Syamsul Rijal berhasil memintas zaman. Pengukuhannya sebagai Guru Besar Ilmu Filsafat Islam, Kamis (2/3/2023) di Auditorium Prof. Ali Hasjmy, UIN Ar-Raniry, merupakan langkah paripurna seorang anak hulu dalam dunia pendidikan tinggi.
Lahir di Kampung Perapat Hulu, Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara, pada 30 September 1963, Syamsul Rijal dididik dalam keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan agama Islam. Bagi orangtua Syamsul, seorang muslim harus memiliki bekal ilmu agama di dalam dirinya. Bila itu sudah tuntas, maka ia boleh terbang ke mana saja; demi menaklukkan mimpi yang terpatri di dalam minda.
Perapat Hulu merupakan sebuah kampung yang berada di kaki Gunung Leuser. Meski Taman nasional Gunung Leuser (TNGL) diperbincangkan hingga ke mancanegara, tapi tidak dengan Perapat Hulu. Hampir semua orang di luar Aceh Tenggara tidak tahu bila di negeri hijau nan sejuk itu, ada sebuah kampung eksotis, harmoni, dan penuh kedamaian; Perapat Hulu.
Baca juga: UIN Ar-Raniry Kukuhkan Tujuh Guru Besar
Meski menetap di Perapat Hulu, tradisi keilmuan telah mengalir jernih di keluarga Syamsul Rijal. Seperti Lawe Alas yang mengalir dari Leuser ke Samudera Hindia, demikianlah tradisi ilmu di keluarga itu.
Syamsul Rijal merupakan buah hati dari pasangan intelektual di kaki Gunung Leuser. Syamsuddin Syah, BA dan Halimah A. Sang ayah lulusan sarjana muda Universitas Islam Sumatera Utara. Sedangkan ibunya lulusan sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara.
Setelah umurnya mencukupi, Syamsuddin Syah mendaftarkan Syamsul Rijal ke SD Bambel. Setelah menamatkan pelajarannya di SD, dia didaftarkan ke PGAN 4 Tahun, Kutacane. Di sana Syamsul lulus pada tahun 1979.
Setelah lulus PGAN, Syamsul muda sudah siap diberangkatkan ke luar daerah. Ayah dan ibunya menyiapkan bekal secukupnya. Kemudian dia diantar ke Dayah Mudi Mesra Samalanga, Aceh Utara—sekarang Bireuen—untuk memperdalam imu agama Islam. Tahun 1982 Syamsul mencukupkan pelajarannya di sana. Mimpinya menjadi sarjana sangat menggebu-gebu.
Ia kemudian berangkat ke Banda Aceh. Berbasis pengetahuan agama, ia tidak melirik Universitas Syiah Kuala. Syamsul muda memilih Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry, Kopelma Darussalam, yang dirintis oleh Prof. Ali Hasjmy dkk.
Pada tahun 1985, Syamsul menamatkan pendidikannya sebagai sarjana muda di Fakultas Ushuluddin. Dua tahun kemudian, dia mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag) yang merupakan salah satu gelar sarjana penuh di Indonesia.
Meski kemudian tenggelam dalam rutinitas mengajar di almamaternya, Syamsul tak pernah merasa cukup dalam menimba ilmu. Secara informal, dia terlibat dalam banyak organisasi keilmuan. Dalam hal formal ia terus melanjutkan sekolah. Setelah berhasil lulus sebagai magister di UIN Ar-raniry pada tahun 1996, ia kembali menimba ilmu di jenjang doktoral di UIN Sunan Kali Jaga, dan lulus pada tahun 2005 sebagai Doktor Studi Islam.
Syamsul Rijal, Aktif Menulis dan Memotivasi
Meski sangat sibuk dengan aktivitas mengajar, Syamsul Rijal tetap tidak meninggalkan kebiasaannya; menulis. Bukan semata rajin menulis status di linimasa media sosial, ia juga aktif menulis jurnal, opini media massa, dan lain-lain.
Tahun 2022 dia menulis jurnal berjudul Analysis of Taourist Satisfaction with Halal Tourism in Aceh. Jurnal tersebut dipublikasikan di Indonesian Journal of Halal Research.
Ia juga sering didapuk sebagai narasumber dalam seminar dan diskusi. Kemampuan komunikasi verbalnya sangat bagus, sehingga banyak audiens merasa nyaman dan dapat memetik hikmah sembari menikmati acara.
Sebagai akademisi, suami dari Dra. Hj. Hayani, M.Pd, dan ayah dari Akmal Mufardis,S.T, tersebut tak pernah berhenti melangkah. Memperkuat kapasitas diri, berbagi dengan orang lain.
Berkat keilmuan yang ia miliki serta jaringan yang dibangun, Syamsul juga telah beberapa kali mendapatkan bintang kehormatan dari negara. Juga telah beberapa kali diundang ke luar negeri.
Ia telah berkunjung ke Songkla University Thailand, University Kebangsaan Malaysia, University Malaysia, University Sains Malaya, dan IUUM.
Dia juga sudah berkunjung ke McGill University, Montreal Canada, Monash University Meulbourne Australia, University of Hongkong, Saudi, dan lain-lain.
Negara telah menetapkan Syamsul Rijal sebagai Guru besar Filsafat Islam UIN Ar-Raniry pada 2016. Namun pengakuan publik bahwa ia layak disebut professor sudah berlangsung jauh sebelumnya.
Pada kamis (2/3/2023) dia berdiri di podium Auditorium Prof. Ali Hasjmy, menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul Filsafat Kepemimpinan Kolaborasi Menakar Konstruksi Sumber Daya Manusia Perspektif Al-Ghazali.
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI Prof. Dr. H. Nizar Ali, yang hadir dan berpidato pada pengukuhan tersebut, memuji karya ilmiah Profesor Dr. Syamsul Rijal,BA.,M.Ag.
Kini, pria asal Perapat Hulu tersebut sudah berada di level tertinggi dunia akademik. Tidak ada lagi label yang melebihi status guru besar. Seperti Lawe Alas yang sepanjang tahun mengalir ke Samudera Hindia, demikianlah hendaknya Syamsul Rijal. Terus memberi, menginspirasi, demi pembangunan peradaban umat manusia.