Rangkuman Krisis Sri Lanka: Dari Inflasi Hingga Presiden Mengundurkan Diri

rangkuman krisis Sri Lanka
Demostran duduki kediaman presiden Gotabaya pada Sabtu (9/7). Foto: Reuters

Komparatif.ID, Kolombo— Sri Lanka terperosok dalam krisis politik dan ekonomi akibat utang luar negeri yang menumpuk. Pandemi COVID-19 menambah parah kondisi Sri Lanka, memaksa negara kepulauan itu mengalami inflasi yang tidak terkendali.

Akibat desakan masyarakat yang gerah dengan kondisi Sri Lanka yang semakin carut marut, presiden Gotabaya Rajapaksa akhirnya berjanji mengundurkan diri pada Rabu, 13 Juli mendatang. Pengumuman tersebut disampailkan melalui ketua parlemen pada Sabtu malam lalu.

Para pengunjuk rasa yang memenuhi ruas-ruas jalan Kolombo menuntut pengunduran diri Rajapaksa, setelah Sri Lanka mengalami pemadaman selama berbulan-bulan, kekurangan makanan dan bahan bakar, dan inflasi yang mencetak rekor tertinggi.

Berikut rangkuman krisis yang menimpa Sri Lanka berlangsung:

1 April 2022

Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat sementara, memberikan kekuatan besar kepada militer untuk menangkap dan menahan pengunjuk rasa yang protes dan “menggangu”.

3 April 2022

Hampir seluruh pejabat kabinet Sri Lanka mengundurkan diri pada pertemuan larut malam. Mereka meninggalkan Rajapaksa dan perdana menteri yang juga saudaranya  Mahinda sendiri. Gubernur bank sentral, setelah menolak seruan untuk mencari bailout dari Dana Moneter Internasional mengumumkan pengunduran dirinya sehari kemudian.

5 April 2022

Presiden Rajapaksa kian dalam posisi terjepit. Menteri Keuangan Ali Sabry mengundurkan diri hanya sehari setelah diangkat.

Rajapaksa kehilangan mayoritas dukunagan di parlemennya karena mantan sekutu mendesak ia untuk segera mundur dari kursi presiden. Rajapaksa lalu umumkan Sri Lanka dalam keadaan darurat.

10 April 2022

Dokter Sri Lanka mengatakan mereka hampir kehabisan obat-obatan penting, memperingatkan bahwa krisis itu bisa berakhir dengan membunuh lebih banyak jiwa daripada pandemi virus corona.

12 April 2022

Pemerintah umumkan gagal bayar utang luar negerinya sebesar 51 miliar USD sebagai “upaya terakhir”, setelah kehabisan devisa untuk mengimpor barang-barang yang sangat dibutuhkan termasuk makanan pokok dan bahan bakar.

19 April 2022

Polisi membunuh seorang pengunjuk rasa, korban pertama dari beberapa minggu protes anti-pemerintah. Hari berikutnya IMF mengatakan telah meminta Sri Lanka untuk merestrukturisasi utang luar negerinya yang sangat besar sebelum paket dana penyelamatan dapat disetujui.

 

9 Mei 2022

Sekelompok loyalis pemerintah yang datang dari pedesaan menyerang pengunjuk rasa damai yang berkemah di luar kantor presiden di pinggir kota Kolombo. Sembilan orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam serangan balasan yang menyusul. Massa yanga marah menargetkan membakar rumah anggota parlemen sebagai pihak yang harus bertanggung jawab.

Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri, ia harus diselamatkan oleh pasukan militer setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediamannya di Kolombo. Ia lalu digantikan oleh Ranil Wickremesinghe, seorang veteran politik yang telah menjabat beberapa periode sebagai perdana menteri.

10 Mei 2022

Kementerian pertahanan memerintahkan pasukan untuk menembak di tempat siapa pun yang terlibat dalam penjarahan atau menyebabkan kerusakan. Akibatnya, seorang perwira tinggi polisi di Kolombo diserang dan kendaraannya dibakar.

10 Juni 2022

PBB memperingatkan bahwa Sri Lanka sedang menghadapi krisis kemanusiaan yang mengerikan. Jutaan warganya membutuhkan bantuan. Lebih dari tiga perempat masyarakat Sri Lanka mengurangi asupan makanan mereka karena kekurangan bahan pangan yang parah di negara itu.

27 Juni 2022

Pemerintah mengatakan Sri Lanka hampir kehabisan bahan bakar dan menghentikan semua penjualan bensin kecuali untuk layanan vital.

1 Juli 2022

Pemerintah menerbitkan data yang menunjukkan inflasi telah mencapai rekor tertinggi untuk bulan kesembilan berturut-turut, sehari setelah IMF meminta Sri Lanka untuk mengendalikan harga tinggi dan laju inflasi.

9 Juli 2022

Presiden Rajapaksa melarikan diri dari kediaman resminya di Kolombo dengan bantuan militer ke lokasi yang dirahasiakan. Tidak lama sebelum para demonstran menyerbu dan menduduki kediamannya.

Kediaman Perdana Menteri Sementara, Wickremesinghe dibakar. Polisi mengatakan ia dan keluarganya tidak ada di tempat kejadian. Rajapaksa kemudian berjanji untuk mundur pada 13 Juli mendatang melalui ketua parlemen Mahinda Abeywardana dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here