
Komparatif.ID, Meulaboh— Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) menilai Pemkab Aceh Barat salah satu yang kabupaten paling progresif di Aceh dalam upaya pelestarian cagar budaya dan warisan takbenda.
Hal itu diungkapkan Ketua TACB Aceh Barat, Dr Rahmad Syah Putra pada pembukaan peringatan Hari Ulang Tahun ke-437 Kota Meulaboh yang dirangkai dengan Pekan Kebudayaan Aceh Barat (PKAB) 2025, Minggu (12/10/2025).
Rahmad mengatakan Pemkab Aceh Barat menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga dan mengembangkan warisan sejarah daerah. Upaya itu dilakukan melalui kegiatan inventarisasi situs bersejarah, edukasi publik, serta pelibatan generasi muda dalam kegiatan budaya.
“Pelestarian budaya di Aceh Barat kini bukan hanya menjaga masa lalu, tetapi juga memberi manfaat pendidikan dan ekonomi bagi masyarakat,” ujar Rahmad di sela kegiatan tersebut.
Sepanjang 2025, Pemkab Aceh Barat melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan delapan objek baru sebagai cagar budaya.
Beberapa di antaranya adalah Makam Pahlawan Nasional Teuku Umar Johan Pahlawan, Masjid Tuha Mugo, dan Meriam Arongan Lambalek.
Selain itu, lima unsur budaya juga resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb), yakni Malam Boh Gaca, Si Dalupa, Motif Sulu Bayung Aceh Barat, Bloh Apui, dan Tari Pho.
Baca juga: BPK dan TACB Dukung Rencana Pendirian Museum Aceh Barat
Menurut TACB, capaian tersebut memperlihatkan kemajuan nyata dalam pelestarian budaya di tingkat daerah. Kegiatan seperti Festival Warisan Budaya Aceh Barat 2025 yang melibatkan pelajar, seniman, serta komunitas lokal dianggap menjadi bukti pelestarian budaya tidak lagi bersifat seremonial, melainkan sudah menyentuh aspek partisipasi masyarakat.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Barat, Kartika Eka Sari menyampaikan pihaknya sedang menyiapkan dua program besar untuk memperkuat fondasi pelestarian budaya daerah.
Kedua program tersebut adalah penyusunan Ensiklopedia Kebudayaan Aceh Barat dan rencana pendirian Museum Daerah yang akan menampung arsip sejarah, naskah kuno, serta benda-benda bersejarah.
“Kami ingin warisan budaya tidak hanya dipertunjukkan, tapi juga dipelajari dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Kartika.
Ia menambahkan, penguatan pelestarian budaya juga akan dilakukan melalui digitalisasi arsip sejarah, pemberdayaan komunitas budaya, serta promosi wisata berbasis warisan lokal.
Menurutnya, upaya pelestarian tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang pemerintah daerah untuk menjadikan budaya sebagai kekuatan sosial dan ekonomi masyarakat Aceh Barat.
“Cagar budaya bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan fondasi masa depan. Dengan pelestarian yang terencana, kita memperkuat jati diri dan daya saing daerah,” ujarnya.











