Komparatif.ID, Kuala Lumpur—Pada usia yang masih sangat muda Roza Sahputra sudah berada di posisi paling aman. Setelah lulus kuliah dia bekerja di perusahaan multinasional Averis Sdn Bhd, Bangsar South, sebagai HR Executive Officer. Group Royal Golden Eagle yang berpusat di Canada. Tapi, pada tahun 2018 ia resign.
Ia memilih mundur dari pekerjaannya bukan karena gaji yang kurang. Tapi ia ingin menjadi filantropis seperti Tan Sri Mokhtar Albukhary, orang Melayu terkaya di Malaysia pemilik Proton & group MMC. Tan Sri Mokhtar Albukhary adalah orang yang telah mengantarkan Roza menimba ilmu International Business Staffordshire University Malaysia.
Lahir di Aceh Besar pada 2 April 1992, Roza Sahputra merupakan salah satu generasi Aceh yang ikut merasakan dampak terburuk gempabumi dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Keluarganya hilang dilamun gelombang Samudera Hindia. Roza Sahputra yang masih sangat belia harus merasakan pahitnya ditinggal oleh orang-orang tercinta.
Baca: Ekonomi Aceh di Garis Merah
Meski harus kehilangan orang-orang tercinta, dan Aceh masih dihumbalang perang, Roza tidak menyerah pada keadaan. Ia terus bersekolah. Karena ia meyakini sekolah merupakan pintu gerbang paling besar, yang memungkinkan dirinya menjejakkan kaki ke dunia luar.
Sejak SMP dia sudah mengenal dunia perdagangan. Ia pun sangat antusias pada sektor tersebut. Ketika mendapatkan beasiswa korban bencana alam dan perang yang disediakan oleh filantropis Malaysia Tan Sri Mokhtar Albukhary, ia memanfaatkannya dengan baik. Sembari menempuh pelajaran tinggi di Internasional Business Stafordshire University Malaysia, Roza mulai menggeluti dunia perdagangan dengan serius.
Kepada Komparatif.ID,Jumat (16/6/2023) Roza berkisah, ia mulai terjun secara total dalam bisnis pada tahun 2018, setelah resign dari perusahaan multinasional. Di perusahaan itu dia bekerja sejak 2011. Setelah keluar dari pekerjaan sebelumnya, Roza Sahputra mengambil sektor penyewaan apartemen di Malaysia dan Indonesia (Jakarta) sebagai core business-nya.
Pada tahun 2020 Covid-19 yang bermula dari Wuhan, Cina, merebak ke seluruh dunia. Bisnis penyewaan properti turun drastis. Pemberlakuan lockdown di berbagai negara berimbas pada rusaknya bisnis ini. Saat itu manusia “terkunci” di negara masing-masing. Syarat perjalanan antar daerah dan antar negara sangat ketat.
Selalu ada jalan menuju Roma. Demikian falsafah hidupnya. Bisnis penyewaan apartemen boleh tiarap sementara waktu, tapi Roza Sahputra tidak boleh terjungkal. Ia tak boleh berdiam diri. Harus ada hal yang dapat dilakukan untuk bertahan di tengah ketidakpastian.
Ia melirik sektor makanan. Karena sektor tersebut tak mungkin mati dalam kondisi apa pun. Manusia mungkin bisa hidup homeless, tapi tak mungkin hidup tanpa makanan. Orang boleh berhemat dalam kondisi tak menguntungkan, tapi tak mungkin tidak makan sama sekali. Ia juga percaya, orang-orang komunitas tertentu tetap menginginkan makanan berkualitas tinggi meski keadaan dunia sedang goncang oleh pandemic. Konon lagi bila pandemi tak ada. Mereka akan semakin menikmati hidup.
Pada tahun 2020 dia membantu temannya di PPI Dunia yang bergerak di ekspor komoditas seafood. Melihat bahwa ekspor tersebut sangat menjanjikan, ia pun memilih berdiri sendiri pada tahun 2021 dengan mendirikan PT Aksa Rana Asiatrade.
Kampung halamannya [Aceh] merupakan salah satu daerah penghasil lobster dan kepiting bakau berkualitas ekspor.
Ia membuat peta bisnis. Menentukan lokasi sumber bahan baku. Untuk lobster ia pilih Aceh Jaya dan Aceh Besar (Pulo Aceh). Roza tidak memilih lobster Simeuleu karena alasan tingginya biaya pengangkutan ke Jakarta.
Untuk kepiting bakau, ia mengambil dari rekan bisnis di Panton Labu dan Lhoksukon, Aceh Utara.
Permintaan lobster paling banyak ke Singapura dan Shanghai (Cina). Sedangkan kepiting bakau banyak diminati di Jakarta, Bangkok, Shanghai, dan Taiwan.
Meskipun permintaan sangat tinggi, untuk saat ini Roza Sahputra baru mampu memenuhinya 15 persen dari total actual demand (permintaan pasar). Setiap tahun ia mengekspor 40 ton untuk dua komoditas seafood tersebut.
Bisnis penyewaan apartemen saat ini telah kembali bergairah. Saat rombongan Aceh Businees Forum (ABF) melakukan muhibah ke Kuala Lumpur, Malaysia, pada 11 sampai 13 Juni 2023, Roza Sahputra menjadi salah satu penyedia apartemen yang berlokasi di samping Kantor Berita Malaysia; Bernama.
“Bisnis penyewaan apartemen ini saya geluti di Malaysia dan Jakarta [Indonesia]. Bisnis ini sangat menjanjikan, asal dikelola secara profesional,” katanya saat bincang-bincang di Kuala Lumpur, Senin (12/6/2023).
Roza Sahputra Ingin Menjadi Filantropis
Mengapa ia memilih berdikari dan berhenti menjadi orang gaji? Roza menyebutkan sumber inspirasi utama Tan Sri Mokhtar Albukhary. Orang terkaya di Malaysia yang menyumbangkan sebagian hasil kekayaannya untuk membantu anak-anak antarabangsa supaya mendapatkan kesempatan menjalani hidup lebih baik di masa depan.
Kedua, ia dirinya mendambakan time freedom. Kemerdekaan itu hanya dapat didapatkan dengan menjadi pebisnis. Sedangkan bekerja sebagai karyawan dan PNS tidak ada kesempatan menikmati time freedom. Sepanjang hidup bekerja sampai pensiun. Ketika pensiun usia sudah terlanjur tua.
“Usia muda adalah waktunya melakukan pengembangan diri hingga mendapatkan kesempatan menikmati time freedom,” katanya.
Ketiga, financial freedom. Dunia bisnis menghadirkan banyak peluang, serta menjanjikan pendapatan yang unlimited. “Tanpa kemerdekaan finansial, tak mungkin dapat berbuat banyak untuk negeri tercinta,” kata Roza Sahputra.
Ia melanjutkan, “Islam mendorong umat untuk menjadi orang kaya agar bisa mempunyai pengaruh besar bagi umat. Saat ini hampir seluruh dunia dikuasai oleh pebisnis, tidak jarang pemangku jabatan lebih tunduk terhadap pemegang kendali bisnis,” kata Roza Sahputra.
Pun demikian, ia mengatakan setiap peluang selalu memiliki tantangan. Setiap hal yang digeluti berbarengan dengan rintangan yang harus dihadapi. Seorang usahawan pasti akan ujian. Ia yang sukses yaitu individu yang bangkit lagi setelah terpuruk. “Bahkan berkali-kali harus merasakan keterpurukan dalam membangun bisnis. Saya juga mengalaminya. Tapi tetap bangkit hingga akhirnya Tuhan memutuskan bahwa ujian untuk kita sudah cukup,” sebut Roza Sahputra.
Seorang teman Komparatif.ID bergumam, orang-orang yang melancong ke Shanghai, ke Bangkok, ke Taiwan, atau ke Jakarta. Mereka memesan kepiting bakau dan lobster di restoran besar. Kemudian menikmatinya dan kemudian mempostingnya ke media sosial, tak menutup kemungkinan kepiting yang mereka makan berasal dari Panton Labu dan Lhoksukon.