Soal Ekonomi Aceh Bertumbuh, Bank Indonesia Asal Bunyi

bank indonesia bi
Kantor Bank Indonesia Perwakilan Aceh. Foto: Ist.

Diskusi warung kopi tidak sering membahas pernyataan Bank Indonesia (BI), apalagi sudah terkait angka-angka pertumbuhan ekonomi. Tapi kali ini penghuni warung kopi terpingkal-pingkal, karena Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Aceh, Agus Chusnadi mengatakan ekonomi Aceh tahun 2025 akan tumbuh baik.

Dalam kegiatan bincang-bincang media, Selasa, 20 Mei 2025, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Aceh dengan wajah optimis mengatakan bila pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2025 akan baik.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Agus Chusnadi mengajukan persetase. Pertumbuhan pada triwulan pertama yang mencapai 4,59 persen, atau mengalami kenaikan dibandingkan triwulan ke empat 2024 sekitar 4,15 persen. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh lapangan usaha strategis di sektor pertambangan, penggalian, perdagangan besar dan eceran, kemudian transportasi hingga pergudangan.

Baca: Dana Otsus Menipis, Ekonomi Aceh di Ambang Krisis

Sebagai rakyat biasa saya tidak hendak mendebat pernyataan Bank Indonesia. Ia tentu bicara angka statistik, apalagi yang ia jadikan rujukan perekonomian besar. Pun dapat dimaknai bahwa pertumbuhan ekonomi yang dimaksud BI merupakan pertumbuhan ekonomi segelintir pihak yang bermain di pertambangan, dll. Intinya bisnis kelas elit yang tidak ada hubungannya dengan masyarakat.

Mengapa saya katakan demikian? Karena sejak pilkada 2024 usai, rakyat Aceh secara umum sudah mulai mengeluh tentang kesulitan mendapatkan pekerjaan, kesulitan mendapatkan uang, dan kesulitan memenuhi ekonomi keluarga.

Masyarakat berharap tahun 2025 kondisi berubah. Ternyata malah lebih buruk. Pertumbuhan ekonomi merosot lebih tajam. Banyak yang dulunya bekerja, justru harus berhenti bekerja.

Ingat kondisi saat Ramadan lalu? Seluruh Aceh mengalami megap-megap. Uang mulai tidak beredar. Pedagang kuliner sebagian besar merugi. Pedagang pakaian menangis. Pedagang pakaian harga sangat murah, seperti serba 35 ribu rupiah, diserbu pembeli. Bayangkan, orang-orang Aceh yang fashionable, tiba-tiba menggemari pakaian murah. Ada apa? Apakah selera orang Aceh telah mengalami degradasi? Bukan. Orang Aceh sedang tidak punya uang.

Bulan Mei 2025, hotel di Banda Aceh melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), usaha kecil memberhentikan tenaga kerja harian lepas, pedagang eceran menangis karena daya beli jatuh sangat drastis.

Bulan Mei 2025, uang semakin sedikit di kantong masyarakat. Dari level bawah hingga kelas elit non pengusaha tambang, uang tidak lagi ada. Semua bertahan dalam mode irit.

Satu-satunya harapan, segera cairnya dana otonomi khusus. Selebihnya tak ada yang dapat diharapkan. Di sektor riil, tidak ada pertumbuhan ekonomi yang berarti. Rakyat Aceh secara umum hidup dalam kamuflase fenomena ekonomi. Uang yang besar-besar tidak mengalir kepada mereka. Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota megap-megap.

Tapi harapan supaya otsus cepat cair, juga harus disimpan dulu. Karena efisiensi yang dilakukan Pemerintah Pusat sepertinya berlanjut. Pusat juga sedang kronis keuangan, di tengah ketidakefisiensi mereka membuat banyak program yang dapat dibaca sebagai upaya bagi-bagi kue pembangunan.

Sekarang kepala dinas mengeluh, kabid apalagi. Kontraktor besar mengeluh, kontraktor kecil sudah setahun lebih tak bekerja. Anggota DPRA mengeluh, caleg gagal apalagi. Keuchik mengeluh, rakyat apalagi.

Intinya Aceh tak ada uang. Sektor riil tidak berkembang di sini.

Lalu BI muncul dengan laporan yang dibaca oleh orang luar, wow gitu lho. Bank Indonesia dengan angka-angkanya itu menyampaikan sesuatu yang wow, bahwa pada kuartal pertama ekonomi Aceh bertumbuh sekian persen.

Sebagai lembaga negara, harusnya Bank Indonesia di Aceh jujur saja. Seperti apa kondisi ekonomi Aceh saat ini. Jangan sibuk bermain kata penuh nuansa politis. Jangan sibuk mengecat lukisan usang dengan angka statistik gelembung sabun. Kenapa BI tidak terbuka saja mengatakan bahwa Aceh sedang darurat ekonomi! Aceh sedang patah bertubi-tubi.

Tahukah Anda? Saat ini pengeluaran Pemerintah Aceh setiap hari Rp40 miliar. Pemasukan Pemerintah Aceh saat ini hanya Rp5 sampai 7 miliar rupiah. Kadang hanya Rp2 miliar. Bila Pemerintah Aceh terlampau mengutak-atik keuangan Aceh yang saat ini sedang sekarat, maka bisa-bisa kas Aceh kosong.

Pejabat-pejabat utama kelimpungan, bila tak pandai menjaga keseimbangan, maka akan hancur lebur. Pejabat di bagian keuangan sudah mengatakan bahwa mereka sedang mengirit seirit-iritnya. Upaya mengirit tersebut akan sia-sia bila banyak kepentingan merongrong, karena terkecoh pernyataan BI.

Saran saya, sudahlah, Bank Indonesia. Hentikan penyampaian informasi yang meninabobokan tapi sejatinya kurang tepat. Saya tahu Bank Indonesia harus menjaga stabilitas, tapi tidak begini caranya. Masa BI mengatakan ekonomi Aceh bertumbuh, di tengah semakin banyak orang yang tidak memiliki uang.

Penulis : Muhammad Sabri. Warga Aceh yang jengah dengan narasi pembangunan yang semu.

Artikel SebelumnyaGara-gara Nobar Liga Champion, Warkop di Banda Aceh Kena Denda 150 Juta
Artikel SelanjutnyaSempat Bikin Heboh, Indonesia Airlines Ternyata Cuma Isapan Jempol
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

1 COMMENT

  1. barangkali itu juga alasan dinas pendidikan yang lebih fokus ke tong sampah dan lampu daripada pendidikan, biar uang berputar di aceh. klo fokus ke pendidikan uang malah nggak berputar.

    cuma ya ironi aja, dinas pendidikan nggak fokus ke pendidikan, malah ngurusin uang (ekonomi). sepertinya perlu ada dinas yang ngurusin masalah uang/ekonomi di aceh.

    ——-
    > Pedagang pakaian harga sangat murah, seperti serba 35 ribu rupiah, diserbu pembeli. Bayangkan, orang-orang Aceh yang fashionable, tiba-tiba menggemari pakaian murah. Ada apa? Apakah selera orang Aceh telah mengalami degradasi? Bukan. Orang Aceh sedang tidak punya uang.

    Sebagai penikmat harga 35 ribu, orang banyak uang justru sadar, ngapain beli baju mahal2 yang ujung2nya jadi keset kaki juga?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here