Piala Dunia & Mazhab Sepak Bola

Türkiye dan Entitas Agama di Piala Eropa judi online piala dunia sepak bola
Feri Irawan, SSi, MPd, Fans Sepakbola dan Kepala SMKN 1 Jeunieb.

Indonesia tampil di Piala Dunia, boleh? Ya, bolehlah!  “Semua impian kita dapat menjadi kenyataan, jika kita memiliki keberanian untuk mewujudkannya.”

Sebuah kutipan terkenal dari Walt Disney, terdengar klise, tapi sangat bermakna bagi mereka yang sedang berusaha untuk mewujudkan mimpi.

Inilah yang sedang dialami oleh Indonesia. Mimpi untuk bisa lolos ke Piala Dunia FIFA 2026

Garuda kini berada di titik krusial dalam upaya mereka menuju Piala Dunia 2026 . Dengan dua pertandingan tersisa di Grup C Kualifikasi Zona Asia, skuad Garuda masih memiliki peluang untuk lolos langsung ke putaran final. Namun, jalan yang harus dilalui tidaklah mudah dan penuh dengan berbagai tantangan.

Baca: Patrick Kluivert Janji Bawa Timnas ke FIFA World Cup 2026

Kemenangan Timnas Indonesia pada pertandingan melawan Bahrain  menumbuhkan semangat dan juga keyakinan bagi masyarakat Indonesia terhadap Timnas. Kemenangan itu pun menjadi motivasi bagi bangsa Indonesia untuk mendukung kemenangan tTimnas pada pertandingan melawan skuad Cina, Kamis (5/6) malam, di Standion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Optimisme anak asuh Patrick Kluivert pun memuncak jelang matchday kesembilan. Ada asa untuk bisa meraih kemenangan saat melawan Cina.

Keberanian untuk mengejar mimpi, seperti penggalan kutipan Walt Disney di atas , itulah yang dibawakan oleh pasukan Merah Putih.

Secara peringkat, Cina (91) memang lebih unggul dari Indonesia (122). Tapi Indonesia sudah membuktikan bahwa peringkat bukan lagi batas realitas. Peringkat FIFA bukan sekadar catatan kosmetik.

Selama bertahun-tahun, peringkat FIFA sering dianggap sebagai takdir yang tak tergugat, simbol status, kekuatan, dan superioritas. Namun, kisah Timnas Indonesia belakangan ini membalikkan asumsi itu. Per Mei 2025, Indonesia berada di peringkat 122 dunia.

Pencapaian Garuda sejauh ini membawa euforia yang luar biasa. Kesemarakan itu menjadi berkah tersendiri bagi sejumlah pemilik warung kopi.

Tentunya, dukungan penuh dari para suporter dan semangat juang para pemain akan menjadi faktor penentu dalam mewujudkan impian lolos langsung ke Piala Dunia 2026.

Setidaknya ajang ini dapat menjadi hiburan “paket lengkap” yang murah dan berkualitas bagi masyarakat, di tengah beragamnya kasus di negeri ini.

Perhelatan Pra Piala Dunia 2026 Zona Asia, akan memasuki pertandingan kesembilan. Pertandingan ini  cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia, tak terkecuali masyarakat Aceh.

Masyarakat Aceh, sejak dulu hingga sekarang, sepak bola sudah menjadi olahraga top dan populer (merakyat) yang digemari dari anak-anak hingga lanjut usia.

Malah, warga Aceh termasuk “penggila bola”. Bola sudah mendarah daging bagi warganya. Aceh bagaikan negara Argentina, “warganya gemar sekali dengan sepak bola”.

Tontonan sepak bola juga berdampak pada perekonomian Aceh, dan bahkan budayanya. Sepak bola menyajikan tontonan permainan apik dan pertandingan menarik pada setiap fase bagi para pecinta permainan ini dimana pun berada. Di Aceh, biasanya, menjelang perhelatan seperti Pra Piala Dunia dan turnamen lainnya dilangsungkan, seluruh warung kopi penuh.

Warung kopi dan sepak bola seolah menjadi hal yang tak terpisahkan. Mereka hadir, menyediakan tempat bagi para penggemar tim sepak bola untuk berteriak, beradu argumen, dan mendukung tim kesayangan.

Meminum kopi sembari merokok seakan menjadi hal yang lumrah untuk masyarakat Aceh saat melakukan obrolan atau saat menonton bareng sebuah pertandingan sepak bola. Tanpa kopi, kebanyakan perokok menganggap ada yang kurang. Begitupun sebaliknya.

Puncak dari keramaian warung kopi (warkop) terjadi saat ada pertandingan sepak bola terutama ketika Tim Nasional Indonesia bermain.

Di warkoplah, olahraga ini menyatukan berbagai lapisan masyarakat Aceh, melampaui perbedaan “mazhab” dan status sosial.

Inilah yang terjadi di dalam sepak bola yang mungkin jarang terjadi di pada cabang olahraga lain. Karenanya, banyak kalangan termasuk penulis menilai sepak bola potensial menjadi pilar “satu mazhab”.

Selama ini tidak bisa dimungkiri bahwa konflik dan ketegangan sosial yang terjadi di bumoe Aceh acap kali dilatarbelakangi perbedaan mazhab. Pertikaian dan konflik  lahir dari ketidaksiapan umat  menghadapi perbedaan sehingga pemikiran keagamaan dihantui fanatisme, bahwa hanya alirannya yang paling benar.

Melihat orang lain memiliki ritual, keyakinan, dan perilaku beragama berbeda muncul emosi dan keinginan berkonflik. Pikiran yang tidak pernah ada dalam kepala suporter maupun pemain sepak bola.

Setidaknya kita bisa belajar dari Rizki Ridho, Eki Maulana Fikri, Pratama Arhan, Sergio Mane, dan Asnawi Mangku Alam, para pemain timnas lainnya. Mereka umat Muslim yang jenius di antara para pemain non-Muslim Timnas lainnya.

Namun, masalah agama para pemain Muslim di hadapan manajemen Patrik Cs sama sekali tidak menjadi masalah. Ini merupakan pelajaran penting dari dunia sepak bola.

Dalam dunia sepak bola terlihat bukti nyata bahwa perbedaan bisa diterima dengan baik, sebaliknya politik identitas ditolak dengan serius.

Timnas Sepak Bola Kita Cetak sejarah

Timnas Indonesia telah berhasil mencetak sejarah lolos ke babak ketiga Pra Piala Asia 2026 sekaligus garansi tampil di Piala Asia 2027.

Dukungan masyarakat sangat berarti dan menjadi energi dan semangat Garuda berjuang mencetak sejarah baru menuju Piala Dunia 2026.

Melangkah ke ronde ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia adalah pencapaian besar yang harus diapresiasi, sekaligus momentum untuk kebangkitan sepak bola nasional.

Kini, Garuda tergabung di grup yang jauh lebih kompetitif, bersanding dengan raksasa Asia seperti Jepang, Australia, Arab Saudi, Bahrain, dan China, bukan pekerjaan mudah.

Jadi, jika dulu peringkat adalah takdir, kini ia telah berubah menjadi target. Indonesia sedang mengejarnya, selangkah demi selangkah, dengan kepala tegak dan keyakinan penuh. Ajang Piala Dunia dijadikan target penting.

Dalam sepak bola modern, determinasi, regenerasi pemain diaspora, strategi pelatih, dan dukungan publik bisa membuat tim menembus batas yang selama ini diyakini mustahil.

Artikel SebelumnyaHaul ke-15 Hasan Tiro, Mualem: Tambah Kawan, Kurangi Musuh
Artikel SelanjutnyaDiskon Tarif Listrik Juni-Juli Batal, Sri Mulyani Ungkap Alasannya
Feri Irawan
Feri Irawan merupakan seorang guru. Kepala SMK Negeri 1 Jeunib, juga Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bireuen. Dapat dihubungi melalui email: ferifodic78@gmail.com.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here