Robusta & Nilam Harus Kembali Maju di Aceh Jaya

kopi robusta
Amal Hasan, Minggu (11/6/2023) berkunjung ke Gampong Sabet, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya. Kampung tersebut merupakan penghasil kopi robusta di daerah tersebut. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, CalangKopi Robusta dan nilam harus kembali menjadi tuan rumah di Aceh Jaya. Sempat menjadi primadona, kini kopi robusta dan nilam meredup seiring dengan hadirnya perkebunan sawit di kawasan itu.

Amal Hasan,S.E, dalam lawatannya ke Gampong Jabet, Mukim Pante Ceureuee, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya, Minggu (11/6/2023) menyebutkan, kopi robusta dan nilam pernah menjadi primadona perkebunan di Aceh Jaya. Akan tetapi kisah tentang dua komoditas ramah lingkungan tersebut, telah menjadi cerita masa lalu. Aceh Jaya kini dikelilingi perkebunan sawit.

Menurut data Statistik Perkebunan Aceh Tahun 2021, jumlah areal perkebunan sawit di Aceh Jaya seluas 16.180 hektare.

Baca: Wakil Mendagri Malaysia Minta ABF Masuki Industri Halal

Sementara kopi robusta 2.125 hektare. Dari luas perkebunan kopi robusta tersebut, 706 hektare belum menghasilkan, 870 telah menghasilkan, dan 541 hektare dalam kondisi rusak. Rata-rata produktivitas per hektare 696 kilogram. Total produksi pertahun untuk seluruh areal 611 ton.

Sementara nilam, luas perkebunan yang ada di Aceh Jaya seluas 207 hektare, dengan total produksi 37 ton, dengan rata-rata panen per hektare 179 kilogram.

Robusta dan Nilam Harus Digalakkan Kembali

Amal Hasan menyebutkan di depan para tokoh Gampong Sabet, Aceh Jaya memiliki bentang alam yang sangat cocok untuk pengembangan sektor perkebunan. Hamparan Pegunungan Bukit Barisan yang dijaga oleh pesisir Samudera Hindia, telah menjadikan kawasan tersebut eksotis. Bahkan tidak sedikit pemilik modal besar ingin menanamkan investasinya di Aceh Jaya.

Amal Hasan mengatakan, dulu daerah tersebut merupakan penghasil kopi robusta dan nilam yang sangat diminati. Akan tetapi kini meredup karena perubahan cara pandang masyarakat terhadap komoditas yang dapat menghasilkan uang lebih banyak dan lebih mudah.

“Eforia terhadap perkebunan sawit membuat luas perkebunan kopi robusta dan nilam terdegradasi. Sawit memberikan kesan akan menghadirkan kesejahteraan yang lebih baik dibanding nilam dan kopi,” sebut Amal yang turut serta mendirikan Bank Aceh Syariah, dan cukup lama berkhidmat di perbankan tersebut sebagai salah seorang direktur.

Dalam kunjungan yang didampingi oleh istrinya; Ida Tuti,S.E, serta sejumlah rekan-rekannya, Amal Hasan yang disambut oleh Keuchik Gampong Sabet, Faisal, dan perangkat desa,  Amal mengatakan gampong tersebut merupakan zona pertanian sejak dulu kala. Salah satu komoditas dari kawasan itu adalah kopi robusta dan nilam.

Kedua komoditas tersebut diakui kualitasnya di pasar. Kopi dan nilam yang dihasilkan dari pelukan rimba Aceh Jaya, terkenal karena mutunya yang unggul.

“Meski pengelolaan perkebunan hanya dilakukan secara tradisional, turun temurun oleh warga masyarakat, namun produksi perkebunan dua jenis komoditas ini menjadi penyangga utama ekonomi masyarakat dan kawasan Aceh Jaya. Sehingga dilirik banyak pedagang pengempul dari berbagai daerah,” sebut Amal Hasan.

Untuk membangkitkan kembali kejayaan kopi robusta dan nilam Lamno, perlu program pembangunan yang sesuai berdasarkan peta potensi setiap wilayah. Pemerintah wajib melihat potensi dan persoalan yang mendasar dalam masyarakat, sehingga setiap program pemberdayaan ekonomi daerah bisa dilakukan secara terukur sesuai dengan kebutuhan, tepat guna dan tepat sasaran serta berkelanjutan.

Untuk kopi dan nilam Aceh Jaya, Amal mengusulkan supaya dilakukan re-branding, baik secara kampanye di tingkat petani, maupun di tingkat pasar. Dengan dilakukan “pengenalan kembali” diharapkan partisipasi petani untuk kembali menekuni robusta dan nilam akan meningkat.

Menanggapi hal itu Keuchik Sabet, Faisal mengatakan dirinya bersama masyarakat Sabet memberikan apresiasi atas kedatangan Ketua Ikatan Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Ikafensy USK). Faisal mengatakan diskusi dengan mantan salah seorang Direktur Bank Aceh tersebut, sangat berguna.

Usai berdiskusi mereka meninjau kebun kopi dan nilam yang dikelola oleh masyarakat di sana. Amal terlihat antusias melihat perkebunan warga.

“Di sinilah peran penting pemerintah, menggalakkan kembali kopi di Aceh Jaya, dengan memberikan dukungan langsung kepada petani. Potensi besar kabupaten tercinta ini harus digarap maksimal, supaya menghasilkan pendapatan untuk rakyat dan daerah. Semua harus dilakukan dengan kerja keras,” kata Amal yang diharapkan maju sebagai calon kepala daerah oleh sejumlah tokoh Aceh Jaya.

Artikel SebelumnyaMendagri Malaysia Minta ABF Masuki Industri Halal
Artikel SelanjutnyaKebutuhan Darah di Banda Aceh Sangat Tinggi
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here