Komparatif.ID, Tenggarong—Kepala SKK Migas Kalimantan Sulawesi (Kalsul) Azhari Idris mengatakan kehadiran industri hulu migas di daerah harus dapat berfungsi sebagai alat katrol utama kebangkitan ekonomi tempatan.
Kepada Komparatif.id, Senin (20/6/2022) mantan Plt Kepala Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA) itu mengatakan ada beberapa metode yang telah dilakukan oleh pemerintah Pusat untuk memberikan dampak berganda untuk daerah penghasil. Salah satunya dana bagi hasil migas. Kemudian, SKK sebagai perpanjangan tangan pemerintah, bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) juga punya kewajiban sosial mengajak serta pengusaha lokal masuk ke lingkar dunia hulu migas.
Keterlibatan pengusaha lokal secara langsung dalam berbagai bisnis cabang yang dihasilkan dari hulu migas, akan cepat memberikan dampak positif berganda.
Kemitraan dengan pengusaha lokal menggunakan pola menarik mereka menjadi vendor. Sebelum diajak bekerja sama, vendor-vendor tersebut dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan tentang kemitraan yang akan dijalin.
“Pernyataan ini bukan lips service dari SKK Migas kalsul. Tapi komitmen yang sudah mulai kami jalankan” kata Azhari.
Dengan paradigma baru mengelolaan migas, Pemerintah mengutamakan kesejahteraan masyarakat tempatan, di mana saja minyak dan gas diambil untuk selanjutnya dikonversi ke berbagai produk turunannya.
Dukungan sosial dari masyarakat sangat menentukan sukses tidaknya target produksi 1 juta barrel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030. Oleh karena itu, negara juga wajib menghadirkan kesejahteraan terhadap rakyat tempatan. Baik secara langsung maupun tidak langsung.
Baru-baru ini, 21 hingga 23 Juni 2022, SKK Migas Kalsul melaksanakan kegiatan Pra Forum Kapasitas Nasional di Balikpapan. Pada 27-28 kegiatan Forum Kapasitas Nasional digelar di Jakarta. Forum tersebut menampilkan produk UMKM binaan KKKS, serta menampilkan industri binaan yang selama ini diberikan kesempatan berkarya sebagai mitra KKKS. 199 perusahaan lokal ambil bagian dari kegiaran Pra Forum di Balikpapan.
Perusahaan-perusahaan tersebut selama ini menjadi pemasok kebutuhan untuk KKKS yang beroperasi di Kalsul. Keterlibatan mereka bagian dari komitmen pemaksimalan penggunakan produk dalam negeri, yang kemudian operasional low cost.
“Bila barang itu didatangkan dari luar negeri tentu akan high cost. Dengan terjalinnya kemitraan dengan perusahaan lokal, mereka yang memproduksi dan memasok untuk kebutuhan KKKS, sehingga menjadi low cost, dan vendor lokal tetap mendapatkan keuntungan yang bagus,” terang Azhari.
Pra Forum juga dijadikan wahana bertemunya KKKS dengan pelaku dunia industri penunjang dan dapat dimanfaatkan untuk membangun komunikasi terkait peluang-peluang baru yang dapat dikerjakan.
“Multiplier effect bisnis migas lebih besar memiliki jangkau. Makanya tugas SKK Migas dan KKKS wajib memberdayakan masyarakat lokal baik dilibatkan sebagai mitra langsung, maupun penerima manfaat secara tidak langsung. Dengan banyaknya uang beredar di masyarakat, maka mata rantai ekonomi akan bergerak. Itu salah satu yang kami lakukan di Kalsul,” imbuh Azhari.