Prodi PMI UIN Ar-Raniry Gelar Dialog Interaktif Bersama Pemuda Aceh

Prodi PMI UIN Ar-Raniry Gelar Dialog Interaktif Bersama Pemuda Aceh
Para pengurus OSIS dari berbagai sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar saat mengikuti dialog interaktif bertema “Arah Pembangunan Aceh Masa Depan” yang digelar oleh Prodi PMI UIN Ar-Raniry di lantai 2 Perpustakaan UIN Ar-Raniry, Kamis (16/1/2025). Foto: Komparatif.ID/Rizki Aulia Ramadan.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Dalam rangka memperingati Milad ke-30, Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry mengadakan dialog interaktif bertajuk “Arah Pembangunan Aceh Masa Depan”.

Acara yang berlangsung pada Kamis (16/1/2025) di lantai 2 Perpustakaan UIN Ar-Raniry ini menggandeng pengurus Organisasi Intra Sekolah (OSIS) dari berbagai sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Ketua Prodi PMI, Rasyidah, mengungkapkan kegiatan ini merupakan bagian dari serangkaian acara yang dirancang untuk memeriahkan Milad ke-30 Prodi PMI.

Menurutnya, acara ini diselenggarakan secara spontan sebagai bentuk refleksi dan apresiasi terhadap perjalanan panjang Prodi PMI dalam membangun generasi muda yang berwawasan.

“Kami sengaja mengundang para OSIS dari berbagai sekolah karena kalian adalah calon pemimpin masa depan. Kami ingin membangun kesadaran dan memotivasi adinda sekalian agar lebih berkontribusi dalam membangun Aceh,” ujar Rasyidah.

Rasyidah juga menekankan bahwa dialog ini bertujuan untuk memberikan pembinaan kepada aktivis muda sekaligus menciptakan ruang diskusi yang terbuka.

“Diskusi ini adalah dari kita untuk kita, demi terciptanya Aceh yang lebih baik ke depannya,” tambahnya.

Acara ini menghadirkan Murdani sebagai narasumber utama, seorang putra Aceh yang sukses menempuh pendidikan S2 dan S3 di Australia. Dalam sesi berbagi pengalamannya, Murdani menyampaikan pandangan visionernya tentang peran generasi muda dalam membangun Aceh.

Baca juga: Tanggapi Wacana Prabowo, Rektor UIN Ar-Raniry Usul Pilkada Pakai e-Voting

We are the past, and you are the future,” ujarnya. Ia menegaskan masa depan Aceh sepenuhnya berada di tangan para siswa yang hadir. Untuk itu, ia mendorong mereka untuk bermimpi besar dan berani mengambil langkah-langkah yang berarti demi perubahan.

Murdani juga membagikan pengalaman hidupnya selama tujuh tahun di Negeri Kanguru. Ia memaparkan bahwa keberhasilan sebuah bangsa terletak pada mentalitas masyarakatnya.

“Di Australia, budaya membaca dan inovasi sangat dijunjung tinggi. Ini yang harus kita tiru jika ingin Aceh maju,” katanya.

Ia juga menyoroti berbagai persoalan yang dihadapi Aceh saat ini, seperti ketergantungan terhadap barang impor, minimnya daya baca, dan tingginya kasus penyalahgunaan narkoba.

“Aceh saat ini adalah masyarakat konsumsi. Kita berada pada tahap pertama dalam peradaban, di mana produksi lokal hampir tidak ada. Ini tantangan besar yang harus kita ubah,” jelasnya.

Menurut Murdani, generasi muda Aceh harus mulai membangun mentalitas yang kuat seperti singa di hutan. “Kenapa singa ditakuti? Karena mentalitasnya. Ia melihat gajah yang jauh lebih besar hanya sebagai santapan. Begitu juga kalian, jangan takut menghadapi tantangan,” lanjutnya.

Acara ini menjadi semakin hidup ketika para siswa mulai menyampaikan keresahan, kritik, dan impian mereka untuk Aceh. Hidayul Khalik, siswa dari MAN 1 Aceh Besar, dengan lantang mengutarakan keprihatinannya terhadap maraknya judi online di kalangan remaja.

Kadang cit KTP yah icok keu yak daftar judi online,” ujarnya dengan dialek khas Aceh Besar yang langsung disambut tawa dari peserta. Ia juga menyayangkan bagaimana teknologi seperti ponsel justru membuat banyak remaja menjadi malas melakukan hal-hal yang bermanfaat.

Seorang siswi dari SMA Negeri 4 Banda Aceh juga memberikan pandangan kritisnya terhadap rendahnya daya baca masyarakat. “Saya sering lihat di TikTok, penjelasan sudah jelas di caption, tapi komentar isinya malah pertanyaan yang sama. Ini bukti banyak yang malas membaca,” katanya.

Tidak hanya itu, beberapa siswa juga mengungkapkan impian mereka untuk membawa perubahan bagi Aceh. Salah satu siswa dari SMA Negeri 4 Banda Aceh mengaku ingin menjadi psikolog yang fokus pada pendidikan anak-anak sejak dini.

“Banyak penyimpangan terjadi karena keluarga, terutama dari anak-anak yang berasal dari keluarga broken home. Saya ingin mengajarkan pendidikan dini agar anak-anak Aceh tidak tersesat,” tuturnya penuh harapan.

Murdani merespons setiap keresahan dan harapan para siswa dengan memberikan dorongan semangat. Ia memuji keberanian mereka dalam menyampaikan pendapat dan mengajak mereka untuk terus melatih mentalitas.

“Tidak ada kata yang salah, yang salah adalah ketika kalian takut untuk menyampaikan pendapat,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya literasi dalam membangun wawasan generasi muda. “Membaca itu seperti darah yang mengalir di tubuh kita. Berhenti membaca berarti berhenti tumbuh,” pungkas Murdani.

Artikel SebelumnyaDiperas Kenalan Baru, La’ak Harus Berutang
Artikel SelanjutnyaDepartemen Peternakan USK Raih Akreditasi Internasional ASIIN

1 COMMENT

  1. Satu hal yang perlu diketahui, percuma banyak membaca, klo nggak ada “critical thinking” atau pemikiran kritis. banyak orang, suka membaca. tapi pemikiran kritis nggak punya, yang dihasilkan pun juga lemah. banyak membaca perlu, debat sama orang asing di internet juga perlu, untuk mengasah pemikiran kritis. bagaimana melihat logika seseorang.

    penguasaan bahasa asing terutama bahasa inggris juga perlu, karena banyak informasi-informasi yang nggak ada dalam bahasa indonesia, dengan bahasa inggris juga bikin kita bergabung ke group atau komunitas2 orang luar yang berbahasa inggris, bisa berdebat dengan bahasa inggris dan nggak semua orang bule yang jago bahasa inggris itu pintar, banyak juga bodohnya, banyak juga yang logika berpikirnya rendah, malah banyak yang nggak bisa tunjuk peta, indonesia dimana.

    nggak perlu muluk-muluk untuk kontribusi ke aceh, kontribusi yang dekat-dekat dulu, nggak perlu untuk pengen terkenal, bantu/kontribusi lalu move on, nggak perlu berharap kontribusinya dibalas oleh orang yang sama (misal), biar dibalas sama Allah, karena perbuatan baik nggak mungkin nggak akan dibalas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here