
Komparatif.ID, Banda Aceh—PT Aceh Nusa Indahpuri (ANIP) menyatakan keseriusannya untuk berinvestasi di Aceh dalam sektor pertanian dan karbon, dengan pendekatan berbasis partisipasi masyarakat.
Langkah ini bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan perekonomian lokal, tetapi juga demi mendukung pelestarian lingkungan secara berkelanjutan.
Komitmen tersebut disampaikan langsung oleh Robin Sitaba selaku pemegang saham PT ANIP dalam audiensi dengan Staf Khusus Wali Nanggroe Aceh, DR. M. Raviq, bersama sejumlah pejabat struktural Keurukon Khatibul Wali di Meuligoe Wali Nanggroe, Aceh Besar, Selasa (8/4/2025).
Plt Kepala Bagian Humas dan Kerjasama Wali Nanggroe, Zulfikar Idris, menyampaikan PT ANIP dalam pertemuan tersebut menyampaikan rencana konkret untuk masuk ke Aceh melalui proyek investasi karbon dan pertanian dengan tetap mengedepankan aspek sosial dan lingkungan.
Robin Sitaba menjelaskan audiensi ini bertujuan untuk meminta arahan serta restu dari Wali Nanggroe, dan sebagai bagian dari persiapan agar rencana investasi yang mereka bawa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Aceh.
Ia menekankan pentingnya pendekatan yang komunikatif dan menyeluruh kepada masyarakat, agar pelaksanaan program ini berjalan harmonis dengan para mukim dan warga di daerah sasaran.
Baca juga: Wali Nanggroe Lepas Ekspor Kopi Gayo ke Amerika dan Eropa
Perwakilan ANIP, Robin menjelaskan investasi yang dilakukan akan berbasis pada konsep keberlanjutan, dengan fokus utama pada proyek karbon melalui kegiatan reboisasi. Ia menegaskan bahwa tidak akan ada kegiatan penebangan pohon dalam program ini.
“Hari ini kami koordinasi dan memohon izin. Ada banyak masukan yang kami terima, terutama terkait pentingnya sosialisasi dan pendekatan yang baik dengan masyarakat di Aceh. Ini penting agar kehadiran PT ANIP dapat diterima dan berhasil menjalin kerja sama yang harmonis dengan para mukim dan warga Aceh pada umumnya,” ujar Robin.
Sebaliknya, perusahaan akan melakukan penanaman pohon secara besar-besaran untuk memulihkan kawasan hutan yang rusak. Pemetaan wilayah yang potensial telah selesai dilakukan dan hasilnya sudah diserahkan kepada Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup sebagai bentuk kepatuhan terhadap regulasi nasional.
Untuk tahap awal, PT ANIP merencanakan pelaksanaan program ini di wilayah Kabupaten Aceh Besar dan Pidie. Program ini akan menggabungkan reboisasi dengan sistem pertanian tumpang sari yang akan melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaksana utama.
Pendekatan ini diharapkan tidak hanya memberi manfaat ekonomi langsung bagi warga sekitar, tetapi juga dapat memperkuat ikatan sosial antara program investasi dengan lingkungan setempat.
Melalui integrasi ini, masyarakat diharapkan menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian hutan sembari mendapatkan penghasilan tambahan dari hasil pertanian.
Robin juga mengungkapkan bahwa tujuan besar dari program ini adalah memulihkan keanekaragaman hayati yang selama ini terancam akibat degradasi hutan. Ia berharap, dengan kembalinya vegetasi hutan yang sehat, spesies langka seperti harimau sumatera, gajah, dan bahkan badak dapat kembali menjadikan hutan Aceh sebagai habitat alaminya.











