
Komparatif.ID, Bireuen—Murizal, Kades Pantee Lhong, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, merupakan orang yang paling sibuk di desanya sejak bencana banjir dan tanah longsor pada Rabu, 26 November 2025.
Meski ikut menjadi korban bencana alam, tapi Murizal menyadari bahwa dirinya merupakan pemimpin, tempat warga menautkan harapan.
Konon lagi, bencana tersebut telah menyebabkan seluruh rumah di Pantee Lhong tertimbun material pasir. Sebagian besar rumah mengalami rusak parah.
Bahkan akibat banjir tersebut, sebagian tanah warga berubah menjadi alur sungai baru.
Desa itu tidak bisa lagi ditempati untuk sementara waktu. Warga yang kehilangan harta benda ditambah trauma, akhirnya mengungsi ke Balai Desa di Kantor Camat Peusangan.
Baca: Cerita dari Paya Rabo Sawang, 3 Malam Tanpa Makanan, Kini Belum Bisa Pulang
Maka, setelah bencana banjir bandang dan tanah longsor ikut menghancurkan desanya, Kades Pantee Lhong Murizal langsung berdiri di depan, memberikan komando, dan menjalin komunikasi ke luar.
Dengan keterbatasan komunikasi kala itu—jaringan internet hilang dan listrik padam, Murizal bergerak bersama unsur pemerintahan desa. Dia membangun komunikasi dengan pihak kecamatan, kabupaten, dan relawan-relawan.

Satu persatu bantuan pun datang. Dari pemerintah, dari donatur, dan dari relawan. Di awal-awal bencana umumnya yang masuk berupa sembako dan kebutuhan dasar pengungsi. Seiring waktu, masuk bantuan-bantuan lainnya.
Satu hal yang menarik. Karena fokus mengadvokasi desanya yang tertimbun pasir yang dibawa banjir, Kades Pantee Lhong lupa pada rumahnya sendiri.
Ternyata, diam-diam warga setempat membangun kesepakatan. Mereka bergotong royong membersihkan rumah Kades Pantee Lhong. Saat warga bergotong royong, Murizal tidak diberitahu.
Kabar tersebut diketahui oleh Murizal kemudian. Dia pun sangat terharu, dan menuliskannya di timeline Facebook pada Senin, 29/12/2025). Dia ikut mengeposkan video amatir kala warga bergotong royong.
Rasa syukur dan terima kasih yang mendalam kepada warga Pantee Lhong atas bantuan gotong royongnya membersihkan material pasir di rumah kami. Kesibukan menangani masa darurat banjir sejak 16 November lalu membuat rumah sendiri tidak terurus selama sebulan ini.
Mohon maaf karena kendala komunikasi, kami baru mengetahui bantuan luar bias aini setelah rumah bersih. Semoga Allah Swt membalas ketulusan hati saudara-saudara sekalian dengan pahala yang berlipat ganda dan perlindungan-Nya. Amin ya Rabbal Aalamin.
Kades Pantee Lhong: Ini Tsunami ke-II
Pantee Lhong merupakan salah satu desa paling parah dihantam banjir bandang dan tanah longsor pada 26 November 2025. Desa yang langsung bersisian dengan Krueng Peusangan—sungai terbesar di Bireuen—dihantam gulungan air dan puntungan balok.
Dalam sekejap desa itu langsung berubah menjadi lautan banjir. Ketika banjir surut, desa tersebut berubah menjadi lautan pasir dan lumpur. Sedimen merusak apa saja yang ada di desa itu.
1.398 warga harus mengungsi ke tempat aman. Mereka memilih Kantor Camat Peusangan, yang letaknya jauh dari sungai. 45 unit rumah hilang diseret arus; tanpa jejak. 318 unit rusak parah, dan puluhan lainnya hanya menyisakan pondasi.
Saking dahsyatnya banjir, Murizal menyebutnya sebagai tsunami kedua.
Pantee Lhong yang dikenal sebagai sentra pamelo –boh giri Matang—di Aceh, juga lumpuh dari sektor ekonomi. Perkebunan pamelo rusak parah. Demikian juga home industri yang ada di desa itu. Warga di sana kembali ke nol.
Secara umum Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kawasan terparah dihantam banjir bandang dan tanah longsor pada bencana hidrometeorologi yang berpuncak pada Rabu, 26 November 2025.
Kecamatan Juli, Peusangan, Kutablang, Peusangan Siblah Krueng, merupakan beberapa kecamatan yang terdampak parah akibat bencana tersebut.
Puluhan jembatan rangka baja rusak parah, yang menyebabkan arus transportasi lintas nasional terkendala. Putusnya oprit jembatan Kutablang dan jembatan Teupin Mane, telah menyebabkan jalur transportasi antar daerah terkendala hingga berminggu-minggu.
Harga sembako naik tajam, gas LPG sempat hilang di pasaran, telur mahal dan langka, cabai juga sangat mahal, demikian juga logistik pangan lainnya.
Warga yang terisolasi di pedalaman Bireuen menjerit minta tolong. Pemerintah daerah bergerak cepat, menyalurkan bantuan pangan dan membuka akses jalan. Jalur darurat dirintis, supaya korban tidak bertambah menderita.











