Pustaka Gampong Limpok menjadi bukti bahwa ruang kecil bisa mengubah cara anak-anak menikmati liburan sekolah. Bukan sekadar tempat menyimpan buku, pustaka ini menjelma jadi pusat kegiatan yang menghidupkan literasi, memperkuat nilai-nilai keislaman, dan menghadirkan keceriaan belajar tanpa terganggu layar gawai.
***
Liburan sekolah adalah momentum yang dinanti-nanti oleh anak-anak di seluruh pelosok. Namun tidak sedikit orang tua ada yang khawatir bahwa tak semua liburan memberikan ruang aman dan tetap bernuansa edukatif bagi anak-anak.
Tidak sedikit pula di antara anak-anak yang sedang liburan menghabiskan masa liburannya dengan time screen yakni bermain gawai dengan variasi menonton konten hiburan pasif, bermain media sosial yang masif, atau bahkan hanya berdiam diri di rumah tanpa arah yang produktif.
Tapi, ada pengalaman kisah berbeda dari salah satu Gampong di Aceh yang menawarkan liburan alternatif inovatif melalui program bertajuk “Liburan Ceria Bersama Pustaka” dengan motto “Serunya Liburan Bersama Bahasa da Al-Qur’an”.
Program yang digagas oleh pengelola Pustaka Gampong Limpok, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar ini merupakan kali kedua yang dilaksanakan. Program ini tidak hanya berbicara soal liburan musiman, tetapi mengisinya dengan nilai dan makna, sebagai dari pelestarian literasi lokal yang terus tumbuh dari masyarakat untuk generasi masyarakat.
Gampong Limpok sendiri terletak berbatasan dengan Komplek Pelajar-Mahasiswa (KOPELMA) Darussalam Kota Banda Aceh, yang merupakan kawasan pendidikan tinggi seperti Universitas Syiah Kuala dan UIN Ar-Raniry. Sehingga sudah sepatutnya menjadikan warga gampong memiliki semangat juang pendidikan yang tinggi.
Sebanyak 53 anak terdaftar mengikuti program ini, yang mayoritas berasal dari gampong Limpok dan dari luar gampong. Anak-anak tersebut memilih mengisi waktu libur sekolah mereka dengan mengikuti kegiatan yang dipusatkan di Pustaka Limpok.
Kegiatan yang berlangsung sejak 23 Juni hingga 4 Juli 2025 tersebut didesain dengan suasana belajar dan pendekatan yang menarik, aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, namun tetap bermakna edukatif berbasis bahasa, al-qur’an, mendongeng, dan literasi sosial.
Kegiatan dirancang dengan pendekatan aktif, kreatif, menyenangkan, tapi tetap bermuatan edukatif. Anak-anak belajar Bahasa Arab dan Inggris lewat lagu dan permainan. Mereka membaca dan menghafal Al-Qur’an, memahami maknanya, dan mempraktikkan doa-doa harian. Semua ini dibimbing oleh para relawan muda yang bukan guru profesional.
Selain itu, anak-anak yang terlibat dalam kegiatan ini tidak hanya membaca Al-Qur’an, tetapi juga dilatih membaca dengan tartil, memahami makna bacaan, menghafal surat-surat pendek, dan mengamalkan doa-doa harian.
Baca juga: Hari Pendidikan: Generasi Stroberi vs Generasi Emas
Sesi lain adalah sesi mendongeng yang menjadi salah satu bagian favorit anak-anak. Dalam sesi ini, anak-anak diajak menyelami cerita-cerita bernilai dari kisah nabi, sahabat, maupun dongeng Islami kontemporer yang mengajarkan kejujuran, keberanian, dan tolong-menolong.
Bahkan hadir juga Bang Sangkey, pendongeng dan penulis cilik Aceh yang menginspirasi anak-anak untuk berani tampil dan berkarya. Dia tidak hanya bercerita, tapi juga membagikan buku karyanya sendiri.
Hal yang tak kalah penting adalah sesi edukasi perlindungan diri. Anak-anak diajari mengenali area tubuh pribadi yang tak boleh disentuh sembarangan. Materi sensitif ini disampaikan dengan pendekatan lucu dan aman melalui boneka tangan bernama “Sya”.
Sosialisasi ini disampaikan dengan pendekatan yang menyenangkan oleh Bu Mutia, S.Ud menggunakan boneka tangan bernama “Sya”. Ikhtiar ini merupakan bentuk preventif terhadap pelecehan seksual pada anak dengan memahamkan mereka betapa penting dan berharga tubuh mereka sehingga harus dijaga dan dirawat.
Yang menarik, program ini tidak hanya fokus pada literasi akademik. Ia menyentuh lima dimensi sekaligus: spiritual, bahasa, sosial, emosional, dan budaya lokal. Anak-anak diajak mengenal doa, bahasa asing, kerja sama, empati, serta semangat gotong royong.
Pustaka Gampong Limpok dan Peran Relawan Masyarakat Gampong
Pada program ini dan program-program mendatang nantinya, Pustaka Gampong Limpok sangat berperan penting yang bukan sekadar tempat buku-buku tersimpan, namun menjadi ruang lintas literasi, tidak sekadar sebagai tempat baca, tetapi sebagai pusat gerakan sosial berbasis pendidikan dan keislaman.
Tidak dengan rak-rak megah, tetapi wadah komunitas literasi yang aktif dan bermanfaat. Halaman terbuka, tikar yang digelar, papan tulis kecil, dan suara anak-anak yang berinteraksi hangat dengan para relawan Masyarakat, menciptakan ekosistem belajar yang alami dan bermakna.
Pustaka ini dikelola oleh pemuda-pemudi relawan masyarakat, difasilitasi oleh Keuchik dan jajaran struktural Gampong Limpok, tokoh gampong, para ibu-ibu relawan serta orang tua, dan dihidupi oleh semangat kolektif untuk menghadirkan layanan literasi dan pendidikan nonformal yang membumi.
Di sinilah letak keunikan dan keistimewaan Pustaka Gampong Limpok; kebersamaan, kebermanfaatan bersama, tanggung jawab bersama, sehingga menorehkan kesan liburan di Limpok menjadi salah satu contoh bagaimana pendidikan alternatif bisa berjalan tanpa gedung mewah dan anggaran besar.
Setiap hari, anak-anak datang dengan semangat. Mereka disambut, diinspirasi, dimotivasi, dan diarahkan sesuai dengan kegiatan yang telah dirancang sebaik-baiknya. Suasana penuh keakraban, tanpa tekanan, menjadikan anak-anak merasa gembira dan nyaman.
Dukungan Dinas Perpustakaan hingga Wakaf Mushaf dan Buku
Program Pustaka Gampong Limpok kali ini tidak hanya sukses menarik perhatian masyarakat dan anak-anak, namun juga sukses menarik perhatian, dukungan, bahkan donasi dari berbagai kalangan, seperti Dinas Perpustakaan Aceh Besar sebagai partnership yang mengirimkan mobil perpustakaan keliling nya untuk peserta Liburan Ceria Gampong Limpok. Dukungan sekaligus donasi juga datang dari Komunitas Indahnya Berbagi, yang mewakafkan Mushaf Al-Qur’an.
Tidak ketinggalan dukungan dan donasi dari Komunitas Bintang Pejuang Sirah yang juga mewakafkan buku-buku Sirah untuk menambah koleksi buku berkualitas di Pustaka Gampong Limpok
Program ini seharusnya menjadi inspirasi. Di tengah banyaknya anggaran besar yang habis untuk pembangunan fisik, Gampong Limpok menunjukkan bahwa dengan pendekatan komunitas, pendidikan bisa tetap berjalan. Bahwa literasi tidak harus menunggu proyek dari pusat. Ia bisa lahir dari pustaka desa, dari ruang yang terbuka, dari anak-anak yang menyanyi sambil belajar huruf hijaiyah.
Pada akhirnya, program yang telah dilakukan oleh Pustaka Gampong Limpok merupakan cerminan dari apa yang disebut pendidikan berbasis komunitas. Gerakan ini tidak hanya menghidupkan literasi, tetapi juga memperkuat struktur sosial masyarakat. Program ini bukan proyek instan, tapi bagian dari gerakan berkelanjutan yang lahir dari kebutuhan, dan kepedulian masyarakat.
Inilah pendidikan yang menghidupkan nalar, bukan sekadar mengajarkan. Semoga gerakan seperti ini bisa direplikasi di seluruh Aceh, bahkan Indonesia, dengan harapan masa depan pendidikan anak-anak akan terus terarah meski di masa liburan sekolah. Wallahu a’lam bis ash-shawab.