Segelas Zam-zam dan Rencana Kuah Beulangong

Segelas Zam-zam dan Rencana Kuah Beulangong
Kajari Bireuen H. Munawal (kiri) dan Ketua Gapensi Bireuen Teuku Munzir Balia, saat membahas rencana kenduri kuah beulangong di kebun melon. Foto: Muhajir Juli/Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Bireuen– Setengah botol lima liter air zam-zam buah tangan Kajari Bireuen H. Munawal Hadi, dihabiskan dalam waktu sekejap. Air suci dari Tanah Suci Mekkah tersebut diminum sembari merencanakan masak kuah beulangöng sie kameng di kebun melon.

Tawa pecah di teras Warkop Grand Coffee, Bireuen, Selasa (23/9/2025) malam. Rencana masak kuah beulangong yang tertunda-tunda, kembali disusun oleh anggota grup Whatsapp Grand Kopi Society.

Ya, rencana masak kuah beulangong sie kameng di kebun melon di Gampong Meunasah Dayah, Kecamatan Kota Juang, Bireuen, telah lama direncanakan. Tapi terus ditunda karena satu dan lain hal. Penyebab utama karena koki utama Ketua Bawaslu Bireuen Rahmat Abdul Wahab tak kunjung merespon di grup WA.

Pada Selasa sore, rencana itu dipertajam. Seseorang yang ditunjuk sebagai penghubung segera menelepon Kajari Bireuen H. Munawal Hadi. Sang liasson officer menanyakan kapan kenduri itu digelar.

“Saya siap kapan saja. Yang penting siapa yang bisa menghubungi Pak Rahmat, menanyakan kesiapan beliau sebagai koki,” sebut H. Munawal Hadi.

Baca juga: Lelaki Aceh, Sie Reuboh dan Makmeugang

Sang LO menghubungi Rahmat. Pengawas Pemilu tersebut menyatakan bersedia. “Saya kapan saja siap. Yang penting teman-teman bisa ngumpul,” kata Rahmat.

Setelah Isya, anggota grup WA Grand Kopi Society berkumpul di warkop tersebut. Hadir Ogut–mantan kontraktor yang kini mulai menjalankan bisnis peternakan bebek. Juga hadir Kaspul Topan, diaspora Bireuen di Kota Medan, Sumatra Utara, yang sering digunakan jasanya untuk kegiatan sosial kemasyarakatan.

Mantan Kabag Umum Pemkab Bireuen yang kini tenaga ahli di DPRK Bireuen Teuku Nagorsyah ikut hadir. Demikian juga pengusaha hictery udang Fauzan, Ketua Gapensi Bireuen Teuku Munzir Balia, Junaidi alias Wan Cabe yang dikenal luas di Kota Bireuen.

Kajari Bireuen H. Munawal mengatakan kali ini kuliner yang akan dimasak bukan kati kambing khas Bireuen. Tapi kari khas Aceh Besar yaitu kuah beulangong. Rahmat yang jadi koki utama. Bumbu diracik secara khusus oleh H. Munawal di Banda Aceh. Hati batang pisang disiapkan di Bireuen. Demikian juga kambing, dibeli di Kota Juang.

Diskusi tersebut berlangsung menarik. Para peserta diskusi membahas rencana kenduri tersebut sembari menyeruput kopi dan meneguk air zam-zam.

Diskusi semakin menarik ketika Teuku Munzir Balia (Tu Jir) yang sedang belajar memasak kari, dilarang memasak kali ini. Kontraktor tersebut diberi tugas lain. Pemimpin Redaksi Komparatif.ID tidak diberikan tugas di luar kewartawanan.

Sebagai orang yang telah memiliki jam terbang kelas menengah di bidang masak-memasak kari, Tu Jir sempat mengajukan protes. Dia merasa ada skenario lain sehingga dirinya tidak diberikan kesempatan mat aweuk kali ini.

H. Munawal cepat merespon. Kenapa Tu Jir tidak didapuk sebagai juru masak utama? Karena kali ini yang dimasak bukan kari kambing khas Bireuen. Tapi kari khas Aceh Rayek yaitu kuah beulangong.

Wan Cabe diberikan tugas berbelanja ayam kampung belah empat. Ayam itu akan digoreng. Kemungkinan besar kambing juga akan diserahkan kepada Wan Cabe. Kambing tersebut harus berbulu hitam, dan dari pesisir. Kambing yang dipelihara secara tradisional.

Setelah rencana tersebut disusun rapi, disepakati bila acara tersebut akan digelar pada Senin (29/9/2025) malam.

“Selain Pak Rahmat, semua anggota grup saya undang sebagai tamu. Pakai saja baju bagus. Cukup Pak Rahmat yang berkeringat. Saya jamin kali ini rasa kuah beulangong-nya akan sangat enak,” tutup Kajari Bireuen sebelum pamit pulang.

Artikel SebelumnyaMahasiswa UBBG Bawa Pulang 2 Medali Cabor Panjat Tebing POMNAS XIX
Artikel Selanjutnya3 Rumah Warga Pidie Rusak Diterjang Puting Beliung

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here