semakin lemah akibat anemia aplastik, ia tetap berjuang menjalani transfusi darah demi menyelamatkan bayi yang dikandungnya. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Seorang ibu muda, Zuhratun Nafisah, menghembuskan napas terakhirnya setelah berjuang melawan penyakit langka di tengah kehamilan pertamanya. Ia meninggal dunia pada Kamis, (23/10/2025), di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, berselang beberapa pekan usai melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Maryam pada 29 September 2025.

Sejak remaja, Nafisah hidup berdampingan dengan sakit yang tak tampak. Ia kerap lemas, pusing, gusi berdarah, dan sesak napas. Nafisah, yang akrab disapa Kak Nafisah, telah lama berjuang melawan anemia aplastik, penyakit langka di mana sumsum tulang gagal memproduksi sel darah yang cukup.

Sejak didiagnosis pada 2021, hidupnya berubah menjadi rangkaian perjuangan panjang antara rumah dan rumah sakit. Sejak itu, tubuhnya kian rapuh, namun semangat hidupnya tak pernah padam.

Di tengah kondisi yang berat, Nafisah hamil anak pertamanya. Setiap minggu, ia dan suaminya harus bolak-balik dari Sigli ke Banda Aceh untuk transfusi darah. Dalam dua bulan terakhir hidupnya, ia menerima lebih dari 200 kantong trombosit dan 40 kantong darah merah.

Baca juga: Gara-gara Stres, Gadis Ini Alami Hiperventilasi

“Sang bak di PMI Banda Aceh, nan kamoe yang paleng le di sinan,” ujar suaminya, mengenang perjuangan mereka mencari donor demi mempertahankan hidup Nafisah dan bayi di kandungannya.

Kelahiran Maryam menjadi puncak pengorbanannya. Tubuh Nafisah yang lemah terus melawan, namun waktu tak memberinya kesempatan lebih lama. Pada Kamis, 23 Oktober 2025, sekitar pukul sebelas siang, Nafisah berpulang dengan tenang.

Di detik-detik terakhirnya, ia menatap suaminya dan berpesan lirih agar menjaga anak dan ibunya.

Kini, Maryam tumbuh di pelukan nenek dan ayahnya, tanpa sentuhan lembut seorang ibu. Namun di setiap tangis dan tawa bayi itu, keluarga merasa seolah Nafisah masih hadir.

“Malam pertama ibunya meninggal, Maryam malah tertawa terus. Lage na ureung peukhem. Mungkin ruh mamaknya datang menjenguk,” ujar sang nenek lirih.

****

Bagi masyarakat yang ingin membantu kehidupan kecil Maryam dapat menyalurkan donasi melalui rekening BSI 7174244825 atas nama Muhammad Aidil Adhaa, dengan konfirmasi melalui nomor WhatsApp 0852-7404-2141. Bantuan akan diserahkan langsung kepada keluarga almarhumah.

Artikel SebelumnyaProfil Red Command, Geng Narkoba yang Diburu Pemerintah Brazil
Artikel SelanjutnyaPolisi Jamin Penanganan Kasus Pemukulan Kepala SPPG Dilakukan Profesional

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here