Poliandri di Tibet, 1 Istri Banyak Suami

poliandri di Tibet
Sebuah keluarga Tibet. Satu perempuan dinikahi oleh para lelaki abang beradik. Demikianlah lazimnya poligami di sana. Foto: Sohsanam.

Komparatif.ID, Lhasa—Poliandri merupakan hal yang umum ditemukan di Tibet. Poliandri di Tibet merupakan poliandri persaudaraan (poliandry fraternal), yaitu seorang perempuan menikahi pria-pria bersaudara kandung.

Yangky, seorang pemandu wisata yang bekerja pada Vista Tibet, menulis sebuah artikel berjudul Polyandry families in Tibet. Artikel tersebut ditayangkan di laman resmi tibettravel.org.

Ia menerangkan tradisi poliandri persaudaraan –poliandry fraternal—merupakan sebuah budaya yang telah sangat lama dipratekkan di Tibet. Meski saat ini sebagaian besar pernikahan telah bersifat monogami, tapi poliandri masih tetap lestari.

Baca: Bahasa Aceh Rap Wabakireuh 

Yangky menulis keluarga poliandry merupakan tradisi yang telah sangat lama dipraktekkan di Tibet. Poliandri di Tibet merupakan tradisi kuno yang sampai sekarang masih bertahan. Khususnya di beberapa daerah di pedalaman.

Melvyn C. Goldste, seorang antropolog asal Amerika Serikat, menulis sebuah artikel berjudul When Brothers Share a Wife. Dalam tulisannya ia menyebutkan poliandri di Tibet merupakan poliandri persaudaraan sederhana.

Dua, tiga, empat, atau lebih saudara laki-laki bersama-sama menikahi seorang istri, yang kemudian meninggalkan rumah sang istri untuk tinggal bersama mereka.

Secara tradisional, pernikahan diatur oleh orang tua. Anak-anak, terutama perempuan, hanya memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki hak suara. Meski saat ini otoritas penuh orang tua telah sedikit mengendur, tetapi masih jarang bagi anak-anak untuk menikah tanpa persetujuan orang tua mereka.

Upacara pernikahan bervariasi berdasarkan pendapatan dan wilayah, mulai dari semua saudara laki-laki yang duduk bersama sebagai pengantin pria, hingga hanya saudara laki-laki tertua yang secara resmi melakukannya.

Usia saudara laki-laki memainkan peran penting dalam menentukan hal ini: saudara laki-laki yang sangat muda hampir tidak pernah berpartisipasi dalam upacara pernikahan yang sebenarnya, meskipun mereka biasanya bergabung dalam pernikahan ketika mereka mencapai usia pertengahan belasan.

Saudara laki-laki tertua biasanya dominan dalam hal wewenang, yaitu dalam mengelola rumah tangga, tetapi semua saudara laki-laki berbagi pekerjaan dan berpartisipasi sebagai pasangan seksual. Meski memiliki banyak suami dan ada yang dominan, istri poliandri di Tibet memperlakukan semua saudara laki-laki secara setara.

Bagaimana dengan status anak yang lahir dalam perkawinan yang demikian? Melvyn menulis, setiap keturunan diperlakukan serupa. Tidak ada upaya untuk menghubungkan anak secara biologis dengan saudara laki-laki tertentu, dan seorang saudara laki-laki tidak menunjukkan pilih kasih terhadap anaknya meskipun ia tahu bahwa ia adalah ayah kandungnya.

Mengapa demikian? Supaya anak-anak, pada gilirannya, menganggap semua saudara laki-laki sebagai ayah mereka dan memperlakukan mereka secara setara meskipun mereka juga tahu siapa ayah kandung mereka.

Alasan Munculnya Poliandri di Tibet

Alasan utama yaitu demi menghindari harta berpindah kepada keluarga lain. Supaya aset tetap dalam naungan keluarga, maka poliandri dipilih sebagai upaya penyelamatan aset. Meski salome, mereka tetap nyaman, sejauh harta tak berpindah dan jatah menyalurkan hasrat seksual tidak diganggu.

Sohsanam, seorang antropolog, sejarawan, dan etnology, dalam artikelnya berjudul One Wife Has Numerous Husbands in Tibet, menerangkan poliandri di Tibet merupakan sebuah norma di negeri tersebut. Meski poliandri di Tibet tidak lazim bagi manusia di tempat lain, di Tibet digunakan sebagai varian dari konsep ikatan pasangan adaptif.

“Tiga alasan utama pernikahan poliandri di Tibet yaitu mencegah pembagian harta keluarga, menghindari hilangnya harta benda, dan mencari jalan keluar dari kendala keuangan pernikahan,” sebut Sohsanam.

Keluarga yang kekurangan lahan subur, memilih poliandri demi melestarikan lahan pertanian. Tiga saudara laki-laki dari keluarga yang sama seringkali menikahi satu perempuan demi mencegah pembagian aset keluarga.

“Jika tidak memilih monogami, mereka harus membagi harta di antara ketiga saudara laki-laki tersebut. Yang terpenting, penting untuk mencegah hilangnya harta benda bagi keluarga besar yang bersatu,” terang Sohsanam.

Ada jenis poliandri yang lebih rumit, akan tetapi dipraktekkan di Tibet. Disebut poliandri bigenerasi. Terjadi ketika seorang perempuan meninggal dunia sebelum putra-putranya menikah, merupakan praktik alternatif lain yang kurang umum saat ini.

Misalnya, jika sang ayah berusia di bawah 40 tahun dan putra-putranya berusia akhir belasan tahun, ia mungkin ingin menikah lagi. Namun, jika sang ayah dan istri barunya memiliki anak, keturunan mereka yang masih sangat muda akan bersaing memperebutkan harta dengan anak-anaknya sendiri. Sang ayah akan melakukan tindakan berbagi istri dengan putra-putranya sebagai pilihan untuk mengatasi kesulitan ini.

Sebelum pernikahan, pengantin perempuan dan keluarganya akan secara terbuka membuat dan menyetujui pengaturan ini.

Hak unik lainnya, poligini juga berlaku dalam masyarakat Tibet. Demi tidak terbelahnya harta, Jika ada beberapa anak perempuan dalam rumah tangga, pernikahan poligini dapat dijadikan pilihan.

“Karena seluruh mas kawin dan aset mereka akan menyertai mereka hingga pernikahan, sebuah keluarga dengan dua anak perempuan dapat mengizinkan keduanya menikah dengan pria yang sama,” terangnya.

Lalu, apa saja mas kawin dalam masyarakat Tibet? Mas kawin terdiri dari perhiasan, lukisan Buddha, dan kotoran yak –sapi Tartary. Karena pentingnya kotoran yak dari memasak hingga pemanas, orang Tibet memajang kotoran di dinding luar rumah mereka. pun demikian, pelan-pelan modernitas merangsek ke sana. Dengan cara teramat pelan.

Artikel SebelumnyaDemi Membeli Susu Anak, DN Terima Tantangan Minum 20 Hexy dan Miras
Artikel SelanjutnyaAceh Bukan Anak Tiri, Dana Otsus Harus Permanen
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here